Memahami, Merancang, dan Melaksanakan Liturgi
DENGAN
BAIK DAN BENAR
by RD. Philip Seran
A. Makna Liturgi
1. Liturgi adalah perayaan (pesta) iman Gereja
(Umat Allah yang bersatu padu) akan misteri keselamatan Allah yang terlaksana
dalam Yesus Kristus, Sang Imam Agung, di dalam ikatan Roh Kudus. (Bandingkan: Sacrosanctum Concilium 7, 5, 10 dan 2)..
2. Liturgi merupakan perayaan kehidupan, artinya
:
a. Dalam Liturgi berlangsunglah peristiwa
perjumpaan antara Allah dan umat beriman melalui Yesus Kristus dalam ikatan Roh
Kudus. Perjumpaan itu bukan sekedar untuk saling ngobrol sambil makan-minum
bersama tetapi Allah menyapa dan menawarkan persahabatan kepada manusia, dan
manusia diundang untuk menjawab secara bebas tawaran itu.
b.
Liturgi
sebagai pengungkapan dan pelaksanaan diri Gereja. Gereja menyatakan dan
menampakkan dirinya dalam liturgi. Dalam Liturgi umat beriman (1) menyampaikan
dan mengungkapkan apa yang mereka imani, (2 )menyebut, memuji, dan memuliakan
Allah Bapa yang mengutus Yesus Kristus demi keselamatan manusia, (3) mengenangkan
dengan penuh syukur misteri penyelamatan Allah dalam Kristus (Bdk SC 2)
B. Prinsip Dasar Liturgi.
3. Prinsip pokok dalam berliturgi:
a. Liturgi bukan tindakan perseorangan melainkan
tindakan bersama antara Sang Imam Agung Yesus Kristus dan Gereja-Nya. Subyek (pelaksana)
Liturgi adalah Yesus Kristus (Allah yang punya inisiatif mengundang) dan Gereja
(Umat Allah menjawab undangan Allah).
b. Dari hakikatnya liturgi menuntut partisipasi
secara sadar, aktif dan penuh seluruh umat beriman (SC 14). Umat hadir
bukan sebagai penonton, tetapi sebagai subyek pelaku yang aktif melibatkan diri
secara sadar dalam hidup Allah (liturgi trinitas), mencicipi liturgi surgawi.
Justru Allah yang menonton umat-Nya.
c. Liturgi merangkum keterlibatan hati dan
pengalaman hidup konkret umat secara penuh (Bdk SC 2) dan bukan
sekedar suatu upacara yang menekankan rutinitas dan kewajiban. Yang kita
rayakan dalam liturgi adalah hidup kita sendiri, yakni hidup dalam perjumpaan
dengan Allah.
4. Partisipasi
aktif dan penuh umat beriman
dalam merayakan Liturgi adalah prinsip dasar dan tujuan utama dalam pembaharuan
liturgi (bdk SC 14).
5. Partisipasi aktif dalam menghadiri Perayaan
Ekaristi berarti umat beriman mengambil bagian dalam perayaan Liturgi dengan
kata-kata, tindakan, pikiran, imajinasi dan kehendak. Dengan ikut
berpartisipasi aktif kita menjadi (memperoleh) selamat, disucikan (bdk Yoh 4:26). Oleh karena itu umat beirman hendaknya jangan
diam saja, bagai patung atau cuma pasif menikmati aktivitas
yang terjadi di sekitarnya. Setiap orang yang turut merayakan Ekaristi, entah
petugas liturgi, entah umat beriman lainnya, mempunyai hak dan kewajiban untuk
secara aktif, masing-masing menurut cara yang sesuai dengan kedudukan dan tugas
yang menjadi bagiannya, tidak lebih dan tidak kurang. Dengan demikian dalam
Perayaan liturgi akan tampak bahwa Gereja dibangun dalam pelbagai jabatan dan
tugas (PUMR 58)
6. Dalam Perayaan Liturgi umat berpartisipasi
dalam tindakan-tindakan kudus yang telah dilakukan Kristus melalui aklamasi,
jawaban-jawaban, mazmur, nyanyian, sikap tubuh dan juga hening secara khidmat (bdk SC 30)
7. Saat hening dalam kenyataan kurang dihargai.
Ketika ada saat hening umat merasa aneh, janggal dan seolah-olah ada sesuatu
yang tidak jalan. Dalam liturgi, saat hening justru merupakan bagian sentral
dalam wacana partisipasi aktif dan penuh, saat Allah meniupkan Roh-Nya ke dalam
jiwa kita.
