Minggu, 29 Mei 2016

Resolusi

PAROKI PUSAT MISI:
Bangkit dan Bergerak, Kreatif Bermisi dan Berbuah Limpah
(Hasil Resolusi Pertemuan KKM-KWI - Muntilan)


PENGANTAR
Dalam rapat pleno Komisi Karya Misioner Konferensi Waligereja Indonesia (KKM KWI) di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan (PPSM) pada tanggal 11-15 April 2016,  kami, para ketua KKM Keuskupan se- Indonesia dan pengurus KKM KWI, berupaya memantapkan kesadaran dan tanggungjawab missioner kami. Dengan dilatari oleh citarasa kekatolikan dan kultur Jawa dan lewat studi dan refleksi bersama, kami  mendapatkan pencerahan baru yang memberdayakan kami. Adalah suka cita kami bahwa Roh Kudus, yang tetap membimbing Gereja dalam perziarahan misionernya (Redemptoris Missi, 21), telah mendampingi kami selama hari-hari yang berahmat ini guna menemukan cara-cara yang kreatif dalam bermisi, semoga karya baik ini, dapat berbuah limpah.

PERAYAAN IMAN
Kami percaya bahwa tugas dan tanggungjawab missioner ini merupakan panggilan dan rahmat yang dipercayakan oleh Allah lewat Yesus Kristus dalam kuasa Roh Kudus kepada kami masing-masing. Partisipasi pada Missio Dei ini  tentu saja harus kami laksanakan dengan penuh tanggungjawab, suka cita dan rendah hati. Mengutip kata-kata Paus Fransiskus, kami hanyalah “murid-murid yang diutus” (Evangelii Gaudium, 40, 120), yang harus selalu siap belajar dan rela mendengarkan disamping mengajar dan mewartakan Kerajaan Allah dengan penuh atusiasme. Dalam setiap perayaan Ekaristi dan doa bersama, kami selalu diingtkan kembali bahwa pengalaman kedekatan dengan Kristus, Sang Guru – seperti pengalaman murid-murid perdana (Yoh 1 : 39) – merupakan dimensi konstitutif bagi misi ad extra.

GEREJA, KOMUNITAS MISIONER
Kami diingatkan kembali bahwa Gereja adalah komunitas misioner  yang dipanggil untuk mewartakan Kristus dan memajukan Kerajaan Allah. Gereja ada untuk suatu tugas bagi dunia semesta. Ia tidak membawa dan mewartakan dirinya sendiri, seperti kebanyakan lembaga- lembaga social masyarakat yang ada. Kapanpun dan di manapun,Gereja dipanggil untuk menghadirkan diri di tengah masyarakat sedemikian rupa sehingga dia, yang adalah ‘garam dan terang dunia’ (Mat 5:13-16), sungguh-sungguh terlibat dalam perkar-perkara masyarakat di masyarakat di sekitarnya – dalam kegembiraan dan harapan , dalm duka dan kecemasan mereka (Gaudieum et Spes, 1).
Kami mengetahui bahwa Gereja Kristus terealisasi secara nyata dalam komunitas-komunitas beriman di wilayah territorial dalam suatu keuskupan, yang disebut paroki dengan seorang pastor yang ditunjuk oleh Uskup (Kitab Hukum Kanonik no.515 #1;bdk.Katekismus Gereja Katolik no. 2179). Paus Fransisku mengingatkan bahwa “paroki bukanlah lembaga yang usang, justru karena memiliki daya lentur yang tinggi , dapat menerima berbagai bentuk yang tergantung pada keterbukaan dan kreativitas perutusan dari pastor dan komunitas” (Evangelii Gaudium, 28).
Disamping itu, karena Gereja pada hakikatnya missioner (Ad Gentes, 2) dan merupakan sakramen universal keselamatan (Ad Gentes, 1; Lumen Gentium, 1), tentu saja setiap paroki hidup dengan roh yang sama itu,yakni roh missioner. “Dalam setiap aktivitasnya,” demikian Paus Fransiskus menyitir Seruan Apostolik Christifideles Laici no. 26, “paroki mendorong dan melatih para anggotanya untuk menjadi para pewarta Injil”  (Evangelii Gaudium, 28), sehingga kegiatan apapun termasuk dialog sungguh menjadi sarana  pewarta iman . Oleh karena itu kami yakin bahwa setiap paroki sejatinya merupakan pusat misi kristiani . Dalam pegubunyan kristiani di setiap paroki dan dalam perayaan-perayaan Ekaristi bersama – yang merupakan pusat dan puncak hidup kristiani – umat beriman mengalami perjumpaan dengan Juruselamatnya dan mendapatkan perutusan.

