Jumat, 07 November 2014

Fadli Zon Mencurahkan Cinta Sehabis-habisnya



Muhammad Arsyad  Perusak Moral Bangsa

Dalam ziarah hidup ini memang ada yang benar dan ada yang salah, dan ini adalah sebuah daur hidup yang normal  terjadi dalam diri manusia. Namun, di Indonesia saat ini ada beberapa peristiwa yang sebenarnya salah, tetapi peristiwa itu dibenarkan bahkan didewa-dewakan.  Indonesia menjadi sebuah negara dengan jargon, “Yang benar sekarang disalahkan - yang salah dibenarkan, yang baik dilawan - yang jahat dibiarkan, yang tabu menjadi hal lumrah, yang moderat dimusuhi – yang ekstrim anarkis diberi tempat terhormat”.  Aneh bukan? Ini adalah sebuah daur hidup yang sangat edan terjadi di republik  ini.

Muhammad Arsyad tiba-tiba menjadi “super star” dadakan. Dia telah melakukan penghinaan terhadap Jokowidodo, Presiden  Republik Indonesia. Muhammad telah melakukan pengeditan foto porno Jokowidodo dan disebarkan di media massa. Atas aksi kriminalitas dan kebiadabannya itu, Mauhammad Arsyad harus berurusan dengan hukum. Secara akal sehat, perbuatan amoral dari Muhammad Arsyad ini layak dan pantas mendapatkan hukuman. Bayangkan saja kepala negara saja dia berani menghina, apa lagi dengan rakyat biasa.

Aksi bejad Muhammad Arsyad ini rupanya membawa pahala  bagi diri dan keluarganya. Rasa empati dan simpati mengalir bagaikan sungai menyirami dan menyegarkan kejahatan Muhammad Arsyad. Dia bukan lagi manusia berhati setan, melainkan disulap menjadi nabi dadakan. Para petinggi DPR, Fadli Zon, blusukan ke rumah Muhammad Arsyad untuk memberikan peneguhan agar dia kuat dalam kejahatannya. Fadli Zon memasang badan dan rela mati demi menyelamatkan Muhammad Arsyad. Koalisih Merah Putih mengucurkan dana dan mencari kuasa hukum untuk Muhammad Arsyad. Media massa menempatkan Muhammad Arsyad bagaikan seorang pelawan baru pulang dari medan laga.

Peristiwa Muhammad Arsyad membenarkan jargon tersebut, yakni, “yang salah dibenarkan, yang jahat diagungkan, dan yang tabuh dilumrahkan”.  Kejadian Muhammad Arsyad tidak memberikan nilai edukasi apa pun buat bangsa ini. Banyak  orang baik dan banyak pula orang yang menderita, namun para pembesar menutup mata, tidak memberikan rasa simpati dan empati kepada mereka. Tetapi kepada anak durhaka, Muhammad Arsyad, para pembesar negara ini membuka mata dan hati, menyalurkan seluruh rahmat kepadanya. Fadli Zon mencurahkan cinta sehabi-habisnya untuk Muhammad Arsyad, si pengkerdil moral bangsa.
Nilai apa yang hendak disampaikan melalui peristiwa Muhammad Arsyad ini?