8.
Saat hening
dalam Perayaan Liturgi terjadi pada saat pemeriksaan batin, sesudah bacaan,
sesudah homili, sewaktu Doa Syukur Agung, sesudah komuni (bdk PUMR No. 56, 121, SC no. 14).
C. Ciri-ciri Perayaan Liturgi
9. Dalam merancang Tata Perayaan Liturgi, kita
perlu juga memahami ciri-ciri liturgi.
10. Ciri liturgi yang pertama adalah ciri dialogis: Katabatis dan Anabatis
a. Ciri dialogis dalam liturgis bersifat teologis artiya dialog yang
terjadi dalam tataran pertama adalah dialog antara Allah (yang mengundang) dan
himpunan umat (yang diundang), dan pada tataran kedua juga antar umat beriman
sendiri. Maka tidak tepat jika ciri dialogis ini hanya disempitkan dalam tuntutan
agar teks misa didoakan secara bergantian karena hal itu hanya menunjuk dialog
antar umat beriman, entah itu antar pastor dan umat.
b. Ciri dialogis mengandung unsur dimensi Katabatis yakni segi menurun (dari Allah ke manusia)
atau segi pengudusan (karunia yang dianugerahkan Allah kepada manusia). Isi
dimensi katabatis ialah tawaran pengudusan atau penyelamatan dari Allah kepada
manusia. Contoh: Dengan Sabda-Nya dalam Liturgi Sabda, Allah menjumpai umat-Nya
(bdk SC 7)
c.
Ciri
dialogis juga mengandung unsur dimensi Anabatis yakni
segi menaik (dari manusia ke Allah) yang berupa
penyembahan dan pemuliaan. Isi dimensi anabatis ialah manusia menghunjukkan
sembah bakti atau pujian kepada Allah. Contoh: Terhadap Sabda Allah umat
menanggapi dengan mazmur pujian, doa dan pernyataan imannya.
11.
Ciri liturgi
yang kedua adalah ciri Anamnesis (kenangan)
a. Perayaan liturgi merupakan perayaan misteri
keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus yang dihadirkan
secara anamnesis (kenangan).
b. Pengenangan
itu bukan hanya
sekadar tindakan intelektual
saja, melainkan penghadiran secara obyektif, artinya nyata dan benar karena (1)
tindakan Allah yang selalu berlaku, (2)
iman jemaat dan (3) Roh Kudus yang menghubungkan peristiwa keselamatan
itu dengan jemaat
12.
Ciri liturgi
yang ketiga adalah ciri simbolis
a. Perjumpaan kita dengan Allah dalam liturgi
bukanlah perjumpaan dalam bentuk ilusi atau impian kosong, tetapi dalam bentuk
simbol.
b. Perjumpaan itu berlangsung dalam simbol
karena realitas keselamatan yang kita rayakan itu masih terjadi dalam cermin
dan belum dalam keadaan sebagaimana Allah sendiri mengalami (Bdk 1Kor 13:12)
dan juga karena semua tindakan manusia selalu terjadi dalam simbol.
