Rabu, 08 April 2015

Tahun Liturgi



TAHUN LITURGI
Gereja Katolik memiliki kalenderarium tersendiri yang mengatur perayaan, pesta, peringatan para orang kudus dan hari biasa, selama 1 tahun. Dalam  kalenderarium Gereja Katolik tersebut diatur siklus dan tingkat perayaan, warna liturgi sertabacaan-bacaan Kitab Suci yang dibacakan dalam Ekaristi harian dan mingguan.
Tahun Liturgi kita berbeda dengan Tahun Masehi,  yang berawal pada tanggal 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember. Awal tahun liturgi dimulai pada Hari Minggu Pertama Adven dan akhir tahun liturgi jatuh pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam (akhir November). Sepanjang tahun liturgi, Gereja menghadirkan seluruh misteri keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Tuhan Yesus Kristus.  Puncak Tahun Liturgi adalah Misteri Paskah Tuhan yang dirayakan selama Triduum Paskah Kristus yang puncaknya pada Malam Paskah.
Penggolongan Perayaan Liturgi dalam Satu Siklus Tahun Liturgi
Tahun Liturgi adalah siklus tahunan perayaan-perayaan  gerejawi. Kita membedakannya siklus temporal dan siklus sanctoral.
Siklus Sanctoral
Siklus Sanctoral meliputi semua pesta dan hari raya orang kudus tercantum dalam kalender Gereja universal, maupun gereja lokal /ordo/kongeregasi; namun apapun jenis pesta, entah hari raya atau pesta, hendaknya tetap berpusat pada misteri Paskah Kristus.
Hari Raya, Pesta, peringatan orang kudus adalah tradisi gereja untuk menghormati para kudus dan memuliakan Tuhan. Tentang Hari Raya, Pesta dan Peringatan para kudus ini, Pedoman Umum Tahun Liturgi (PUTL) mengatakan :
“Dalam merayakan misteri Kristus sepanjang tahun liturgi, Gereja menghormati juga Santa Maria Bunda Allah dengan cinta yang khusus. Kecuali itu para beriman diajak merayakan hari-hari peringatan para martir dan para kudus lainnya.” (PUTL no. 8)
“Orang-orang kudus yang mempunyai arti penting untuk seluruh Gereja, diperingati secara wajib di seluruh Gereja. Para kudus lainnya dicantumkan dalam penanggalan umum sebagai peringatan fakultatif, atau peringatannya diserahkan kepada kebijak-sanaan Gereja setempat, bangsa atau tarekat yang bersangkutan.” (PUTL no. 9)
Siklus Temporal
Siklus temporal terdiri dari dua siklus (lingkaran) yang berada diantara 34 minggu, yang disebut masa biasa, yaitu : lingkaran Natal dan lingkaran Pasakah.
1. Lingkaran Natal
Lingkaran Natal terdiri dari : masa persiapan Natal, yang disebut Masa Adven, terdiri dari empat Minggu, Hari Raya Natal, lalu masa natal, Hari Raya Epifani, dan berlangsung sampai Pesta Pembaptisan Tuhan, yang selalu dirayakan pada hari Minggu sebagai penutup masa natal.
Masa Biasa mulai senin setelah pesta Pembaptisan Tuhan sampai hari Selasa menjelang Hari Rabu Abu, untuk memasuki Lingkaran Paskah.
2. Lingkaran Paskah
Lingkaran Paskah terdiri dari : masa prapaskah selama 40 hari (tidak termasuk hari Minggu); Pekan Suci dengan puncaknya Triduum Paskah Kristus (Kamis Putih malam sampai hari Minggu Paskah); Masa Paskah, Hari Raya Kenaikan Tuhan (40 hari setelah Paskah) dan Hari Raya Pentekosta (50 hari setelah Paskah), berakhirlah Lingkaran Paskah.
Masa Biasa menyusul pada hari berikutnya, yakni hari Senin setelah Hari Minggu Pentakosta. Hari Minggu setelah Pentakosta adalah Hari Raya Trinitas; hari Minggu setelah Hari Raya Trinitas adalah Hari Raya Tuhan atau Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, kemudian hari Jumad setelah Minggu kedua Pentakosta adalah hari raya Hati Yesus yang Mahakudus. Hari Minggu terakhir Tahun Liturgi, yaitu hari Minggu ke 34 merupakan Hari Raya Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam.
Berdasarkan Firman Tuhan yang diwartakan dari Alkitab, Gereja membagi lingkaran Tahun Liturgi, yang terdiri dari :
1.      Tahun A-B-C, berdasarkan Bacaan Injil pada perayaan hari Minggu, yakni :
·         Tahun A : Inijl Matius
·         Tahun B : Injil Markus
·         Tahun C : Injil Lukas
Sedangkan Injil Yohanes tersebar dalam tiga tahun tersebut berdasarkan misteri iman yang dirayakan.
Cara menentukan Tahun A, B, C adalah dengan membagi tahun bersangkutan dengan angka 3! Jika angka tahun habis dibagi tiga, itu adalah tahun C; Jika hasil baginya bersisa satu berarti tahun bersangkutan adalah tahun A; jika hasil baginya bersisa dua berarti tahun bersangkutan adalah Tahun B. Misalkan, tahun 2015 dibagi 3 = 671 sisa 2. Maka tahun 2015 adalah tahun B.
2.      Tahun I & II, berdasarkan bacaan pertama misa harian, yakni
·         Tahun I     : tahun ganjil atau tahun yang angkanya ganjil
·         Tahun II    : tahun genap atau tahun yang angkanya genap
Sedangkan untuk bacaan Injil sama, baik tahun I maupun tahun II. Maka untuk tahun 2015 adalah tahun I, karena angka tahunnya ganjil.
Dengan demikian bila kita setia mengikuti Misa hari Minggu, dalam tiga tahun kita sudah “menyelesaikan” untuk mendengarkan pewataan Sabda Allah dari seluruh isi Kitab Suci. Dan seandainya kita juga rajin mengikuti misa harian, seluruh isi alkitab sudah kita dengarkan dalam waktu dua tahun.
Warna Liturgi
Dalam Perayaan Ekaristi warna sangat dimanfaatkan sebagai unsur sangat penting dalam menciptakan suasana religius, sekaligus memberi sentuhan agar dapat mengantar umat kepada pertemuan dengan yang Ilahi.