PENGALAMAN MISIONER KONKRET
Hati kami dikobarkan oleh berbagai presentasi animatif missioner dari berbagai kelompok umat dari Keuskupan Agung Semarang. Kami belajar memahami bagaimana umat katolik setempat menghayati dan merayakan iman mereka dalam ungkapan-ungkapan cultural setempat. Slawatan Katolik, Festival Kebudayaan Tradisional, Jejak Langkah Misioner, Teater wayang Sayur, Jejak Misi Java, dan Pentas Seni Dengan Dialog Budaya dan Lintas Iman menggugah kami untuk mencari  dan menemukan peluang-peluang atau terobosan missioner dalam wilayah pelayanan kami masing-masing. Dengan pola missioner yang sama kami juga ditantang untuk mencari dan bisa menemukan  jati diri kami sebagai  orang beriman kristiani lewat tradisi dan kekayaan  kearifan leluhur. Semua sharing pengalaman dan penghayatan iman dalam kekayaan kearifan budaya setempat (Jawa) ini meneguhkan semangat kami untuk terus bekerjasama dengan semua pihak guna menemukan cara-cara menghayati dan merayakan iman secara otentik dan membumi. Tidak kita pungkiri bahwa Gereja hadir juga di dalam masyarakat modern dengan segala pengaruh kemajuan teknologinya. Gereja dipanggil untuk dapat menghadirkan diri dan menampilkan wajah kristus.
Beriman secara otentik dan membumi ini telah telah terbukti membawa dampak social yang luas, yakni masyarakat plural yang lebih rukun, lingkungan alam yang lebih asri, generasi muda yang kreatif dan percaya diri, dan sebagainya. Dari sini kami semakin yakin pula bahwa nilai-nilai religious-kultural yang sangat kaya dari tradisi leluhur ini merupakan media yang baik untuk mengungkapkan iman katolik yang satu dan universal.
Begitu pula kami yakin bahwa keluarga, sebagai unsure dasar peguyuban umat paroki,merupakan wadah yang penting untuk pendidikan iman kristiani dan penanaman nilai-nilai missioner. Sharing pengalaman mengenai ‘keluarga misioner’ dalam rapat pleno ini meneguhkan keterlibatan kami dalam reksa pastoral keluarga. Tentu saja pelayanan ini bukan hanya demi kebaikan keluarga-keluarga itu sendiri, melainkan juga demi pemberdayaan mereka bagi tugas-tugas misionernya di tengah masyarakat luas.

PAROKI PUSAT MISI
Kami percaya bahwa setiap paroki sejatinya bukanlah komunitas beriman yang ekslusif dan hanya sibuk dengan kepentingannya sendiri. Seperti kata Paus Fransiskus, “Paroki adalah kehadiran Gereja dalam wilayah tertentu, suantu lingkungan untuk mendengarkan sabda Allah, untuk bertumbuh dalam hidup Kristiani, untuk dialog, pewartaan, tindakan karitatif berjangkauan luas, ibadat dan perayaan ‘(Evangelii Gaudium,28). Dalam gerakan yang sistematis dan terstruktur berkelanjutan ini, paroki bertumbuh sebagai komunitas kristiani lokal dan menjadi tempat untuk melatih umat beriman bermisi secara kreatif. Pembangunan Paguyuban ad intra dan keterlibatan aktif ad extra di tengah masyarakat merupakan dua aktivitas yang saling mendukung dam menyuburkan. Hal ini telah diungkapkap dalam kisah Gereja Perdana, yang bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam persekutuan, yang selalu berkumpul untuk perayaan ekaristi dan berdoa.