c. Ada banyak macam simbol dalam Perayaan
Liturgi yaitu berkaitan dengan:
§ tata gerak: berjalan, membuat tanda salib, perarakan, membungkuk, mengecup,
mendupai, menundukkankepala, berlutut, menebah dada, duduk, bersila, berdiri,
merentangkan tangan, menengadahkan tangan, mengangkat tangan, menyembah,
mengatupkan tangan, bergandengan tangan, bersalaman, mencium, menumpangkan
tangan, memerciki, menelungkup, mengurapi dan memberkati)
§ tata suara: yaitu lagu-lagu yang dinyanyikan
§ tata ruang: bagian-bagian yang ada dalam gedung gereja
§ tata warna: warna - warna dalam liturgi: putih, kuning,
hijau, merah dan ungu
§ tata waktu: masa-masa dalam tahun liturgi: Masa Biasa, Masa Adven. Masa Natal, Masa
Prapaskah, Masa Paskah, Hari Raya, Hari Minggu, Pesta, atau peringatan wajib
§ Peralatan liturgi: misalnya busana liturgi, alat-alat misa, roti,
anggur, air, minyak suci, altar, mimbar, bel dan lonceng
d. Dasar simbolisasi dalam liturgi adalah
misteri inkarnasi (mewujudnya Tuhan dalam sosok manusia Yesus; misteri Tuhan
beserta kita/Immanuel, ketika Tuhan yang transenden/yang jauh menjadi
imannen/menjadi dekat dan tinggal di antara kita bahkan bersama kita, yang tak
terwujud menjadi berwujud, yang tak terkatakan menjadi terkatakan). Maka
simbol-simbol dalam liturgi mestinya membuat liturgi menjadi pengalaman bukan
sekedar upacara.
e. Pengalaman dalam liturgi ditentukan oleh
kemampuan kita untuk melihat dan merasakan sesuatu di balik benda-benda
material. Untuk itu penginderaan, perasaan dan imajinasi adalah peralatan
utama, dan peralatan itu hanya hanya berfunsgi baik bila ada kepekaan terhadap
bentuk, irama, bunyi, suara, bau-bauan, dan cahaya, sehingga kita mampu
menembus semua itu untuk melihat yang tak terlihat, merasakan hal yang tak
teraba, mendengar yang tak terdengar, yaityu aktivitas Tuhan sendiri. Jadi
simbol adalah poros utama dan pusat daya tarik kegiatan liturgi.
f. Karena liturgi adalah pengalaman pergaulan
dengan simbol, maka pola pengalamannya sama dengan pola pengalaman keindahan
(seni): sisi-sisi penting dan misterius dari kebenaran ilahi dan hidup kita
tampil di sana hanya bila kita terlibat total dan menenggelamkan diri di
dalamnya dengan perasaan, imajinasi, dan pikiran.
g. Simbol-simbol dalam liturgi hanya efektif
dalam menampilkan makna bila mutu seninya tinggi, yaitu daya rangsangnya bagi
imajinasi, perasaan, dan pikiran kuat. Oleh karena itu seni dalam liturgi bukan
hanya dekorasi melainkan enerji vital yang menentukan efektif atau tidaknya
perayaan liturgi itu.
h. Konsekuensinya, segala hal dalam liturgi
(benda-benda yang digunakan, kata yang diucapkan sampai berbagai gerakan yang
diperagakan) perlu digarap dari sudut seni, tidak sembarangan, perlu disiasati
dan dimainkan dengan kepekaan keindahan tinggi. Semua perlu tampil indah,
efektif, imajinatif dan komunikatif dalam menghadirkan kenyatan ilahi serentak
dalam merogoh kedalaman pengalaman manusiawi dan menyampaikannya pada perasaan,
pikiran dan imajinasi.
i.
Konsekuensi
praktisnya::
§ Elemen rupa: Benda (dekorasi, Kitab Suci, Buku Bacaan Misa, Roti dan Anggur, Altar,
Ambo, Kursi Imam, Buku TPE/Misale untuk Imam dan Umat, Salib, Lilin, Peralatan
dan Busana Liturgi) atau orang (Jemaat, Imam, Petugas Liturgi), perlu
didesain sedemikian rupa hingga mampu menciptakan suasana
pertemuan antar yang ilahi dan yang manusiawi (mengaksentuasikan perayaan
misteri, keagungan dan keintiman) dengan selalu mempertimbangkan makna teologis
dan nilai-nilai asosiatifnya. Penyiasatan ruang adalah sentral dalam hal ini.
Memainkan benda dan cahaya penting di sini.
§ Elemen suara: Kata atau bahasa, nada melodi ataupun cara membaca mesti mampu
menampilkan kekuatan perasaan dan imajinasi dari kata dan firman. Untuk itu
pilihan lagu dan cara menyanyikannya mesti mampu menghasut perasaan dan
memperdalam motivasi. Kata perlu dibawakan sesuai dengan bentuk sastranya
(ceritera, perumpamaan, berita, himbauan, dsb) sehingga mampu menggugah dan menyentuh
perasaan terpelik dan terhalus kita yang biasanya tersembunyi.