Gereja Katolik mempunyai pemahaman norma tersendiri dan baku akan warna. Setiap warna direfleksikan sebagai suatu nilai dan makna rohani tertentu. Begitu juga kapan waktu pemakaian warna tersebut disesuaikan dengan masa-masa liturgi dan perayaan-perayaan tertentu menurut penaggalan tahun liturgi. Warna yang dimaksud dalam liturgi adalah warna Stola dan Kasula  yang dipakai oleh Imam.
Dalam liturgi, warna melambangkan:
1.      Sifat dasar misteri iman yang kita rayakan,
2.      Menegaskan perjalanan hidup Kristiani sepanjang tahun liturgi
Hijau (H)
Pada umumnya, warna hijau dipandang sebagai warna yang tenang, menyegarkan, melegakan, dan manusiawi. Warna hijau juga dikaitkan dengan musim semi, di mana suasana alam didominasi warna hijau yang memberi suasana pengharapan. Hijau pada dipandang sebagai warna kontemplatif dan tenang.
Karena warna hijau melambangkan keheningan, kontemplatif, ketenangan, kesegaran, dan harapan, warna ini dipilih untuk masa biasa dalam liturgi sepanjang tahun. Dalam masa biasa itu, orang Kristiani menghayati hidup rutinnya dengan penuh ketenangan, kontemplatif terhadap karya dan sabda Allah melalui hidup sehari-hari, sambil menjalani hidup dengan penuh harapan akan kasih Allah.
Putih (P) dan atau kuning
Warna putih dikaitkan dengan makna kehidupan baru, sebagaimana dalam liturgi baptisan si baptisan baru biasa mengenakan pakaian putih. Warna putih umumnya dipandang sebagai simbol kemurnian, ketidaksalahan, terang yang tak terpadamkan dan kebenaran mutlak. Warna putih juga melambangkan kemurniaan sempurna, kejayaan yang penuh kemenangan, dan kemuliaan abadi. Dalam arti ini pula mengapa seorang paus mengenakan jubah, single dan solideo putih.
Warna kuning umumnya dilihat sebagai warna mencolok sebagai bentuk lebih kuat dari makna kemuliaan dan keabadian, sebagaimana dipancarkan oleh warna emas. Dalam liturgi, warna putih dan kuning digunakan menurut arti simbolisasi yang sama, yakni makna kejayaan abadi, kemuliaan kekal, kemurnian, dan kebenaran. Itulah sebabnya warna putih dan kuning bisa digunakan bersama-sama atau salah satu.
Warna putih atau kuning dipakai untuk masa Paskah dan Natal, hari-hari raya, pesta dan peringatan Tuhan Yesus, kecuali peringatan sengsara-Nya. Begitu pula warna putih dan kuning digunakan pada hari raya, pesta dan peringatan Santa Perawan Maria, para malaikat, para kudus atau para santo-santa yang bukan martir.
Merah (M)
Warna merah merupakan warna api dan darah. Maka, warna merah ini amat dihubungkan dengan penumpahan darah para martir sebagai saksi-saksi iman, sebagaimana Tuhan Yesus Kristus sendiri menumpahkan darah-Nya bagi kehidupan dan keselamatan dunia. Dalam tradisi Romawi kuno, warna merah merupakan simbol kuasa tertinggi, sehingga warna itu digunakan oleh bangsawan tinggi, terutama kaisar. Apabila para kardinal memakai warna merah untuk jubah, singel, dan solideonya, maka itu dimaksudkan agar para kardinal menyatakan kesiapsediaannya untuk mengikuti teladan para martir yang mati demi iman.
Dalam liturgi warna merah dipakai untuk hari Minggu Palma, Jumat Agung, Minggu Pentakosta, dalam perayaan perayaan sengsara Kristus, pada pesta para rasul dan pengarang Injil, dan dalam perayaan-perayaan para martir.
Ungu (U)
Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati, dan mawas diri. Maka warna ungu dipilih untuk masa Adven dan Prapaskah sebab pada masa itu semua orang Kristiani diundang untuk bertobat, mawas diri, dan mempersiapkan diri untuk menyambut Hari Raya Natal dan Hari Raya Paskah. Warna ungu juga digunakan untuk perayaan/ibadat tobat.
Pada umumnya, liturgi arwah menggunakan warna ungu sebagai ganti warna hitam. Dalam liturgi arwah itu, warna ungu melambangkan penyerahan diri, pertobatan, dan permohonan belaskasihan dan kerahiman Tuhan atas diri orang yang meninggal dunia dan kita semua sebagai umat beriman.
Kesimpulan
Hari raya dan pesta Tuhan disusun menurut urutan historis. Dengan demikian kita diberi  kesempatan untuk menghayati kembali peristiwa-peristiwa besar dari hidup Tuhan Yesus, melalui perayaan liturgis demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan dunia. Yesus adalah penebus sejak inkarnasi-Nya. Maka dari itu, kita merayakan dan mengalami kuasa penebusan dan penyelamatan-Nya dalam setiap peristiwa yang disajikan dan dirayakan sepanjang tahun liturgi Gereja.
Dengan memasukkan peristiwa-peristiwa historis hidup Tuhan Yesus ke dalam perayaan liturgis, sepanjang Tahun Liturgi, Gereja membantu kita untuk menghantar kuasa penebusan Kristus secara sakramental. Bahwa apa yang dulu pernah dilakukan Yesus dalam pelayanan historis-Nya, sekarang Ia lakukan, sebagai Tuhan yang bangkit dan melalui Roh Kudus, dalam misteri-misteri yang dirayakan dalam liturgi.
Tahun liturgi menawarkan kita untuk menghidupkan kembali seluruh sejarah keselamatan dan kehidupan Kristus, selama setahun. Hal ini mencakup peristiwa utama kehidupan Kristus: kelahirannya (Natal) kematian dan kebangkitanNya (Paskah), karunia Roh (Pentakosta).
Tahun Liturgi mengundang kita  untuk menyambut Tuhan dalam hidup kita dan tetap setia dengan penuh pengharapan menantikan pemenuhan Kerajaan Allah. Kita menyatakannya itu secara aklamatif dalam setiap perayaan Ekaristi, “Mysterium Fidei” :
“Marilah kita menyatakan misteri iman kita :
Wafat Kristus kita maklumkan,
kebangkitanNya kita muliakan,
kedatangan-Nya kita rindukan.”
Tahun Liturgi membantu kita terhadap misteri-misteri iman yang kita rayakan dan menghayat-hidupinya dalam hidup sehari-hari.

by. rd. philips seran


sakramen



Sakramen


Sakramen berasal dari kata Bahasa Yunani = ‘mysterion’, yang dijelaskan dengan kata ‘mysterium’  dan ‘sacramentum’ (Latin). Sacramentum dipakai untuk menjelaskan tanda yang kelihatan dari kenyataan keselamatan yang tak kelihatan yang disebut sebagai ‘mysterium‘. Kitab Suci menyampaikan dasar pengertian sakramen sebagai misteri / ‘mysterium‘ kasih Allah, yang diterjemahkan sebagai “rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad… tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya” (Kol 1: 26, Rom 16:25). Rahasia / ‘misteri’ keselamatan ini tak lain dan tak bukan adalah Kristus (Kol 2:2; 4:3; Ef 3:3) yang hadir di tengah-tengah kita (Kol 1:27). Jadi sakramen-sakramen Gereja merupakan tanda yang kelihatan dari rahasia / misteri Kristus - yang tak kelihatan - yang bekerja di dalam Gereja-Nya oleh kuasa Roh Kudus. Betapa nyatanya ‘rahasia’ ini diungkapkan di dalam sakramen-sakramen Gereja, terutama di dalam Ekaristi.
Mengacu pada pengertian ini, maka Gereja sendiri adalah “Sakramen Keselamatan” yang menjadi tanda rahmat Allah dan sarana yang mempersatukan Allah dan manusia.[4] Sebagaimana Yesus yang mengambil rupa manusia menjadi “Sakramen” dari Allah sendiri, maka Gereja sebagai Tubuh Kristus menjadi “Sakramen” Kristus. Artinya, di dalam Gereja, kuasa ilahi yang membawa kita kepada keselamatan bekerja melalui tanda yang kelihatan.
Di dalam perannya sebagai “Sakramen Keselamatan” inilah, Gereja dipercaya oleh Kristus untuk membagikan rahmat Tuhan di dalam ketujuh sakramen. Jadi sakramen tidaklah hanya sebagai tanda atau lambang, tetapi juga sebagai pemenuhan makna dari tanda itu sendiri, yaitu rahmat pengudusan untuk keselamatan kita sehingga Gereja mengajarkan bahwa dengan mengambil bagian di dalam sakramen, kita diselamatkan, karena melalui Kristus, kita dipersatukan dengan Allah sendiri.
Ketujuh sakramen ini menjadi tanda akan sesuatu yang terjadi sekarang, sesuatu yang terjadi di masa lampau, dan sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang.Jadi semua sakramen tidak hanya membawa rahmat pengudusan (sekarang), namun juga menghadirkan Misteri Paska Kristus (lampau) yang menjadi sumber kekudusan, dan menjadi gambaran akan kebahagiaan surgawi sebagai akhir dari pengudusan kita (yang akan datang). Dengan berpartisipasi di dalam sakramen inilah kita mengambil bagian di dalam kehidupan Ilahi yang tidak mengenal batas waktu; di dalam kehidupan Kristus yang mengatasi segala sesuatu.
Mengapa Tuhan mendirikan sakramen
Alasan pertama yaitu karena keterbatasan pemikiran manusia yang memahami sesuatu menurut perantaraan benda-benda yang kelihatan. Keterbatasan manusia ini yang menyebabkan adanya “sunat” untuk menandai perjanjian Allah dengan umat Israel pada Perjanjian Lama, yang disempurnakan menjadi Pembaptisan di dalam Perjanjian Baru.
Kedua, karena pemikiran manusia selalu menginginkan tanda sebagai pemenuhan janji. Kita melihat dalam masa Perjanjian Lama bagaimana Allah memberikan tanda-tanda yang menyertai bangsa Israel sampai ke Tanah Terjanji. Hal yang sama diberikan di dalam Perjanjian Baru yang merupakan pemenuhan dari Perjanjian Lama.
Ketiga, sakramen menjadi sesuatu yang selalu ada sebagai ‘obat’ rohani demi kesembuhan jiwa dan raga. Hal ini dapat kita lihat pada saat Yesus menyembuhkan orang buta dengan ludahNya yang dicampur dengan tanah (Yoh 9:6). Yesus sendiri menggunakan ‘benda perantara’ untuk menyampaikan rahmat penyembuhan-Nya. Dengan menerima sakramen, kita seumpama wanita perdarahan yang disembuhkan dengan menyentuh jubah Yesus (Mrk 5:25-34).
Ke-empat, sakramen adalah tanda/ lambang yang menandai umat beriman.
Dan yang terakhir, ke-lima,sakramen merupakan perwujudan iman, “karena dengan hati orang percaya dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Rom 10:10). Iman ini mendasari  kebajikan Ilahi yang lain yaitu pengharapan dan kasih, dan ketiga hal inimenghantarkan kita kepada kekudusan, yaitu hal yang diinginkan Allah pada kita. Melalui sakramen kita mengambil bagian dalam hidup Ilahi, sehingga di akhir hidup kita nanti, kita dapat sungguh bersatu dengan Tuhan dalam keabadian surga.
Ketujuh Sakramen Gereja
Mungkin ada orang bertanya, mengapa ada tujuh sakramen? Alasannya adalah karena terdapat hubungan yang erat antara kehidupan rohani dan jasmani. Secara jasmani ada tujuh tahap penting kehidupan: kita lahir, tumbuh menjadi dewasa karena makan. Jika sakit kita berobat, dan di dalam hidup kita dapat memilih untuk tidak menikah atau menikah. Lalu setelah selesai menjalani hidup, kita meninggal dunia. Nah, sekarang mari kita lihat bagaimana sakramen menguduskan tahap-tahap tersebut di dalam kerohanian kita.
Kelahiran kita secara rohani ditandai dengan sakramen Pembaptisan, di mana kita dilahirkan kembali di dalam air dan Roh (Yoh 3:5), yaitu di dalam Kristus sendiri. Kita diteguhkan oleh Roh Kudus dan menjadi dewasa dalam iman melalui sakramen Penguatan(Kis 1:5). Kita bertumbuh karena mengambil bagian dalam sakramen Ekaristi yang menjadi santapan rohani (Yoh 6: 51-56). Jika rohani kita sakit, atau kita berdosa, kita dapat disembuhkan melalui pengakuan dosa dalam sakramen Tobat/ Pengakuan dosa, di mana melalui perantaraan iman-Nya Tuhan Yesus mengampuni kita (Yoh 20: 22-23). Lalu jika kita terpanggil untuk hidup selibat untuk Kerajaan Allah, Allah memberikan kuasa untuk melakukan tugas-tugas suci melalui penerimaan sakramen Tahbisan Suci/ Imamat (Mat 19:12). Sedangkan jika kita terpanggil untuk hidup berkeluarga, kita menerima sakramen Perkawinan (Mat 19:5-6). Akhirnya, pada saat kita sakit jasmani ataupun saat menjelang ajal, kita dapat menerima sakramen Pengurapan orang sakit, yang dapat membawa rahmat kesembuhan ataupun persiapan bagi kita untuk kembali ke pangkuan Allah Pencipta (Yak 5:14).
Pengajaran tentang adanya tujuh sakramen ini kita terima dari Tradisi Suci, yang kita percayai berasal dari Kristus. Ketujuh sakramen ini ditetapkan melalui Konsili di Trente (1564) untuk menolak bahwa hanya ada dua sakramen Baptis dan Ekaristi menurut pandangan gereja Protestan. Sebagai umat Katolik, kita mematuhi apa yang ditetapkan oleh Magisterium Gereja Katolik, sebab merekalah penerus para rasul, yang meneruskan doktrin para rasul dengan kemurniannya.
Ketujuh Sakramen ini, dikelompokan menjadi tiga : pertama, Sakramen-sakramen Inisiasi Kristen : Sakramen Pembaptisan, Sakramen Krisma dan Sakramen Ekaristi. Kedua, sakramen-sakramen penyembuhan dan cinta kasih : Sakramen Tobat dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Ketiga, sakramen-sakramen panggilan dan persekutuan : Sakramen Imamat dan Sakramen Perkawinan.
Siapa yang menciptakan Sakramen?
Allah melalui Kristus adalah Pencipta Sakramen. Sakramen mengandung kuasa yang mencapai kedalaman jiwa seseorang, dan hanya Allah yang mampu melakukan hal itu. Jadi walaupun disampaikan oleh para imam, sakramen-sakramen Gereja tersebut merupakan karya Kristus. Kardinal Ratzinger (sekarang Paus Benedict XVI) menyatakan, dari sisi pandang imam sebagai penerus para rasul, sakramen berarti, “Aku memberikan apa yang tidak dapat kuberikan sendiri; aku melakukan apa yang bukan pekerjaanku sendiri… aku (hanyalah) membawakan sesuatu yang dipercayakan kepadaku.”
Jadi Kristuslah yang oleh kuasa Roh Kudus bekerja melalui para imam-Nya di dalam sakramen-sakramen. Pada sakramen Pembaptisan, Kristus sendirilah yang membaptis,demikian juga pada sakramen Pengakuan Dosa, Kristus sendiri yang mengampuni melalui imam-Nya, dan di dalam Ekaristi, Ia sendiri yang memberikan Tubuh dan DarahNya untuk menjadi santapan rohani kita, sehingga kita dipersatukan dengan-Nya dan dengan sesama umat beriman di dalam ikatan persaudaraan sejati.
Akibat utama yang dihasilkan oleh sakramen
Pertama, adalah rahmat pengudusan. Rahmat ini merupakan pemenuhan janji Kristus yang dituliskan oleh Rasul Paulus, bahwa Kristus mengasihi Gereja-Nya dan menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, menyucikannya dengan air dan firman (Ef 5:26). Rahmat ini diberikan pada setiap orang untuk hidup bagi Tuhan, dan kepada Gereja secara keseluruhan untuk meningkatkan kasih dan misi pewartaan.
Kedua, dengan menerima dan mengambil bagian di dalam sakramen, kita berpartisipasi di dalam kehidupan Yesus, dan melalui Yesus kita berpartisipasi di dalam kehidupan Allah Tritunggal Maha Kudus. Keikutsertaan kita dalam kehidupan Yesus, terutama dalam Misteri Paska ini mengantar kita kepada keselamatan kekal. Manusia melalui usahanya sendiri tidak dapat mencapai keselamatan, karena keselamatan pertama-tama karunia Allah (lih. Ef 2:5,8) yang kita terima melalui Yesus Kristus. Sebab oleh akibat dosa asal kita terpisah dari Tuhan, dan Kristus mempersatukan kita kembali dalam kehidupan-Nya melalui sakramen-sakramen. Melalui sakramen kita disatukan dengan Tuhan, dan diubah menjadi menyerupai Dia; tubuh kita yang fana menerima yang ilahi dan hati kita diisi oleh kebajikan-kebajikan yang berasal dari Allah sendiri, terutama dalam hal iman, pengharapan dan kasih.
Ketiga, ketiga sakramen yaitu Pembaptisan, Penguatan dan Tahbisan suci, memberikan‘karakter’ yang terpatri di dalam jiwa seseorang yang menerima sakramen tersebut. Pembaptisan menjadikannya anak angkat Allah, Penguatan menjadikannya sebagai ‘serdadu’ Kristus, dan Tahbisan suci menjadikannya imam yang diberi kuasa untuk menguduskan dan menerimakan sakramen-sakramen. Karena karakter khusus inilah, maka ketiga sakramen ini hanya dapat diterima satu kali saja.
Bagaimana agar kita menerima ‘buah’ yang berguna melalui sakramen
Pertama, kita harus mengetahui, menghargai dan menghormati rahmat ilahi yang diberikan melalui sakramen-sakramen ini. Lalu, karena kita mengetahui bahwa Allah sendiri yang memberikan rahmat-Nya, maka kita harus memperlakukan rahmat itu dengan hormat dan dengan semestinya, dan dengan sikap yang benar, terutama dalam sakramen Tobat dan Ekaristi, agar kita dapat menghasilkan buahnya.Kita harus mempersiapkan diri dan berpartisipasi pada saat kita menerima sakramen-sakramen dalam perayaan liturgi Gereja.
Kita mengetahui bahwa Yesuslah yang memerintahkan pemberian sakramen-sakramen tersebut melalui ajaran-ajaranNya. Karena berasal dari Kristus, rahmat itu adalah karunia yang sempurna, yang diberikan oleh kuasa Roh Kudus, yang dapat menembus jiwa untuk mendatangkan kesembuhan rohani, dan mendatangkan keselamatan yang tak ternilai harganya.
Kesimpulan
Melihat dalamnya arti ‘sakramen’ yang merupakan saluran rahmat Allah, dan tanda yang tak terpisahkan dari hakekat Gereja sebagai Tubuh Kristus, maka sudah selayaknya kita menghargai dan mempersiapkan diri seutuhnya untuk menerima sakramen-sakramen yang membawa kita kepada keselamatan. Mari kita merendahkan diri di hadapan Tuhan dengan menerima cara Tuhan menyampaikan rahmat-Nya kepada kita, baik untuk jiwa maupun tubuh kita, untuk mendatangkan keselamatan dan ‘kesembuhan’ baik rohani maupun jasmani. Dengan demikian kita dapat mengambil bagian di dalam kehidupan Ilahi yang dicurahkan kepada kita melalui Kristus.



