BELAJAR DARI SANG PERWIRA
(MAT 8:5-11)
Jabatan, pangkat dan kedudukan dalam instansi
pemerintahan atau swasta turut mempengaruhi seseorang bila berhadapan dengan
orang lain. Orang yang memiliki kedudukan tinggi biasanya mendapatkan penghormatan
entah di dalam atau di luar pekerjaanya. Atau orang yang memiliki kedudukan
tinggi meminta atau menghendaki agar orang lain memperlakukan dirinya sesuai
dengan keududukannya. Hal ini memang sangat dinikmati oleh orang-orang yang
memiliki kedudukan tinggi itu. Mereka merasa dirinya sebagai “special one” yang patut dan layak
mendapatkan perlakukan itu.
Orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi merasa
diri sebagai orang penting bagi orang lain. Mereka merasa keberadaan mereka
sebagai pencerah bagi orang lain. Bahkan lebih dari itu, seakan-akan
keberlangsungan sebuah tatanan hidup dalam satu komunitas berada ditangan
mereka. Oleh karena itu, ada orang yang memiliki kedudukan tinggi menghendaki
agar diri mereka dikultuskan. Mereka menyukai agar orang lain siap sedia melayani
mereka.
Gambaran di atas tidak berlaku bagi sang perwira
yang dilukiskan dalam kisah injil Mateus. Sang perwira memperlihatkan dirinya
sebagai orang biasa. Ia tidak terikat dengan pangkat, jabatan dan kedudukan
yang dimiliki. Mungkin juga ia merefleksikan bahwa jabatan yang melekat dalam
dirinya itu adalah sebuah panggilan untuk melayani orang lain. Kedudukan yang
dimiliki oleh sang perwira membuat dia bersikap rendah hati, bukan membuat sang
perwira menjadi sombong dan pongah. Sikap dan penghayatan hidup tersebut
terbukti ketika sang perwira berhadapan dengan Yesus. Sang perwira menjumpai
Yesus dengan sikap yang sangat sopan dan rendah hati. Berhadapan dengan Yesus
ia merasa dirinya tak berarti apa-apa.
”Tuhan bersabdalah maka hambaku akan sembuh”. Ungkapan
yang tulus dan polos ini tumbuh dari sikap iman mendalam sang perwira. Ia
memiliki keyakinan teguh bahwa Yesuslah yang bisa mengatasi persoalan yang
dialami. Sang perwira tidak pernah memperalat kedudukannya untuk memaksa Yesus
membantu kesulitannya atau melayani dirinya. Melainkan sang perwira dengan
penuh kerendahan hati memohon dengan penuh iman kepada Yesus. Sang perwira
menghormati private Yesus untuk
memutuskan permohonannya. Sang perwira tampaknya tidak ingin merepotkan
Yesus, maka, dia hanya meminta sabda
keluar dari mulut Yesus pasti hambanya akan sembuh.
Yesus memuji sikap dan iman dari sang perwira.
Mungkin juga orang-orang seperti sang perwiran ini sulit dijumpai oleh Yesus
pada zaman-Nya. Yesus memberikan apresiasi sangat tinggi kepada sang perwira
yang memiliki sikap kepasrahan total kepada Tuhan. Yesus pun memberikan
kasih-Nya yang melipah kepada sang perwira. Sang perwira kembali menjumpai
hambanya telah sembuh. Kita juga hendaknya selalu belajar dari kepribadian sang
perwira, yakni sikap iman dan kepasrahan total kepada kehendak Tuhan.