§ Elemen gerak: Tindakan (sikap dan gerak tubuh) perlu untuk meluluhkan kekakuan
suasana dan kesombongan manusia.
D. Tahun Liturgi
13.
Tahun
Liturgi adalah daftar rumus doa dan bacaan Ekaristi, Ibadat Harian (brevir),
warna liturgi, upacara-upacara khusus, dan sebagainya, yang disusun secara
teratur untuk satu tahun. Secara internasional penanggalan liturgi ditentukan
oleh Panitia Khusus Gereja Katolik di Roma. Di Indonesia penanggalan liturgi
disusun dan disesuaikan oleh Komisi Liturgi KWI.
14.
Tiga
lingkaran Liturgi: Natal, Paskah dan Biasa
- Penanggalan Liturgi dimulai dengan hari Minggu Pertama Masa Adven. Dalam satu tahun terdapat 3 lingkaran atau masa yaitu Natal, Paskah, dan Biasa.
a. Lingkaran Natal dimulai dengan Minggu Pertama
Adven dan berakhir pada Pesta Pembaptisan Tuhan Yesus.
b. Lingkaran Paskah dimulai dengan hari rabu Abu
dan berakhir pada Perayaan Pentakosta.
c. Lingkaran Biasa berakhir pada Minggu ke-34
pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam.
15.
Tahun A/B/C
dan Tahun I/II.
Tahun Liturgi disusun sedemikian rupa
supaya seluruh Kitab Suci dibacakan dan direnungkan dalam perayaan Ekaristi
sehingga jika setiap mengikuti Misa (atau setiap hari membaca Kitab Suci menrut
penanggalan liturgi) selama tiga tahun, kita akan mendengar hampir seluruh
kutipan Kutip Suci. Untuk itu dibuat dua klasifikasi yakni Tahun A/B/C dan
tahun I/II
16.
Tahun A/B/C
adalah klasifikasi untuk bacaan hari Minggu. Tahun A disebut Tahun Matius,
Tahun B tahun Markus, dantahun C tahun Lukas. Injil Yohanes dibacakan pada
hari-hari Minggu selama masa Adven, Paskah, dan minggu-minggu tertentu dalam
tahun B.
TAHUN
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
2016
|
MINGGU
|
C
|
A
|
B
|
C
|
A
|
B
|
C
|
A
|
B
|
C
|
HARIAN
|
I
|
II
|
I
|
II
|
I
|
II
|
I
|
II
|
I
|
II
|
17.
Tahun I/II
adalah klasifikasi untuk bacaan harian yaitu Tahun I (untuk tahun ganjil) dan Tahun II (untuk tahun genap)
E. Peralatan Liturgi
18.
Yang
dimaksud dengan peralatan liturgi adalah semua barang yang dipakai untuk
kegiatan Liturgi, khususnya Perayaan Ekaristi dan Penerimaan Sakramen-sakramen
lainnya.
19.
Yang
termasuk peralatan liturgi, antara lain:
a. Buku-Buku Ekaristi: Buku
Tata Perayaan Ekaristi
untuk Imam, Buku Perayaan Sabda Hari Minggu Tanpa Imam
untuk pemimpin ibadat awam. Buku Mencari Pesan Misa. Buku Bacaan Misa, Buku
Nyanyi (Puji Syukur
b. Lilin yang
merupakan lambang kehangatan, lambang Kristus cahaya dunia, lambang pengorbanan
dan kasih, lambang kehadiran Allah. Lilin digunakan untuk menerangi, menghias
dan memeriahkan gereja, dan sebagai tanda bakti/hormat.
c. Kandelar: tempat lilin
d. Piala, tempat
anggur yang terbuat dari emas (dilapisi emas)
e. Purificatorium (serbet/lap makan/lap piala): sehelai kain kecil persegi panjang untuk
mengeringkan piala
f. Sendok kecil digunakan imam untuk menngambil air putih yang akan dicampurkan ke dalam
anggur
g. Patena (sejenis
piring kecil yang terbuat dari logam berlapis emas), tempat meletakkan hosti
besar untuk Perayaan Ekaristi
h. Palla: kain linen
berwarna putih yang dikeraskan untuk menutup piala dan patena
i.
