Sabtu, 04 Maret 2017

Hendri Satrio-Tong Kosong

Hendri Satrio:  
“Kedatangan Raja Salman
Untuk Kepentingan Presiden Joko widodo”

Melalui Suara.com - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai bahwa kedatangan Raja Salman meningkatkan citra Presiden Joko Widodo (Jokowi). "Citra Jokowi sedikit tertolong dengan kehadiran Raja Salman. Pasca 411 dan 212 citra Jokowi terus menurun akibat dicitrakan melindungi Ahok dan berseberangan dengan Islam," kata Hendri melalui pesan tertulis yang diterima Antara di Klaten, Jawa Tengah, Sabtu malam.


Namun Hendri menyayangkan kunjungan Raja Salman kurang bermakna bagi rakyat Indonesia. Karena Istana lebih berkonsentrasi dengan penyampaian pesan kunci yang tidak jauh dari pencitraan, seperti kehujanan saat berusaha memayungi Raja Salman.  "Hal yang menjadi sangat mendasar dan ditunggu pembahasannya seperti penanganan korban Crane jatuh serta perlakuan untuk lebih menghargai TKI kita tidak termasuk dalam hal yang secara kuat disampaikan ke publik," tulis Hendri.  Istana juga terkesan membiarkan terhadap meme atau cerita tidak penting dari kunjungan ini, seperti selfie dengan Raja Salman dan cerita hiperbola Ahok bersalaman dengan Raja Salman. Hendri menyimpulkan, secara singkat lagi-lagi kunjungan besar ini dipandang dari komunikasi politik hasilnya hanya sebatas perbaikan citra untuk Jokowi dan Ahok saja. 


Pendapat  Saudara Hendri Satrio yang termuat dalam  suara. com  ini mewakili  mental segelintir rakyat Indonesia yang kurang tahu rasa berterima kasih kepada kepemimpinan Joko Widodo.  Sebagai pengamat, Hendri  seharusnya melihat sisi positif dari  hospitalitas Presiden Jokowi menerima kehadiran Raja Salman di Indonesia. Sikap-sikap baik yang ditunjukkan oleh Presiden Joko widodo  adalah kekhasan  kultur Bangsa Indonesia. Kita harus bangga bahwa kita telah memiliki seorang pemimpin jiwa kerja, siap melayani (memayungi Raja  Salman), dan sangat rendah hati. Apa bila Hendri  Satrio dan kaumnya  mempunyai ambisi menjadi pemimpin maka belajarlah model kepemimpinan Presiden Joko Widodo.


Citra Presiden Joko Widodo sejak awal kepemimpinan sampai saat ini tetap stabil dan bahkan selalu meningkat. Hampir seluruh rakyat Indonesia mencintai dan mengidolakan Presiden Joko Widodo. Ia bekerja untuk bangsa dan negara Indonesia: membangun infrastruktur dari  Sabang sampai Marauke dan dari Rote sampai Miangas; menjaga  empat pilar simbol keutuhan bangsa, Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI, yang sering dirong-rong oleh kaum fundamentalis islam, termasuk Hendri sendiri.  Semua tugas yang dijalankan oleh Presiden Joko Widodo selama ini bukan bertujuan untuk mencitrakan dirinya. Namun, Presiden Joko Widodo justru berjuang memperbaiki  kembali citra Bangsa dan Negara Indonesia yang rusak  dan ternoda oleh kepicikan dan kefasikan Hendri Satrio dan kaumnya. Hal-hal kecil dan sederhana yang lakukan oleh Presiden Joko Widodo, seperti meme dan foto selfie dengan Raja salman adalah gambaran kekakraban dan kekeluargaan. Juga sebagai simbol bahwa Indonesia tidak angkuh, meskipun penduduk muslim terbesar di dunia,  selalu taat dan loyal  kepada Arab Saudi, tempat lahirnya agama Islam.


 Peristiwa  Crane jatuh yang menimpah korban Jemaah Haji Indonesia dan perlakuan tidak adil TKI di Arab Saudi adalah agenda yang telah dibahas oleh pemerintahan Joko Widodo dan Raja Salman.  Semua aspek kehidupan yang tertera dalam hubungan bilateral antara Indonesia dan Arab Saudi telah dibahas dan diperbaharui kembali. Tidak semua kesepakatan-kesepakatan antara Indonesia dan Arab Saudi harus  dipublikasikan, oleh karena itu Hendri satrio tidak perlu prihatin dan gelisah. Hampir semua orang tahu bahwa keprihatinan Hendri Satrio hanya sebagai bentuk ketidaksukaan terhadap Presiden Joko Widodo saja.  Hendri Satrio tidak perlu menjadi “pahlawan”  untuk para korban Crane dan TKI di Arab Saudi. Melalui aksi keprihatian dan kritik tak mendasar kepada Presiden Joko Widodo, Hendri Satrio telah berhasil membangun citra tetapi prematur  alias pencitraan doang.



Kujungan Raja Salman sebagai momentum bagi Joko Widodo untuk memperbaiki citranya yang rusak akibat melindungi Ahok dan berseberangan dengan Islam adalah tuduhan yang kurang tepat  dari Hendri Satrio. Sebenarnya Hendri Satrio telah melakukan fitnah yang luar biasa, sebab apa yang dituduhkan adalah argumentasi tanpa fakta dan opini tanpa wacana. Statement-statement  dari Hendri Satrio ini sungguh  menggelihkan hati, ibaratnya Hendri Satrio sedang menyusun kalimat-kalimat majas hiperbola. Tidak masuk akal kalau dikatakan Presiden Joko Widodo melindungi Ahok, tetapi kenyataanya Ahok  sedang diproses secara hukum  sampai saat ini. Presiden Joko Widodo juga tidak berseberangan dengan  Islam. Dia sendiri adalah islam taat. Justru Presiden Joko Widodo sedang membangun kembali citra Islam Indonesia,  Islam Rahmatan Lil ‘Alamin. Islam belakangan ini rusak karena ulah segelintir orang, termasuk Hendri Satrio sendiri.