MARIA:
HAWA BARU PELOPOR KESETARAAN PRIA DAN WANITA
Peran serta Maria dalam proyek rencana keselamatan Allah kepada dunia
sudah terbukti dan teruji. Malaikat Gabriel membawa pesan kepada Maria, “Salam hai
engkau Maria, engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak dan Roh Kudus akan menaungimu”. Maria mendengar pesan
itu, ia hanya mengatakan, “Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut
kehendak-Nya”. Berhadapan dengan pesan malaikat Allah ini, Maria tidak
melakukan tawar-menawar, apa lagi mempertimbangakan untung-ruginya. Maria tidak
memberikan opsi atas tawaran malaikat Gabriel. Maria hanya menyerahkan diri
sepenuhnya pada
kehendak Allah.
Maria mengandung dan
melahirkan Yesus tidak berjalan mulus. Banyak tantangan dan ancaman menggerogoti diri Maria. Waktu
mengandung, Maria harus berpindah-pindah
tempat karena para penguasa romawi terus memburu keberadaanya. Maria juga
diterpa gosip miring dari masyarakat sekitar atas kehamilannya yang kurang
lazim ini. Saat
melahirkan pun, Maria tidak mendapatkan tempat yang layak, dan Maria harus
melahirkan Yesus di kandang ternak. Ketika Yesus lahir, Maria juga harus
menerima nubut yang mengerikan dari Simeon, “Anak ini kelak membawa perbantahan dan
sebila pedang akan menembus nyawamu”. Maria menerima seluruh peristiwa itu dengan hati terbuka tanpa protes.
Penderitaan Maria terus
berlanjut, namun kali ini lebih mengerikan, yakni Maria harus melakukan ziarah
penderitaan bersama Sang Putera menuju puncak Kalvari. Maria menyaksikan secara
langsung penderitaan-demi penderitaan yang dialami oleh Yesus Almasih,
Puteranya. Maria tidak protes, melainkan Marian menyimpan semua perkara itu di
dalam hatinya. Maria hanya mengalami kesedihan ketika melihat realitas kesombongan
manusia. Maria berbahagia ketika melihat semua manusia bertingkah baik. Maria adalah
satu-satunya perempuan yang mampu memberikan cintanya tanpa batas dan kasihnya
kepada sekalian ciptaan. Inilah kebijakasanaan hidup Maria yang sangat
diapresiasi oleh
Gereja Katolik. Tidak ada satu agama pun yang mampu memperlakuan perempuan
dengan baik seperti yang ditunjukan oleh Gereja Katolik.
Kisah penciptaan
menceritakan bahwa Hawa dibentuk oleh Allah dari tulang rusuk Adam.
Hawa
“dilahirkan” tanpa seorang ibu biologis. Hawa berasal dari seorang laki-laki.
Namun, Hawa tidak membawa manusia pada kehidupan, tetapi membawa manusia pada
kematian akibat dosa. Peristiwa Hawa mememetik buah pohon kehidupan, karena terpedaya oleh ular, ini menggambarkan
ketidaksetiaan manusia pada sang penciptaanya. Allah telah memperingatkan
tetapi Hawa tetap saja melakukan dan
melanggar peringatan itu.
Apabila kita membaca kisah
ini, sangat tampak bahwa manusia Hawa suka melemparkan kesalahan kepada yang
lain. Ketika Allah meminta pertanggungjabawan kepada Adam, Adam hanya mengatakan, “ bukan saya tetapi
perempuan itu”. Begitu juga, si perempuan Hawa mengatakan,
“bukan saya tetapi ular itu”. Ular tidak
pandai bicara dan tidak mempunyai akal budi dan kehendak, maka si ular tidak
dapat membela diri. Ular dikutuk dengan jalan pakai perut dan makan abu tanah.
Maria mendapatkan gelar Hawa
Baru untuk menghapus dosa lama yang dilakukan oleh kaumnya sendiri, yakni Hawa.
Maria membawa pembaharuan dan pemulihan nama baik untuk kaum perempuan yang
telah dinodai oleh Hawa. Maria membawa
semua ciptaan pada kehidupan dan keselamatan. Maria tidak melemparkan keselahan
apapun kepada orang lain ketika penderitan-demi pederitaanya yang dialaminya.
Maria menyimpan semua perkara dalam hatinya sambil berdoa aku ini hamba Tuhan
terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.
Maria telah mengangkat martabat kaum wanita
setara dengan kaum pria, yakni analogi kedudukan Adam dan Hawa, serta Maria dan
Yesus Almasih. Hawa berasal dari Adam tanpa ibu biologis. Adam menjadi sumber
dan pusat Hawa maka Adam mendapatkan tempat tertinggi dari Hawa. Namun, peristiwa Maria dan Yesus
Almasih terbalik, yakni Yesus berasal dari Maria tanpa ayah biologis, maka
posisi Maria sejajar dengan Adam. Perstiwa Adam da Hawa, Maria dan Yesus telah membuat
kesetaraan dan keharmonisan ciptaan. Tidak ada satu ciptaan pun merasa diri
lebih tinggi dan hebat dari yang lain.
Agama katolik yang mampu
membuat refleksi teologis yang sangat mendalam, yakni menggambarkan kesetaraan
dan keharmonisan ciptaan. Maria selalu
mendaptan tempat istimewa di dalam Gereja Katolik. Gereja Katolik memberikan
itu, karena berangkat dari pengalaman hidup spiritual Maria. Maria telah
menunjukan itu dalam keheningannya di dunia ini. Secara manusiawi teladan hidup
Maria ini menjadi sumber kebijaksanaan terus mengalir dari abad ke abad.
Pengalaman hidup Maria menjadi oase untuk pengetahuan spiritual dan intelektual
manusia dari masa ke masa.