Korporal: sehelai kain segi empat yang dibentangkan
di atas meja altar, berfungsi sebagai alas piala, sibori dan bahan persembahan
yang lain. Pada salah satu ujungnya biasanya ada tana salib kecil sebagai
petunjuk supaya pemasangan korporal tidak terbalik. Korporal biasanbtya
dilipatr menjadi 9 kotak
j.
Sibori: semacam piala besar, punya tutup untuk
menyimpan Sakramen Mahakudus
k. Ampul sejenis
cangkir kecil berisi air dan anggur. Biasanya diberi tanda V untuk anggur
(vinum) dan A untuk air (aqua)
l.
Piksis, wadah kecil terbuat dari logam berlapiskan
emas untuk menyimpan hosti kecil yang akan dikirimkan kepada orang sakit.
m. Lavabo tempat cuci
tangan imam sesudah persembahan dan pendupaan. Biasanya Lavabo dilengkapi
dengan kain lap untuk mengeringkan tangan
n. Dupa adalah
wewangian yang terbuat dari akar tuimbuh-tumbuhan.
o. Wiruk alat terbuat
dari kuningan untuk mendupai
p. Monstrans dari bahasa latin yang berarti memperlihatkan, terbuat dari logam yang dilapisi
emas untuk memperlihatkan Sakramen Mahakudus sewaktu perarakan atau ibadat
pujian (salve).
q. Lunula benda
terbuat dari emas untuk mengapit hosti kudus yang ditempatkan di dalam
monstrans
r.
Kustodia, semacam sibori kecil untuk menyimpan hosti
besar yang sudah diapit dengan lunula
s. Tempat minyak suci terbuat dari
kaleng untuk menyimpan minyak yang sudah diberkati yang sewaktu-waktu akan
dipakai. Ada 3 jenis sesuai dengan 3 jenis minyak suci yakni (1) untuk minyak katekumen diberi tanda OC, untuk
pengurapan calon krisma diberi tanda SC, dan (3) untuk pengurapan orang sakit diberi
tanda OI.
t.
Tempat
pemercikan air dan kuas sejenis
baskom berisi air yang akan dipakai untuk memerciki umat atau benda yang akan
diberkati. Untuk memerciki digunakan alat semacam kuas besar
u. Salib berpenyangga agak panjang dipakai untuk arak-arakan dan diletakkan di samping
altar
v. Lilin berkandelar tinggi dipakai
untuk arak-arakan Sakramen Mahakudus pada hari Kamis Putih
w. Karangan bunga untuk menambah semaraknya suasana dalam ruang ibadat. Prinsipnya jangan
terlalu ramai dan terlalu tinggi supaya tidak menghalangai pandangan umat ke
arah imam.
F. Busana Liturgi
20.
Dalam
Perayaan Liturgi para petugas mempunyai pakaian tertentu yang disebut pakaian
liturgi. Pakaian liturgi menampakkan suasana liturgi yang dirayakan dan
sekaligus melambangkan bahwa Tuhan hadir. Pakaian liturgi disesuaikan dengan
keperluan dan petugasnya. Pakaian liturgi juga melambangkan kehadiran Allah.
21.
Yang memakai
pakaian liturgi adalah imam pemimpin perayaan, petugas tak lazim untuk komuni
suci, putra/i altar, lektor dan pemazmur.
22.
