MODEL
PASTORAL MEMBAMBAGUN SEMANGAT MISIONER
GEREJA KEUSKUPAN
PANGKALPINANG
(RD. Yos Patimura)
1.
Pengantar
Kaum awam adalah pelopor/perintis iman
katolik di Keuskupan Pangkalpinang. Sejarah Gereja mencatat bahwa ada beberapa tokoh awam yang memiliki kontribusi
besar menaburkan benih iman di Keuskupan Pangkalpinang. Salah
satunya adalah Paulus Tjen On Ngie. Berawal dari Paulus
inilah maka Gereja
Keuskupan Pangkalpinang boleh disebut gereja kaum
awam. Melihat realitas seperti itu, Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD dan penggantinya Mgr. Adrianus Sunarko, OFM menekankan
pola pastoral Komunitas Basis Gerejawi (KBG) untuk Keuskupan Pangkalpinang.
Melalui KBG peran serta/partisipasi umat dalam karya pewartaan Gereja semakin
baik. Melalui KBG, semua anggota
mengadakan pendalaman ajaran iman, Kitab Suci dan doa bersama, yang nantinya
akan membangkitkan semangat missioner umat.
2.
Semangat Misioner Umat
Keuskupan Pangkalpinang
2.
1 Gereja Kaum Awam
Penabur
benih iman katolik di wilayah Keuskupan Pangkalpinang dilakukan oleh kaum awam.
Salah satuh tokoh
awam adalah Paulus
Tjen On Ngie (1830-1871). Ia dikenal sebagai seorang tabib (sinshe/sinsang)
yang berkeliling di Pulau Bangka. Selain mengobati orang sakit, beliau juga
mewartakan Injil. Ia lahir di Tiongkok 1795, kemudian merantau
ke Pulau Penang (Malaysia) dan dibaptis di Penang 1872. Ia merantau lagi ke Bangka
dan menetap di Sungai Selan di antara para kuli Tiong Hoa pertambangan timah.
Paulus Tjen
On Ngie memberikan
pengajaran iman dan mempersiapkan para katekumen. Dia kemudian
mengirimkan para katekumen itu ke Singapore dan Penang
untuk dibaptis. Paulus Tjen On Ngie sendiri belum tahu dan belum mendengar bahwa ada uskup di Batavia. Mgr. Vrancken
dari Batavia mendapatkan
informasi dari Singapore dan Penang bahwa di Sungai Selan (Bangka) ada umat
Katolik. Tahun 1849 Mgr. Vrancken mengutus Pastor
Claesens, Pr berkunjung ke Sungai Selan dan saat itu Pastor Claesens membabtis
50
katekumen yang telah dipersiapkan oleh Paulus Tjen On
Ngie.
Pada tahun
1853 ada pastor mulai menetap di Sungai Selan dengan wilayah pelayanannya
meliputi bagian timur Sumatera dan Kalimantan Barat. Paulus Tjen On Ngie
diangkat menjadi Katekis, ia melayani dengan setia dan penuh semangat. Pada
tahun 1867 wilayah Sungai Selan (Bangka) mengalami kekosongan pastor, Paulus
Tjen berperan sebagai “pastor” sampai wafat 1871.
Komunitas
nelayan katolik di Sungai Bawah (Moro) Kepulaun Riau berasal dari Fu Kien
(Tiongkok), kebanyakan sudah masuk katolik di tempat asalnya dan sebagian besar
dari Paroki Ping Hai. Pada tahun 1920 komunitas nelayan katolik dari Sungai
Bawah mengadakan kontak dengan pastor di Singapore yang beberapa kali datang
melayani mereka. Pada tahun 1950 muncul beberapa komunitas katolik yang terdiri
dari pendatang asal Flores di Kepulauan Lingga (Kepulauan Riau). Mereka membawa
warisan iman dari Flores untuk berkumpul pada hari Minggu dan berdoa; umumnya
berdoa rosario dan menyanyikan lagu-lagu dari jubilate di kapel-kapel sederhana yang beratapkan daun rumbia yang
mereka dirikan sendiri. Pada hari Raya Natal atau Paskah mereka mencari gereja
di kota atau pulau lain dan pada waktu itulah mereka berjumpa dengan pastor
yang kemudian datang melayani mereka secara berkala.