Kriteria Paroki Pusat Misi
Dalam studi dan refleksi bersama ini kami juga berupaya untuk menemukan dan menyusun kriteria yang mencirikan paroki pusat misi. Kami mencoba merinci kriteria yang dimaksudkan itu, baik aspek internal (ad intra) maupun askep ad extra-nya.

Kriteria ad intra meliputi:
1) Kerjasama Pastor dan seluruh umat sedemikian rupa sehingga terwujud paguyuban yang mandiri dan peduli akan masyarakat luas;
2)  Perhatian dan kebijakan yang memadai dalam hal perkembangan pewartaan iman (Kerygama, Martyria, Diakonia);
3) Semua komponen bekerja dengan baik dan dengan manajemen pastoral yang jelas;
4)  Keberhasilan mencetak rasul-rasul awam yang tangguh;
5) Adanya sarana dan prasarana pastoral - missioner dengan modul-modul pelatihan lengkap dengan tim penggeraknya.

Kriteria ad extra meliputi:
6) Ekistensi dan kontribusi paroki diakui dan dihargai oleh masyarakat luas;
7) Pengaruh positif Gereja pada masyarakat dan umat beragama lain;
8) Keterbukaaan untuk belajar dan sikap responsif terhadap tanda-tanda zaman;
9) Sikap inovatif, kreatif, dan akomodatif terhadap nilai- nilai luhur dari budaya setempat;
10) Terbangunnya jejaring yang luas dan perhatian pada kesejahteraan bersama (bonum commune, Kerajaan Allah).
Semua kriteria ini bersumber pada ajaran dan teladan Yesus krisrtus sendiri,seperti yang dihayati oleh komunitas-komunitas kristiani perdana (Kis 2:41-47;   4:32-37). Kami menyadari bahwa kualitas dan dinamika hidup menggereja umat beriman akan ditentukan oleh spiritualitas missioner pastor(-pastor)nya. Kami percaya bahwa, dengan mimbingan dan tuntunan gembala-gembalannya yang bersemangat misioner,pastilah terwujud persekutuan kristiani yang teguh dalam iman,yang hidup rukun antara sesama saudara seiman dalam paroki,yang terbuka untuk berdialog dengan umat beriman lain,dan menjadi saksi nilai-nilai kristiani dalam hidup bermasyarakat

PENUTUP
Dengan penuh harapan dan iman yang teguh kami menyerahhkan dan mempercayakan pelaksanaan semua rencana dan tugas ini kepada mimbingan Roh Kudus, pelaku utama karya misi evangelisasi. Kiranya Roh Kuduslah yang akan membimbing kami dalam merealisasikan semuanya ini dalam kesatuan Gerak missioner keuskupan. Di sini kami teringat kembali akan Bapa suci Paus Fransiskus yang memberikan nasihat demikian:
“Percaya bahwa Roh Kudus berkarya pada setiap orang berarti menyadari bahwa ia berusaha meresapi setiap situasi manusiawi dan semua ikatan sosial: ‘Roh Kudus dapat dikatakan memiliki kreativitas tak terbatas, tepat untuk pikiran ilahi, yang tahu bagaimana melonggarkan simpul-simpul permasalahan manusia, bahkan yang paling rumit dan sulit dipahami.’’’ (Evangelii Gaudium, 178). Semoga nama Tuhan senantiasa dimuliakan!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar