Jumat, 12 Desember 2014

Santa Maria: Hawa baru-Pelopor kesetaraan pria-wanita

MARIA:  
HAWA BARU  PELOPOR KESETARAAN PRIA DAN WANITA


Peran serta Maria dalam  proyek rencana keselamatan Allah kepada dunia sudah terbukti dan teruji. Malaikat Gabriel membawa pesan kepada Maria, “Salam hai engkau Maria, engkau akan mengandung dan melahirkan seorang  anak dan Roh Kudus akan menaungimu”. Maria mendengar pesan itu, ia hanya mengatakan, “Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendak-Nya”. Berhadapan dengan pesan malaikat Allah ini, Maria tidak melakukan tawar-menawar, apa lagi mempertimbangakan untung-ruginya. Maria tidak memberikan opsi atas tawaran malaikat Gabriel. Maria hanya menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Allah.

Maria mengandung dan melahirkan Yesus tidak berjalan mulus. Banyak tantangan dan ancaman menggerogoti diri Maria. Waktu mengandung,  Maria harus berpindah-pindah tempat karena para penguasa romawi terus memburu keberadaanya. Maria juga diterpa gosip miring dari masyarakat sekitar atas kehamilannya yang kurang lazim ini. Saat melahirkan pun, Maria tidak mendapatkan tempat yang layak, dan Maria harus melahirkan Yesus di kandang ternak. Ketika Yesus lahir, Maria juga harus menerima nubut yang mengerikan dari Simeon, “Anak ini kelak membawa perbantahan dan sebila pedang akan menembus nyawamu”. Maria menerima  seluruh peristiwa itu dengan hati terbuka tanpa protes.
Penderitaan Maria terus berlanjut, namun kali ini lebih mengerikan, yakni Maria harus melakukan ziarah penderitaan bersama Sang Putera menuju puncak Kalvari. Maria menyaksikan secara langsung penderitaan-demi penderitaan yang dialami oleh Yesus Almasih, Puteranya. Maria tidak protes, melainkan Marian menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Maria hanya mengalami kesedihan ketika melihat realitas kesombongan manusia. Maria berbahagia ketika melihat semua manusia bertingkah baik. Maria adalah satu-satunya perempuan yang mampu memberikan cintanya tanpa batas dan kasihnya kepada sekalian ciptaan. Inilah kebijakasanaan hidup Maria yang sangat diapresiasi oleh Gereja Katolik. Tidak ada satu agama pun yang mampu memperlakuan perempuan dengan baik seperti yang ditunjukan oleh Gereja Katolik.

Kisah penciptaan menceritakan bahwa Hawa dibentuk oleh Allah dari tulang rusuk Adam.
Hawa “dilahirkan” tanpa seorang ibu biologis. Hawa berasal dari seorang laki-laki. Namun, Hawa tidak membawa manusia pada kehidupan, tetapi membawa manusia pada kematian akibat dosa. Peristiwa Hawa mememetik buah pohon kehidupan,  karena terpedaya oleh ular, ini menggambarkan ketidaksetiaan manusia pada sang penciptaanya. Allah telah memperingatkan tetapi  Hawa tetap saja melakukan dan melanggar peringatan itu.

Apabila kita membaca kisah ini, sangat tampak bahwa manusia Hawa suka melemparkan kesalahan kepada yang lain. Ketika Allah meminta pertanggungjabawan kepada Adam, Adam hanya mengatakan, “ bukan saya tetapi perempuan itu.  Begitu juga, si perempuan Hawa mengatakan, “bukan saya tetapi ular itu”.  Ular tidak pandai bicara dan tidak mempunyai akal budi dan kehendak, maka si ular tidak dapat membela diri. Ular dikutuk dengan jalan pakai perut dan makan abu tanah.

Maria mendapatkan gelar Hawa Baru untuk menghapus dosa lama yang dilakukan oleh kaumnya sendiri, yakni Hawa. Maria membawa pembaharuan dan pemulihan nama baik untuk kaum perempuan yang telah dinodai oleh Hawa.  Maria membawa semua ciptaan pada kehidupan dan keselamatan. Maria tidak melemparkan keselahan apapun kepada orang lain ketika penderitan-demi pederitaanya yang dialaminya. Maria menyimpan semua perkara dalam hatinya sambil berdoa aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.

 Maria telah mengangkat martabat kaum wanita setara dengan kaum pria, yakni analogi kedudukan Adam dan Hawa, serta Maria dan Yesus Almasih. Hawa berasal dari Adam tanpa ibu biologis. Adam menjadi sumber dan pusat Hawa maka Adam mendapatkan tempat tertinggi dari  Hawa. Namun, peristiwa Maria dan Yesus Almasih terbalik, yakni Yesus berasal dari Maria tanpa ayah biologis, maka posisi Maria sejajar dengan Adam. Perstiwa Adam da Hawa, Maria dan Yesus telah membuat kesetaraan dan keharmonisan ciptaan. Tidak ada satu ciptaan pun merasa diri lebih tinggi dan hebat dari yang lain.

Agama katolik yang mampu membuat refleksi teologis yang sangat mendalam, yakni menggambarkan kesetaraan dan keharmonisan ciptaan.  Maria selalu mendaptan tempat istimewa di dalam Gereja Katolik. Gereja Katolik memberikan itu, karena berangkat dari pengalaman hidup spiritual Maria. Maria telah menunjukan itu dalam keheningannya di dunia ini. Secara manusiawi teladan hidup Maria ini menjadi sumber kebijaksanaan terus mengalir dari abad ke abad. Pengalaman hidup Maria menjadi oase untuk pengetahuan spiritual dan intelektual manusia dari masa ke masa.