Banyak
tempat di wilayah Keuskupan Pangkalpinang jarang mendapatkan pelayanan pastor,
karena wilayahnya banyak pulau. Kunjungan pastor yang jarang, membuat umat semakin giat mengatur dirinya baik dalam hal ibadat,
pewartaan
dan karya sosial lainnya. Terbentuknya
komunitas-komunitas umat yang mandiri memunculkan juga peran guru agama cukup
besar. Pada awalanya guru agama/sinsang bersifat suka rela dan setelah
kedatangan imam mereka ini diangkat menjadi katekis dan diberi gaji. Para
katekis ini menjadi pengajar-pengajar yang tangguh di berbagai tempat, terutama
di pulau-pulau terpencil di wilayah Keuskupan Pangkalpinang, seperti Paulus
Tjen On Ngie di Pulau Bangka, Josef Tan Tek Hoa di Tanjung Balai, Yohanes Tjong Piang Khoen di Belitung dan beberapa
tokoh awam Flores di Kep. Lingga.
2.
2 Sebutan Gereja Perantau
Terbentuknya
komunitas umat katolik di wilayah Keuskupan Pangkalpinang terjadi karena para
perantau. Mereka datang dari berbagai daerah ke wilayah Keuskupan Pangkalpinang. Tujuan kehadiran para
perantau ini adalah ingin memperbaiki taraf hidup perekonomian mereka. Di
samping mereka berkerja di tambang timah, perkebunan sawit, karet, kapal nelayan dan industri, mereka juga menyempatkan diri menyebarkan
benih iman di daerah dimana mereka bekerja.
Wilayah
Kevikepan Bangka Belitung sebagian umat adalah perantau dari Flores, Jawa dan
Batak. Umat Tiong Hoa sudah menetap lama dan sebagai tuan tanah di wilayah
Bangka Belitung. Sedangkan Wilayah
Kevikepan Kep. Riau umat katolik berasal dari
berbagai suku karena wilayah ini adalah daerah industri. Namun ada
beberapa tempat umat katolik adalah penduduk setempat (penduduk asli), seperti
Kep. Anambas dan Kep. Lingga.
Gereja
Katolik Keuskupan Pangkalpinang masih dikenal
sebagai Gereja perantau, meskipun sudah berabad-abad gereja hidup dan ada di wilayah ini.
Petugas pastoral, entah awam maupun religius, masih suka
menggunakan istilah gereja perantau. Sebutan Gereja Perantau bermaksud
untuk membangkitkan semangat iman
umat, mengajak umat membuka diri (dialog) dengan
yang lain
dan menciptakan kesatuan karena merasa senasib/sepenanggungan (perantau). Namun,
sebutan Gereja Perantau membawa pengaruh negatif pada pandangan
orang tentang gereja itu sendiri. Orang melihat bahwa Gereja Katolik itu adalah
sesuatu yang asing sehingga menimbulkan kecurigaan-kecurigaan di mata masyarakat pada umumnya. Pada Sinode II Keuskupan
Pangkalpinang, mulai menyadari identitas diri bahwa Gereja Pangkalpinang telah
menyatuh dengan budaya lokal. Gereja telah menjadi tuan tanah bukan lagi warga perantau
di tanah sendiri. Umat katolik telah lahir turun temurun, berbahasa,
berkarakter dan berbudaya dengan lokalitas yang ada. Maka 100% katolik dan 100%
Gereja Katolik Keuskupan Pangkalpinang.
3.
KBG Sebagai Model
Pastoral
3.
1 KBG sebagai Fokus
dan Lokus Pastoral
Keuskupan
Pangkalpinang menggerakkan semangat bermisi KBG. Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD menegaskan
bahwa KBG bukan sebagai salah satu alternatif pastoral atau salah satu pastoral
kategorial. Tetapi KBG adalah fokus dan lokus dari seluruh karya pastoral Keuksupan Pangkalpinang, baik parokial maupun kategorial. KBG merupakan persekutuan kaum
beriman kristiani, yang hidup, kecil dan basis dalam sebuah paroki, di bawah
kegembalaan pastor paroki, sebagai ungkapan sejati persekutuan gerejawi, tempat
kaum beriman mengkomunikasikan Sabda Allah dan mengungkapkannya dalam pelayanan
serta kasih seseorang kepada yang lain.