Jenis busana
liturgi:
a. Yang khusus dipakai oleh imam dan uskup:
· Jubah (pakaian resmi para
rohaniwan/wati)
· Kolar (kerah warna putih
yang dikenakan me,lingkar pada leher imam, menunjukkan bahwa orang yang
mengenakan skolar adalah seorang rohaniwan/wati)
· Amik (selembar kain putih
persegi empat yang agak lebar dengan beberapa utas tali agar dapat diikatkan pada bahu/punggung yang dipakai sebelum memakai alba untuk menutupi
krah baju atau jubah yang tidak berwarna putih
dan menahan keringat)
· Alba (semacam
jubah panjang berwarna putih. Bila imam yang berpakaian biasa atau tidak
berjubah mau merayakan Ekaristi atau kegiatan liturgi yang lain, maka alba
inilah yang dipakai),), suprepli (pakaian luar seperti rok yang panjang sampai
di atas lutut, berlengan panjang dan berwarna putih),
· Singel (tali
berguna untuk merapikan dan mengikat alba. Hanya dipakai jika petugas memakai
alba dan albanya kebesaran)
· Stola (Semacam selempang atau selendang dari
kain halus, merupakan tanda martabat diakon, imam dan uskup. Stola diakon
dipakai dari bahu kiri menyilang ke lengan kanan. Stola imam dari bahu
menyilang di depan dada, Stola uskup dari bahu menjulur ke bawah di depan dada)
· Kasula (pakaian
luar),
· Pluviale (kain
seperti mantel yang besar dan diberi hiasan indah, dipakai dengan cara
mengalungkan dari belakang dan dikancingkan di depan, hanya dipakai saat
prosesi, adorasi, pemberkatan dengan Sakramen Mahakudus, pemberkatan perkawinan
tanpa Misa Kudus),
· Velum (kain
selubung yang dihias indah berwarna kuning atau putih. Ada dua jenis velum
yakni untuk selubung sibori dan untuk dipakai imam saat memberkati umat dengan
Sakramen Mahakudus dengan lebar 2-3 meter),
b. Yang khusus dipakai oleh diakon:
· alba,
· singel,
· stola
· dalmatik
(mirip kasula tetapi pada ujungnya biasanya dibuat persegi atau bersudut)
c. Yang dipakai khusus oleh Petugas Tak
Lazim Untuk Komuni Suci, Lektor dan Pemazmur: alba dan atau samir (semacam
selempang yang biasanya pada ujungnya dihiasi salib).
d. Yang dipakai oleh Putra/i Altar: Gaun (semaca rok
yang panjangnya sampai mata kaki), superpli, kerah
lebar dan singel. Jika tidak
memakai gaun dan superpli bisa memakai semcam jubah
23.
Cara
mengenakan pakaian liturgi (khusus untuk imam dan uskup): Secara lengkap
pertama-tama imam mengenakan amik, kemudian alba (jika belum memakai jubah), berikutnya singel, lalu stola
dan terakhir kasula. Maka seksi/tim liturgi dalam menyiapkan pakaian lengkap
imam/uskup harus menyusunnya dengan urutan : 1. Kasula, 2. stola, 3. singel, 4.
alba, 5. amik (paling atas)
G. Warna Liturgi
24.
Yang
dimaksud dengan warna liturgi adalah warna stola dan kasula yang dipakai imam
sewaktu mengadakan kegiatan liturgi atau Ekaristi. Warna ini disesuaikan dengan
masa liturgi yang dirayakan:
a. Kuning:
mengungkapkan kemuliaan, kemenangan dan kegembiraan. Bisa ditukar
dengan warna putih. Dipakai pada hari-hari raya seperti Natal, Paskah.
b. Merah: berarti cinta dan penderitaan. Cinta dan
penderitaan merupakan kembaran yang tidak bisa dipisahkan. Merah juga
melambangkan Roh Kudus, darah, api, cinta kasih, penderitaan (pengorbanan) dan
kekuatan. Dipakai pada Hari raya Jumat Agung, Minggu Palma, Pentakosta dan
Pesta Para Martir.
c. Putih: mengungkapkan kegembiraan dan kesucian.
Lihat warna kuning. Dipakai pada hari raya seperti Natal, Paskah, Kamis Putih,
Pesta Tuhan Yesus Kristus, Pesta Bunda Maria, Pesta Para Malaikat, Pesta Para
Santo/a yang bukan martir.
d. Ungu: mengungkapkan tobat, duka, mati raga dan
mawas diri. Dipakai pada masa Adven, Prapaskah dan Misa Arwah atau Pemakaman,
e. Hijau: melambangkan harapan, keadilan, damai,
syukur, dan kesuburan. Dipakai pada hari-hari dalam masa biasa. Hijau adalah
warna sepanjang tahun.
f.
Hitam:
mengungkapkan kesedihan atau berkabung. Dipakai pada misa arwah atau
pemakaman. Sekarang sudah jarang dipakai, diganti dengan warna ungu
H. Tata Gerak dan Sikap
25.
