Sabtu, 27 April 2013

PANCO>>>>>>>>>>



BELAJAR DARI SANG PERWIRA
(MAT 8:5-11)

Jabatan, pangkat dan kedudukan dalam instansi pemerintahan atau swasta turut mempengaruhi seseorang bila berhadapan dengan orang lain. Orang yang memiliki kedudukan tinggi biasanya mendapatkan penghormatan entah di dalam atau di luar pekerjaanya. Atau orang yang memiliki kedudukan tinggi meminta atau menghendaki agar orang lain memperlakukan dirinya sesuai dengan keududukannya. Hal ini memang sangat dinikmati oleh orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi itu. Mereka merasa dirinya sebagai “special one” yang patut dan layak mendapatkan perlakukan itu.
Orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi merasa diri sebagai orang penting bagi orang lain. Mereka merasa keberadaan mereka sebagai pencerah bagi orang lain. Bahkan lebih dari itu, seakan-akan keberlangsungan sebuah tatanan hidup dalam satu komunitas berada ditangan mereka. Oleh karena itu, ada orang yang memiliki kedudukan tinggi menghendaki agar diri mereka dikultuskan. Mereka menyukai agar orang lain siap sedia melayani mereka.
Gambaran di atas tidak berlaku bagi sang perwira yang dilukiskan dalam kisah injil Mateus. Sang perwira memperlihatkan dirinya sebagai orang biasa. Ia tidak terikat dengan pangkat, jabatan dan kedudukan yang dimiliki. Mungkin juga ia merefleksikan bahwa jabatan yang melekat dalam dirinya itu adalah sebuah panggilan untuk melayani orang lain. Kedudukan yang dimiliki oleh sang perwira membuat dia bersikap rendah hati, bukan membuat sang perwira menjadi sombong dan pongah. Sikap dan penghayatan hidup tersebut terbukti ketika sang perwira berhadapan dengan Yesus. Sang perwira menjumpai Yesus dengan sikap yang sangat sopan dan rendah hati. Berhadapan dengan Yesus ia merasa dirinya tak berarti apa-apa.
”Tuhan bersabdalah maka hambaku akan sembuh”. Ungkapan yang tulus dan polos ini tumbuh dari sikap iman mendalam sang perwira. Ia memiliki keyakinan teguh bahwa Yesuslah yang bisa mengatasi persoalan yang dialami. Sang perwira tidak pernah memperalat kedudukannya untuk memaksa Yesus membantu kesulitannya atau melayani dirinya. Melainkan sang perwira dengan penuh kerendahan hati memohon dengan penuh iman kepada Yesus. Sang perwira menghormati private Yesus untuk memutuskan permohonannya. Sang perwira tampaknya tidak ingin merepotkan Yesus,  maka, dia hanya meminta sabda keluar dari mulut Yesus pasti hambanya akan sembuh.
Yesus memuji sikap dan iman dari sang perwira. Mungkin juga orang-orang seperti sang perwiran ini sulit dijumpai oleh Yesus pada zaman-Nya. Yesus memberikan apresiasi sangat tinggi kepada sang perwira yang memiliki sikap kepasrahan total kepada Tuhan. Yesus pun memberikan kasih-Nya yang melipah kepada sang perwira. Sang perwira kembali menjumpai hambanya telah sembuh. Kita juga hendaknya selalu belajar dari kepribadian sang perwira, yakni sikap iman dan kepasrahan total kepada kehendak Tuhan.