KBG menjadi fokus dan lokus pastoral Keuskupan Pangkalpinang bertujuan untuk
mengajak umat beriman menimbah semangat misioner awal. Gereja Pangkalpinang adalah gereja
kaum awam. Semangat kaum awam sebagai misionaris awal dengan segala
keterbatasannya mampu dan gigih mewartakan injil dan menaburkan iman katolik di
Wilayah Keuskupan Pangkalpinang. Kaum awam telah bekerja dengan satu keyakinan
teguh bahwa Nama Tuhan harus dimuliakan dan sukacita injil harus menggapai
semua orang. Semangat misioner
kaum awam masa lalu ini hendaknya
menjadi spirit hidup semua umat katolik Keuskupan Pangkalpinang dewasa ini. Pastoral
KBG mampu menciptakan kaum awam yang handal, militan dalam iman dan peduli akan
misi karya pewartaan Gereja. KBG sebagai fokus dan lokus pastoral ini akan
membentuk misionari-misonaris awam yang handal dalam tugas perutusan gereja
dewasa ini. Melaui KBG semangat misioner Paulus Tjen On Ngie dkk akan terus
hidup dan menyala dalam diri umat Keuskupan Pangkalpinang.
Gereja
Pangkalpinang adalah bagian dari
lokalitas budaya dimana gereja itu ada dan hidup. Misi umat
Keuskupan Pangkalpiang adalah membangun KBG yang inklusif, dialogal, berakar
pada iman dan peduli terhadap semesta. Stereotipe gereja perantau menimbulkan
kesan yang kurang bagus dan sekaligus membuat gereja itu kurang berakar.
Pandangan gereja sebagai warga asing akan menimbulkan juga perasaan minder dan
menutup diri dengan situasi yang ada. Melaui situasi ini, pastoral KBG mampu
secara perlahan-lahan membangkitkan antusiasme umat menampakan iman dan membuka
diri bahwa gereja adalah bagian yang tak terpisahkan dari wilayah dimana gereja
itu hidup.
3.
2 KBG Menempah Semangat Misioner Umat
Umat
Keuskupan Pangkalpinang yang berada dalam KBG-KBG telah memilih untuk melukiskan
identitasnya sebagai “Umat yang dijiwai oleh Allah Tritunggal Mahakudus bertekad Membangun Gereja Partisipatif”. Visi ini mengingatkan kembali seluruh anggota Gereja,
imam, awam dan religius untuk melaksanakan tugas perutusan Kristus. Persatuan
para anggota Gereja dengan komunio Allah Tritunggal
melahirkan suatu "keluarga" baru, sehingga terciptalah suatu
persekutuan dan persaudaraan di antara para anggota Gereja, Tubuh Mistik
Kristus, Umat Allah di Keuskupan Pangkalpinang. Dalam kesatuan itu semua
anggota menjadi bagiannya. Pada saat yang sama semua anggota komunitas basis mengambil
bagian untuk membangun suatu persaudaraan atas dasar iman, harapan dan kasih.
Dan dengan cara hidup demikian umat Allah mewartakan Kerajaan Allah kepada
dunia.
Dijiwai oleh Allah Tritunggal,
harus dipahami bahwa Allah Tritunggal merupakan sasaran iman,
dasar, sumber dan model hidup umat beriman Keuskupan Pangkalpinang. Sasaran
iman umat berarti beriman tidak kepada
sembarang Allah tetapi pada Allah dengan sifat-sifat yang khas-Nya: persekutuan dalam
kasih, rahim, murah hati, mencipta, mewahyukan diri, menyelamatkan manusia dan seluruh ciptaan. Allah
adalah dasar iman dan sumber kehidupan
ciptaan. Dialah yang memungkinkan kita hidup dan beriman, berinisiatif menciptakan kita semua, mewahyukan diri,
mewartakan serta mewujudkan karya keselamatan kepada umat manusia dan seluruh
ciptaan. Hidup dan iman kita berasal
dari Dia. Sumber hidup dan iman kita tidak hanya pada mulanya, melainkan sampai sekarang
dan selalu Ia terus menerus memperkenalkan diri, mewartakan serta
mewujudkan karya keselamatan kepada umat manusia serta seluruh ciptaan. Allah sebagai model hidup umat beriman karena dalam
iman dan relasi dengan-Nya, umat Keuskupan Pangkalpinang ingin – seperti Allah Tritunggal - membangun persekutuan
dan keluar berpartisipasi dalam karya keselamatan bagi manusia dan seluruh
alam ciptaan.