Tata gerak
dan sikap tubuh mempunyai tujuan melibatkan seluruh pribadi dan kegiatan
bersama dalam kesatuan Gererja yang sedang berdoa dan merayakan.
26.
Seluruh tata
gerak dan sikap tubuh dalam liturgi mempunyai maksud:.
a. Sikap tubuh yang seragam menandakan kesatuan
seluruh jemaat yang berhimpun untuk merayakan liturgi
b. Sikap tubuh yang sama mencerminkan dan
membangun sikap batin yang sama
c. Tata gerak dan sikap tubuh jika dilakukan
dengan baik maka seluruh perayaan akan memancarkan keindahan dan sekaligus
kesederhanaan yang anggun.
d. Tata gerak dan sikap tubuh jika dilakukan
dengan baik membantu kita untuk menghayati dan memahami makna aneka bagian
perayaan secara tepat dan penuh dan dengan dmeikian partisipasi seluruh umat
ditingkatkan (PUMR 42)
27.
Makna
beberapa sikap tubuh:
a. Berdiri: tanda hormat (penghormatan) kepada Tuhan
dan kesiapsediaan menerima perintah.. Dilakukan saat
1. Ritus pembuka mulai dari menyambut perarakan
imam dan para pelayan menuju altar s.d doa pembuka (kecuali tobat)
2. Liturgi sabda: saat pemakluman Injil,
mengucapkan syahadat, dan menyampaikan doa umat
3. Liturgi ekaristi: saat Doa Syukur Agung
(mulai dari doa persiapan persembahan s.d Kudus,), Bapa Kami, doa sesudah
komuni
4. Ritur penutup: saat menerima berkat dan
pengutusan
b. Duduk: sebagai ungkapan kesediaan untuk mendengar,
merenungkan Sabda, dan kesediaan untuk memberi diri dengan penuh penyerahan
Tuhan. Dilakukan saat:
1. mendengarkan bacaan I dan II
2. persiapan persembahan
3. mendengarkan pengumuman.
c. Berlutut: menunjukkan sikap kerendahan hati, mohon
ampun, hormat dan sembah sujud (ungkapan iman yang mendalam). Dilakukan saat:
1. Tobat dan kyrie
2. Selama DSA
3. Pemecahan roti
4. Pada hari raya Natal saat mengucapkan
syahadat pada bagian: yang dikandung
dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria dan menjadi manusia
d. Membungkuk: tanda hormat dan sembah sujud (ungkapan
iman). Dilakukan saat:
1. Bersama imam menghoprmat altar di awal dan
akhir Misa
2. Saat mengucapkan Doa Umat pada bagian: yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan
oleh perawan Maria dan menjadi manusia
e. Menundukkan
kepala: tanda
hormat dan bakti pada Tuhan, tanda kesediaan. Dilakukan saat:
1. Imam selesai mengangkat Tubuh dan darah
Kristus sesudah mengucapkan kata-kata konsekrasi.
2. Menerima komuni
3. Menerima berkat
f. Menebah
dada tanda tobat dan
penyesalan. Dilakukan saat menyatakan tobat
g. Menyembah: tanda hormat dna bakti pada Tuhan.
Dilakukan saat imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus setelah mengucapkan
kata-kata konsekrasi.
h.
Mengatupkan tangan: ungkapan kesetiaan pada Tuhan. Dilakukan saat
menerima komuni, saat berdoa.
I. Musik Liturgi
28.
Makna Musik Liturgi
Musik liturgi adalah musik yang digubah untuk perayaan
liturgi suci, dan dari segi bentuknya memiliki suatu bobot kudus tertentu (bdk. Paus
Pius X, Moti Proprio ”Tra le sollecitudini no. 2)
29.
Fungsi nyanyian
Fungsi
yanyian harus dimengerti secara benar, tidak sekedar mengisi kekosongan atau
menghiasi antara bagian-bagian misa. Fungsi nyanyian dalam Perayaan Liturgi:
a. membuat liturgi lebih agung (Instruksi Musik Liturgi/IML 5).
b. membuat doa diungkapkan lebih menarik
c. mengungkapkan
misteri liturgi yang
sedari hakekatnya bersifat hirarkis dan jemaat dinyatakan secara lebih
jelas (IML 5)
d. menciptakan kesatuan hati yang lebih mendalam
(IML 5)
e. membantu umat mengangkat hati ke arah hal-hal
surgawi (IML 5)
f. membantu menciptakan suasana
g. lebih jelas mepralambangkan liturgi surgawi (IML 5)
h. pengiring kegiatan pokok
30.