By. RD. Philips Seran

Jambore



JAMBORE REMAJA KEVIKEPAN BANGKA - BELITUNG

DASAR PEMIKIRAN
Buku pedoman pastoral Keuskupan Pangkalpinang, post sinode II, “Menjadi Gereja Partisipatif (MGP) ”menekankan pentingnya kerasulan remaja. Buku pedoman itu menekankan bahwa pembinaan remaja hendaknya berpusat pada semangat doa, derma, kurban dan kesaksian (2D2K). Penekanan ini sebagai wujud konkret pembangunan gereja partisipatif di dalam diri remaja. Pembinaan remaja hendaknya diarahkan pada keterlibatan mereka di komunitas-komunitas Basis untuk berdoa dan memberikan derma bagi kegiatan missioner gereja.
MGP secara spesifik juga menekankan pentingnya kerasulan remaja untuk menanamkan militansi iman katolik di dalam diri mereka. Remaja disadarkan bahwa kehadiran mereka sangat penting sebagai saksi-saksi hidup dari Kerajaan Allah: menumbuhkan rasa cinta mereka pada misi gereja; menanamkan benih panggilan lewat cara hidup sebagai imam dan religius; menanamkan semangat persaudaraan sebagai satu anggota gereja Kristus.
            Semua paroki telah melakukan kerasulan remaja. Remaja ditanamkan jiwa mosioner sejak dini, maka mereka juga perlu dipertemukan dengan saudaranya yang lain, entah antar komunitas, wilayah dan paroki. Melalui pertemuan langsung itu jiwa persaudaraan,  keakraban,  solidaritas dan militansi iman berkembang semakin mantap. Lewat perjumpaan itu semangat doa, derma, kurban dan kesaksian semakin terpatri dalam diri remaja kita.
Melalui dasar pemikiran tersebut, komisi BIAR kevikepan Babel mempunyai agenda untuk melaksanakan pertemuan akbar remaja tingkat kevikepan. Tema yang diusung adalah,  “REMAJA Bertekad Menjadi Bintang Kristus”. Tema ini merupakan inpirasi dari Hari Anak dan Remaja Misioner sedunia ke-172, “Yang Kecil Jadikan Bintang”. Kegiatan jambore remaja ini juga sebagai bentuk kerasulan untuk memperingati tahun Lembaga Hidup Bakti 2015.
Rencana kegiatan untuk menggapai tema,  “Remaja Bertekad menjadi Bintang Kristus” dibagi dalam tiga bagian, yakni Kegiatan yang berpusat pada Kristus, Kegiatan yang berkomunio dan kegiatan yang mengarah pada misi Kristus. Agenda komisi BIAR ini menjadi kerasulan remaja yang  dilaksanakan secara rutin sekali dua tahun. Tentu saja rencana besar ini akan terwujud apabila kita semua proaktif. Kata  St. Paulus, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberikan pertumbuhan (1 Kor 3: 6)”. Sekarang kita akan bersusah payah “menanam dan menyiram”, namun, kita jangan cemas dan gelisah, Tuhan akan memberikan pertumbuhan dan hasil buat gereja kita ke depan. Sesuatu yang ditanam dengan keringat dan cucuran air mata, pasti akan menghasilkan berkas-berkas panenan yang dibawa pulang dengan suka cita dan sorak-sorak.