Gereja Keuskupan Pangkalpinang menggambarkan diri
sebagai sebuah Gereja Partisipatif, maka umat Allah menyadari bahwa (1) dirinya
merupakan bagian dari Tubuh Kristus yang satu, kudus, katolik dan apostolik,
karena berpartisipasi dalam hidup dan misi Kristus; (2) partisipasi dalam hidup
Kristus menjadikan seluruh umat Keuskupan Pangkalpinang sebagai satu keluarga
di mana semua anggota "ambil bagian" dalam duka dan kecemasan, derita
dan kegembiraan para anggotanya; (3) dan akhirnya, diutus untuk membangun suatu
keluarga yang dilandasi oleh cinta, damai dan keadilan baik di antara para
anggota Gereja maupun dengan seluruh umat manusia.
Konsili Vatikan II mengungkapkan,
bahwa “seluruh Gereja tampak sebagai umat yang disatukan berdasarkan kesatuan
Bapa dan Putera dan Roh Kudus.” Dalam terang Konsili ini dapat dikatakan, bahwa
Umat Allah Keuskupan Pangkalpinang dijiwai oleh Allah Tritunggal Mahakudus,
tidak hanya mengungkapkan kekayaan “spiritualitas” hidup Gereja, melainkan
dengan tegas mengungkapkan bahwa misteri iman Allah Tritunggal adalah ikon
hidup bersama dalam komunitas Gerejawi yang sedang berziarah di dunia ini.
Model Gereja Partisipatif ini pada
hakekatnya merupakan wujud dari Umat Allah dan Tubuh Kristus yang dibentuk,
dibangun dan sakramental karena dan atas dasar persekutuan hidup dan karya
Allah Tritunggal Mahakudus. Karena baptisan, semua yang berpartisipasi
disatukan dengan hidup dan perutusan Yesus Kristus yang telah dimulai oleh Bapa
dan diteguhkan oleh Roh KudusNya di dalam sejarah umat manusia. Partisipasi dan
pengalaman kesatuan dengan Kristus itu melahirkan kesatuan setiap orang dengan
sesama anggota umat Allah maupun dengan semua manusia yang diciptakan sebagai
gambaran Allah. Dalam persekutuan sebagai Tubuh Kristus itu, setiap orang
beriman maupun komunitas-komunitas gerejawi diutus untuk mewartakan Kabar Baik
Kerajaan Allah.
3.
3
KBG adalah Tempat Pendalaman Kitab Suci, Kesaksian dan Perutusan
Sharing Injil adalah sarana yang paling tepat untuk
menolong umat beriman mendengarkan Yesus. KBG adalah komunitas doa, maka
dalam sharing injil, Kitab
Suci menjadi buku doa dan inspirasi hidup komunitas. Umat beriman digerakan
untuk berani mengisahkan kisah Yesus dalam hidupnya yang konkret. Menolong umat
untuk melihat segala sesuatu dalam terang injil. Kegiatan pendalaman Kitab Suci
dapat dilakukan oleh umat sendiri tanpa harus ada imam walaupun imam hadir
bersama mereka.
Anggota KBG tidak hanya mengkomunikasikan pesan Injil, tetapi mereka
juga akan melakukan aksi-aksi nyata dari pesan Injil untuk kebaikan bersama. KBG adalah komunitas saudara-saudari Yesus (Gereja). Tuntutan Yesus bukan
hanya mendengarkan melainkan juga melaksanakan Sabda Allah. Aksi nyata membuat
iman menjadi iman yang hidup, seperti kata St. Yakobus, “iman tanpa perbuatan
adalah mati” (Yak. 2:20). Tugas umat beriman untuk menghayati hidupnya dalam
terang injil. Bersaksi tentang Yesus adalah pengabdian yang luhur. Yesus
bersabda, “Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang supaya mereka melihat
perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu di surga” (Mat 5:16). Isi injil
disimpan oleh Gereja sebagai warisan hidup yang berharga, maka injil harus
diteruskan dan dikomunikasikan, seperti lewat kesaksian hidup kristiani kepada
semua orang. Tugas umat beriman adalah mewartakan kabar gembira Yesus kepada semua
orang.
