PERTARUNGAN
RIZIEQ SHIHAB
Melalui harian JITUSNEWS.COM, Rizieq Shihab,
ketua Front Pembela Islam (FPI), mengatakan bahwa Pilkada DKI putaran II, 19
April 2017 bukan hanya soal politik, melainkan pertarungan antara pembela agama
dan pembela penista agama. Oleh karena itu, Rizieq menginginkan agar masalah
ini yang harus menjadi perhatian dan kepedulian umat Islam. Lebih lanjut Ketua
Dewan Pembina Gerakan Nasioanl Pengawal Fatwa (GNPF) MUI juga mengingatkan agar
seluruh umat Islam Jakarta ikut mengkawal Pilkada agar tidak ada
kecurangan apapun. Perlu diperhatikan bersama bahwa FPI dan GNPF telah
melakukan gerakan tamasya Al’maida 51,
yakni blususkan disetiap masjid di
Jakarta dan mengajak umat untuk mendalami pesan Al’maida 51, seperti umat Islam dilarang untuk memilih kaum non-muslim menjadi pemimpin.
Isi ceramah Rizieq bahwa “Pilkada DKI, 19 April 2017, adalah pertarungan antara pembela
agama dan pembela penista agama “ di Lapangan Ahmad Yani, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan ini sungguh sangat menarik. Rizieq ingin menampilakan eksitensi
dirinya bahwa dialah penjaga keutuhan dan kemurnian iman islam di Indonesia. Segala sesuatu yang bertentangan dengan konsep
Rizieq dan ormasnya harus dilawan, walaupun datang dari sesama muslim sendiri. Pilkada DKI
putaran kedua ini adalah arena bagi Rizieq untuk memaklumkan visi
pribadinya ini.
Rizieq melawan penista agama, dan penista agama adalah Rizieq juga, maka Rizieq
melawan dirinya sendiri. Ini adalah sikap terbaik dan terpuji yang akan
ditujukan oleh Rizieq pada 19 April 2017. Rizieq dikategorikan sebagai “martir
atau syahid” yang akan memerangi dirinya sendiri karena telah menistakan agamanya.
Rizieq telah insaf bahwa selama ini dia
dan ormasnya telah banyak melakukan aksi teror kepada masyarkat dengan dalil
agama. Rizieq gemar mengkafirkan segala sesuatu bila itu bertentangan dengan
apa yang dikonsepkannya. Rizieq telah menampilan islam yang berwajah garang dan
intoleran dengan siapa pun, pada hal katanya hakekat islam adalah rahmatan
lil ‘alamin.
Pada tanggal 19 April 2017 akan terjadi dua peristiwa besar di Jakarta: Pertarungan
Anies melawan Ahok menuju DKI I, dan
Pertarungan Rizieq melawan dirinya sendiri sebagai penista agama. Dua momentum ini menjadi goresan sejarah yang
akan terpatri di pusaran ibu kota negara. Momentum Anies melawan Ahok sebagai kontestasi
politik menuju DKI I. Momentum Rizieq melawan dirinya sendiri sebagai bentuk Metanoia.