NAMA KEGIATAN
·         Jambore Remaja kevikepan Bangka – Belitung  I  (JRB I)

PERNYATAAN STRATEGIS
·         Remaja menjalin persudaraan, keakraban dan solidaritas sebagai anggota gereja yang satu kudus katolik dan apostolik.
·         Remaja menyadari peran mereka dalam tugas missioner gereja
·         Remaja yang semakin tangguh dalam berkepribadian
·         Remaja bertumbuh dan berkembang dalam iman

KEGITATAN
Jenis kegiatan, tujuan, sasaran dan materi untuk mewujudkan  pernyataan strategis,  terlampir

PESERTA
1.      Remaja Kevikepan Babel, usia 11-16 tahun, maksimal per-paroki:  50 orang x 7 paroki: 350 orang
2.      Pendamping  setiap paroki: 5 orang x 7 paroki: 35 orang
3.      Para Pastor Kevikepan Bangka - Belitung: 30 orang
4.      Utusan dari kongregasi para Suster dan bruder yang berkarya di Kevikepan Bangka Belitung, Keuskupan Pangkalpinang:  PRR: 2 orang ; KKS:  2 orang;  SSPS: 2 orang; AK: 2 orang;  FCH:  2 orang; BM: 2 orang;  SSCC: 1 orang
5.      Para seminaris Mario Jhon Boen:  6 orang
6.      Panitia OC/SC:  80 orang
Total peserta Jambore:  519 orang

WAKTU DAN TEMPAT
·         26-29 Juni 2015
·         Tempat :  Kompleks Persekolahan Sta. Maria Goreti-Sungai Liat

PERINCIAN ANGGARAN
Karena kegiatan jambore diikuti oleh remaja, pendamping, imam, biarawan/biarawati dan panitia dengan total 519 orang, dalam durasi waktu 4 hari, maka dibutuhkan dana yang tidak sedikit selama kegiatan jambore berlangsung, baik dari team pengarah (SC) maupun team pelaksana (OC).
a.      Baiaya keseluruhan: Rp. 176. 853.000;  dengan rincian sbb:
Nomor
PENGELUARAN
HARGA
JUMLAH
1.

SEKSI LITURGI
Lilin Altar 2 batang
Hosti kecil 4 bungkus
Anggelus & kerahiman ilahi
Cerdas cermat KS



@Rp. 60.000
@Rp. 60.000
Rp. 300.000
Rp. 500.000

Rp. 120.000
Rp. 240.000
Rp. 300.000
Rp. 500.000 +

Rp. 1.160.000
2
SEKSI ACARA
Sekretariatan (pembagian kelompok dll)
Bahan animasi
Gerak dan lagu
Pentas seni
Honor pemberi materi
Spanduk besar 2 buah
Spanduk kecil  7 buah
Syal peserta 519 orang




Rp. 5.000.000
Rp. 1.500.000
Rp. 1.000.000
Rp. 1.500.000
Rp. 5.000.000
@Rp. 500.000
@Rp. 250.000
@Rp. 7.000


Rp. 5.000.000
Rp. 1.500.000
Rp. 1.000.000
Rp. 1.500.000
Rp. 5. 000.000
Rp. 1.000.000
Rp. 1.750.000
Rp. 3.633.000 +

Rp. 21.383.000

3
SEKSI DOKUMENTASI

Rp. 3.000.000
4
SEKSI DEKORASI

Rp. 2.500.000
5
SEKSI KOMSUMSI
Sarapan pagi (3x519):1557
Makan siang dan malam: (5x519): 2595


Copy break (5x519):2595
Air gallon (15x3x3):135


Aqua 600ml (5 dus)





1557x 17.500;