KBG sangat
membantu umat dan para petugas pastoral untuk mengenal satu sama lain secara
mendalam. Hidup ber-KBG membuat umat beriman merasa saling memiliki, mengenal
secara personal, hidup dalam satu saudara, kegembiraan dan kecemasan adalah
milik bersama. Melalui KBG umat
berpartisipasi secara lebih aktif ambil bagian dalam tugas gereja dan sosial-
kemasyarakatan.
4.
Prospek Misi Yang Memberikan Harapan di
Keuskupan Pangkalpinang
4. 1 Keluarga
Keluarga adalah sel utama keberlangsungan hidup gereja dan masyarakat.
Oleh karena itu, keluarga merupakan tempat dan sarana untuk mewujudkan masyarakat yang semakin manusiawi,
yang didalamnya nilai-nilai kebajikan dipelihara, dilaksanakan dan diteruskan oleh generasi selanjutnya. Pembinaan dan perhatian
pada pastoral keluarga menjadi penting. Mgr. Ardianus Sunarko, OFM pada sebuah
kesempatan mengatakan keluarga yang baik menghasilkan komunitas basis yang baik, komunitas yang baik akan
menghasilkan gereja dan masyaraat yang berkualitas. Demikian pula, ketika
keluarga kristiani diperhatikan dengan baik dan menjalankan tugas perutusanya
secara baik, maka keluarga-keluarga kristiani akan menjadi batu-batu hidup KBG.
Melihat pentingnaya peran keluarga dalam kehidupan Gereja, masyarakat, dan menjadi batu-batu hidup KBG
(KBG merupakan persekutuan umat yang paling kecil yang terdiiri dari 15-20 keluarga), maka sangatlah penting bagi Gereja Keuskupan Pangkalpinang
untuk senantiasa mendukung dan mendampingi pastoral keluarga. Munculnya
kelompok-kelompok keluarga dari KBG-KBG yang siap sedia mendedikasikan diri
untuk pastoral keluarga di Keuskupan Pangkalpinang. Kelompok ME dan CFC menjadi
mitra komisi kelurga keuskupan yang berkarya untuk membangun dan merawat
keluarga-keluarga kristiani.
4. 2 Kaum
Muda
Gereja
menyadari bahwa pengetahuan iman kaum muda Katolik masih kurang, sehingga, di
satu sisi, mereka tidak mempunyai dasar iman yang kokoh, dan dilain pihak,
mereka tidak memiliki spiritualitas hidup yang jelas. Gereja merasa harus
membantu kaum muda untuk membangun iman yang kokoh dan mengakar di dalam diri
kaum muda sehingga mereka mampu menghadapi masalah dan tantangan yang
ada. Spiritualitas umat Keuskupan Pangkalpinang,”Kemuridan dan Hamba Allah”
menjadi bekal pembinaan kaum muda. Melalui spirtualitas ini kaum muda dibina
untuk menghayati kehidupan rohani yang kelak akan melahirkan semangat untuk mewartakan kabar suka cita dengan memberikan kesaksian iman di tengah masyarakat.
Pembinaan
dan pendampingan orang muda selalu berjalan teratur dan terencana di Keuskupan
Pangkalpinang. Tingkat KBG, wilayah,
Paroki dan Kevikepan selalu tersedia tempat
dan waktu untuk pembinaan kaum muda. Banyak modul-modul pendalaman dan
pelatihan yang disedikan oleh komisi
kepemudaan. Pembinaan yang dilakukan secara rutin ini selalu menghasilkan kaum
muda yang berkualitas bagi gereja dan masyrakat.
