Hendri Satrio:
“Kedatangan Raja Salman
Untuk Kepentingan Presiden
Joko widodo”
Melalui Suara.com
- Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai
bahwa kedatangan Raja Salman meningkatkan citra Presiden Joko Widodo (Jokowi). "Citra
Jokowi sedikit tertolong dengan kehadiran Raja Salman. Pasca 411 dan 212 citra
Jokowi terus menurun akibat dicitrakan melindungi Ahok dan berseberangan dengan
Islam," kata Hendri melalui pesan tertulis yang diterima Antara di Klaten,
Jawa Tengah, Sabtu malam.
Namun Hendri menyayangkan kunjungan Raja Salman kurang
bermakna bagi rakyat Indonesia. Karena Istana lebih berkonsentrasi dengan
penyampaian pesan kunci yang tidak jauh dari pencitraan, seperti kehujanan saat
berusaha memayungi Raja Salman. "Hal
yang menjadi sangat mendasar dan ditunggu pembahasannya seperti penanganan
korban Crane jatuh serta perlakuan untuk lebih menghargai TKI kita tidak
termasuk dalam hal yang secara kuat disampaikan ke publik," tulis Hendri. Istana juga terkesan membiarkan terhadap meme
atau cerita tidak penting dari kunjungan ini, seperti selfie dengan Raja Salman
dan cerita hiperbola Ahok bersalaman dengan Raja Salman. Hendri menyimpulkan,
secara singkat lagi-lagi kunjungan besar ini dipandang dari komunikasi politik
hasilnya hanya sebatas perbaikan citra untuk Jokowi dan Ahok saja.
Pendapat Saudara
Hendri Satrio yang termuat dalam suara. com
ini mewakili mental segelintir rakyat Indonesia yang kurang
tahu rasa berterima kasih kepada kepemimpinan Joko Widodo. Sebagai pengamat, Hendri seharusnya melihat sisi positif dari hospitalitas Presiden Jokowi menerima
kehadiran Raja Salman di Indonesia. Sikap-sikap baik yang ditunjukkan oleh
Presiden Joko widodo adalah kekhasan kultur Bangsa Indonesia. Kita harus bangga
bahwa kita telah memiliki seorang pemimpin jiwa kerja, siap melayani (memayungi
Raja Salman), dan sangat rendah hati.
Apa bila Hendri Satrio dan kaumnya mempunyai ambisi menjadi pemimpin maka
belajarlah model kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Citra Presiden Joko Widodo sejak awal kepemimpinan sampai
saat ini tetap stabil dan bahkan selalu meningkat. Hampir seluruh rakyat
Indonesia mencintai dan mengidolakan Presiden Joko Widodo. Ia bekerja untuk
bangsa dan negara Indonesia: membangun infrastruktur dari Sabang sampai Marauke dan dari Rote sampai
Miangas; menjaga empat pilar simbol keutuhan
bangsa, Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI, yang sering
dirong-rong oleh kaum fundamentalis islam, termasuk Hendri sendiri. Semua tugas yang dijalankan oleh Presiden
Joko Widodo selama ini bukan bertujuan untuk mencitrakan dirinya. Namun,
Presiden Joko Widodo justru berjuang memperbaiki kembali citra Bangsa dan Negara Indonesia yang
rusak dan ternoda oleh kepicikan dan
kefasikan Hendri Satrio dan kaumnya. Hal-hal kecil dan sederhana yang lakukan
oleh Presiden Joko Widodo, seperti meme dan foto selfie dengan Raja salman
adalah gambaran kekakraban dan kekeluargaan. Juga sebagai simbol bahwa Indonesia
tidak angkuh, meskipun penduduk muslim terbesar di dunia, selalu taat dan loyal kepada Arab Saudi, tempat lahirnya agama
Islam.
Peristiwa Crane jatuh yang menimpah korban Jemaah Haji
Indonesia dan perlakuan tidak adil TKI di Arab Saudi adalah agenda yang telah
dibahas oleh pemerintahan Joko Widodo dan Raja Salman. Semua aspek kehidupan yang tertera dalam
hubungan bilateral antara Indonesia dan Arab Saudi telah dibahas dan
diperbaharui kembali. Tidak semua kesepakatan-kesepakatan antara Indonesia dan
Arab Saudi harus dipublikasikan, oleh
karena itu Hendri satrio tidak perlu prihatin dan gelisah. Hampir semua orang
tahu bahwa keprihatinan Hendri Satrio hanya sebagai bentuk ketidaksukaan
terhadap Presiden Joko Widodo saja. Hendri Satrio tidak perlu menjadi “pahlawan” untuk para korban Crane dan TKI di Arab Saudi.
Melalui aksi keprihatian dan kritik tak mendasar kepada Presiden Joko Widodo,
Hendri Satrio telah berhasil membangun citra tetapi prematur alias
pencitraan doang.
Kujungan Raja Salman sebagai momentum bagi Joko Widodo untuk
memperbaiki citranya yang rusak akibat melindungi Ahok dan berseberangan dengan
Islam adalah tuduhan yang kurang tepat dari Hendri Satrio. Sebenarnya Hendri Satrio
telah melakukan fitnah yang luar biasa, sebab apa yang dituduhkan adalah
argumentasi tanpa fakta dan opini tanpa wacana. Statement-statement dari
Hendri Satrio ini sungguh menggelihkan
hati, ibaratnya Hendri Satrio sedang menyusun kalimat-kalimat majas hiperbola. Tidak
masuk akal kalau dikatakan Presiden Joko Widodo melindungi Ahok, tetapi
kenyataanya Ahok sedang diproses secara
hukum sampai saat ini. Presiden Joko
Widodo juga tidak berseberangan dengan
Islam. Dia sendiri adalah islam taat. Justru Presiden Joko Widodo sedang
membangun kembali citra Islam Indonesia,
Islam Rahmatan Lil ‘Alamin. Islam belakangan ini rusak karena ulah
segelintir orang, termasuk Hendri Satrio sendiri.