2595x25.000


2595x12.500
135 galon x 5000

5 dusx75.000

Rp. 27.247.500


Rp. 64.875.000


Rp. 32. 437.500

Rp. 675.000

Rp. 375.000 +

Rp. 125. 610.000;
6
SEKSI KEAMANAN

Rp. 2.000.000
7
SEKSI KESEHATAN

Rp. 1.500.000
8
SEKSI PERLENGKAPAN


Rp. 10.200.000

9
SEKSI HUMAS

Rp. 500.000
10
SEKSI TRANSPORTASI

Rp. 3.000.000

11
SEKSI SOUNDSYSTEM

Rp. 6.000.000


b.      Sumber dana
Untuk menyukseskan kegiatan jambore tersebut yang menelan biaya sebagaimana tertera diatas, demi penggembangan kepribadian dan iman generasi muda Gereja, maka sumber dana kegiatan akan ditempuh melalui beberapa jalur:
1.      Swadaya peserta:  @ Rp. 50.000 x  350 orang:   Rp. 17.500.000
2.      Paroki-paroki:  Rp. 60.000.000, dengan perincian sebagai berikut:
Ø  Paroki Katedral St. Yoseph                        :  Rp. 20.000.000
Ø  Paroki St. Bernadeth                                 :  Rp. 5.000.000
Ø  Paroki Sungai Liat                                     :  Rp. 10.000.000
Ø  Paroki Mentok                                          :  Rp. 10.000.000
Ø  Paroki Koba                                               :  Rp. 5.000.000
Ø  Paroki Tanjung Pandan                             :  Rp. 5.000.000
Ø  Paroki Belinyu                                           :  Rp. 5.000.000
TOTAL: Rp. 17.500.000 x Rp. 60.000.000: Rp. 77.500.000;
Oleh karena itu, masih dibutuhkan dari para Donatur  dana sebesar Rp. 99.353.000;. Kepada para Donatur yang rela membagikan kelimpahan rezekinya untuk kegiatan Jambore  Remaja Kevikepan Bangka-Belitung ini, kami mengucapkan terima kasih. Tidak lupa kami doakan selalu keluarga dan karya Anda semua.
Sumbangan sauadara-saudari  dapat disalurkan lewat:  Bank Mandiri Pangkalpinang,   112-0096081794,  an. Keuskupan Pangkalpinang.

Mengetahui


RD. Yosefus Anting Patimura                                                   RD. Fransiskus Indrajati Hendri Santoso
Ketua SC                                                                                              Sekretaris SC
SUSUNAN KEPANITIAAN
Pelindung                    : Uskup Pangkalpinang: Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD
Penanggungjawab      :  Komisi Bina Iman Anak dan Remaja (Komisi BIAR)
Penasihat:
1.      Vikjen Keuskupan Pangkalpinang
2.      Ekonom Keuskupan Pangkalpinang
3.      Vikep Babel
Ketua Umum   :  RD. Yosefus Anting Patimura
Bendahara      : Theodora Orwasi
Sekretaris        : RD. Fransiskus Indrajati Hendri Santoso
Sterring Committee (SC) /Panitia Pengarah
1.      RD. Philipus Seran Pega
2.      RD. Yohanes Kurniawan Jeharut
3.      RD. Ferdinandus Meo Bupu
4.      RD. Ludgerus Lusi Oke
5.      RD. Servasius Samuel
6.      RD. Fransiskus Indrajati Hendri Santoso
7.      RD. Venansius Marianus Manse
8.      Treda Rosalina
Organizing Committee (OC) Panitia Pelaksana 
Ketua Panitia               : Bp. John Djanu Rombang
Sekretaris                    : Bp. Alfon Liwun
Bendahara                  : Ibu Yovita Yati
                                      Ibu Agustina Elis
                                     
Koordinator  Seksi-Seksi
1.      Koordinator Usaha Dana  : SC dan para pastor paroki
2.      Koordinator Acara            :
o   RD. Ludgerus Lusi Oke
o   Elysabeth Erny Susanto (Belitung)
o   Alex Djanu Rombang (Sungailiat)
o   Reco (Katedral Sto Yosef)
o   Rosdia Munte (Tiban-Batam)
o   Rini Sartori (Tiban Batam)

3.      Koordinator Seksi Liturgi  :
o   RD. Philips Seran
o   Sr. Gregoriana AK (Sungailiat)
o   Ibu Yofita DJR (Sungailiat)
o   Ibu Renata  Ramilah (sungailiat)
o   Bpk  FX Subiyantoro (sungailiat)
                                        
4.      Koordinator Seksi Perlengkapan : (Paroki Sungailiat)
o    Ketut Sugiartha
o   F.  Andry Setyawan
o   Viktor waluyo
o   Petrus Supardjo
o   Leo Agung Heriyanto
o    Paulus (LANAL)
o    Paulus Suranto
o   Bambang R.
5.      Koordinator Seksi Dekorasi : (paroki Sungailiat)
o   Adrianus DJR
o   Andrias Tri Suwito
6.      Koordinator Seksi komsumsi : (Paroki Sungailiat)
o   Sri Winarti
o   Ibu-ibu St.Anna
7.      Koordinator Seksi Keamanan : (Paroki Sungailiat)
o   Paulus Benediktus
o   Agustinus Nepindo
o    Anas   Napitupulu
o   Wahyudi
8. Koordinator Seksi Kesehatan           : (Paroki Sungailiat)
o   Dr Benedicta
o   Dr Mario
8.      Koordinator Seksi Dokumentasi: (Komisi)
o   RD. Pramodo
o   Majalah Berkat
           10 .Koordinator Seksi Humas: (Paroki Sungailiat)
o   Elias Sitinjak
           11. Koordinator Seksi Transportasi: (Paroki Sungailiat)
o   Sidartha Dwi Arjuno
o   Edie Amuk
           12. Koordinator Seksi Sound System: (Paroki Sungailiat)
o   P A Yanadipura.