4. 3 Anak dan
Remaja
Pastoral
anak dan remaja sangat popular di Keuskupan Pangkalpinang. Setiap KBG mempunyai
pembinaan tetap untuk anak dan
remaja yang didampingi oleh fasilitor sekolah Minggu. Gereja menyadari bahwa
anak dan remaja adalah generasi masa depan gereja dan masyarkat. Oleh karena
itu, pembinaan iman dengan spiritualitas
2D2K (doa, derma, kurban dan kesaksian) dan
animasi anak dan remaja diberikan secara teratur. Keuskupan Pangalpinang
mempunyai tradisi tahunan, yakni Jambore Anak dan Remaja. Jambore ini sebagai
ajang untuk anak dan remaja berkumpul bersama, membagi suka cita dan persaudaraan satu sama lain. Melalui
ajang perjumpaan ini semangat misioner
di dalam diri anak dan remaja terus berkembang.
4. 4 Imigran dan
Perantau
Wilayah Keuskupan
Pangkalpinang menjadi daerah tujuan untuk para pencari kerja, dan tempat transit para TKI ke Malaysia dan Singapore.
Hampir setiap tahun selalu ada cerita duka tentang nasib para pencari kerja
ini. Mereka harus menanggung penderitaan lahir batin.
Keuskupan Pangkalpinang merasa terpanggil untuk memperhatikan dan menyelamatkan duka dan derita para pendatang dan
pencari kerja ini. Melalui Komisi Imigran dan Perantau, Keuskupan Pangkalpinang sudah banyak membantu saudara-saudari yang menderita. Gereja
menyalurkan rahmat bantuan bagi semua yang menderita, tanpa melihat, agama,
suku, ras dan golongan. Misi kemanusiaan ini
membuat Gereja Keuskupan Pangkalpinang menjadi buah tutur kebaikan dari
banyak orang.
4. 5 Ekonomi
Ada
ungkapan, “Iman umat akan semakin fokus apabila isi
perut mereka terjamin dengan baik”. Ungkapan ini ada benarnya juga.
Gereja boleh mengharapkan
umatnya untuk bersuka cita dan bersemngat dalam misi, tetapi Gereja juga harus
memperhatikan kesejahteraan
hidup ekonomi mereka. Tentu Gereja tidak
menyalurkan bantuan material, uang dan barang, tetapi Gereja harus memberikan
ide, solusi agar umat terbebas dari kemiskinannya.
Keuskupan
Pangkalpinang menggerakan perbaikan ekonomi masyarakat melalui Cerdit Union.
Keuskupan berinisiatif mendirikan Credit
Union Jembatan Kasih. Anggota dari CU ini telah mencapai 100.000
orang dengan asset sudah mencapi 170 Miliyar. Anggota CU ini umum, tetapi visi,
misi, spiritualitas tetap menampakan unsur kekatolikan. Melaui pastoral ekonomi
ini misi Keuskupan untuk membangun dan mensejahterakan masyarakat tercapai.
5.
Penutup
Semangat
Misioner umat terus berkembang mengikuti perjalanan sejarah Keuskupan Pangkalpinang.
Melalui Sakramen Baptis setiap umat beriman dipanggil dan diutus untuk
mewartakan Injil Kristus sesuai dengan karisma masing-masing. Model pastoral
Keuskupan Pangkalpinang yakni KBG, tujuanya adalah memberdayakan dan
membangkitkan semangat misioner dalam diri umat beriman. Misi Gereja Keuskupan
Pangkalpinang sebagai pedoman pastoral, yakni misi kedalam dan misi keluar.
Misi kedalam adalah membangun KBG yang inklusif, dialogal, berakar pada iman
dan ajaran Gereja. Sedangakn misi keluar adalah peduli terhadap lingkungan
hidup, berpihak kepada yang miskin, profetis. transformatif, kekeluargaan dan
memberdayakan. Karya pastoral Keuskupan Pangkalpiang bersifat ke dalam maupun
keluar bertujuan untuk menyampaikan kabar suka cita injil bagi semua orang.
Buku Sumber:
1.
Marilah Melangkah Maju Dalam Persudaraan: Pedoman Umat
Katolik Keuskupan Pangkalpinang 2000-2010, Grasindo, PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2000
2. Menjadi Gereja
Partisipatif: Pedoman Pastoral Keuskupan Pangkalpinang, Post Sinode II, Obor, 2012
3. Sejarah Gereja Katolik
Indonesia, Jilid 3A, Dokumentasi Penerangan KWI, 1974
4.
Sejarah Gereja Katolik indonesia, Jilid 2, Dokumentasi Penerang KWI, 1972. Hlm 98-102