Peran serta
Umat dalam musik liturgi
Dalam Perayaan Liturgi tidak ada hal yang
lebih takwa dan menggembirakan daripada apabila seluruh umat mengungkapkan iman
dan baktinya dalam nyanyian. Oleh karena itu partisipasi aktif seluruh umat
dalam menyanyi harus digalakkan dengan seksama
31.
Partisipasi
itu pertama-tama hendaknya mencakup aklamasi-aklamasi, jawaban terhadap salam
dari imam atau pembantunya, dan doa-doa litani; juga antifon dan mazmur, refren
atau ayat-ayat ulangan, madah serta kidung
32.
Lewat
intruksi dan latihan-latihan yang memadai umat hendaknya setapak demi setapak
dibimbing kepada partisipasi yang lebih besar sampai pada partispasi penuh
dalam bagian-bagian nyanyian yang menjadi hakmereka.
33.
Beberapa
nyanyian umat, khususnya kalau umat belum dilatih secukupnya atau kalau
digunakan paduan suara, dapat diserahkan kepada koor saja, asal umat tidak
dikucilkan sama sekali dari bagian-bagian yang menjadi hak mereka.
34.
Harus
dihindari penyajian lagu-lagu proprium dan ordinarium yang seluruhnya
dipercayakan kepada koor sampai mengabaikan sama sekali partisipasi umat dalam
menyanyi. Koor mendorong peran serta umat, menyemangati dan memperindah
nyanyian umat (IML 19)
BEBERAPA ISTILAH / PENGERTIAN
A. Liturgi dan
Paraliturgi
35.
Liturgi dan Paraliturgi adalah
dua hal yang berbeda :
a. Liturgi adalah
perayaan iman Gereja secara resmi, artinya harus dipimpin oleh imam (jabatan
tertahbis), doa-doa, urutan, bacaan, pakaian, bahan-bahannya seperti roti dan
anggur, sudah ditentukan menurut aturan Gereja. Yang termasuk Liturgi adalah
Perayaan Ekaristi, Sakramen Baptis, Sakramen Tobat, Sakramen Krisma, Sakramen Pengurapan
Orang Sakit, Sakramen Imamat, Sakramen Perkawinan, dan Liturgi (Ibadat) Harian.
b.
Paraliturgi adalah kebaktian (devosi) untuk mendukung kehidupan
rohani. Paraliturgi tidak termasuk liturgi resmi meskipun di dalamnya terdapat
unsur-unsur ibadat atau liturgi. Paraliturgi dapat dilakukan secara pribadi
atau bersama-sama. Dikatakan tidak resmi karena dapat dipimpin oleh siapa saja.
Urutan, pakaian dan bacaan dalam ibadat dapat disesuaikan dengan keadaan dan
kebutuhan. Sifatnya lebih bebas. Contoh: Pemujaan (salve) Sakramen mahakudus,
Ibadat Persiapan Sakramen Tobat, Ibadat
Sabda, Ibadat Jalan Salib, Ibadat Rosario, Novena, Ibadat Adven, Ibadat
Prapaskah, Ibadat Syukuran, Ibadat Peringatan Arwah, Dramatisasi Kisah Sengsara
atau Kelahiran Yesus dalam Perayaan Ekaristi, dll.
B. Sakramentali
36.
Sakramentali
adalah tanda-tanda suci yang memiliki kemiripan dengan sakramen, menandakan
karunia-karunia rohani yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja misalnya doa
pemberkatan untuk barang-barang (patung, salib), pemberkatan tempat/gedung
(gereja, rumah, kantor, ladang).
37.
Paraliturgi
dan sakramentali biasa juga disebut ibadat berkat.
C. Liturgi dan Doa Pribadi
38.
Liturgi merupakan ibadat bersama.
Namun setiap orang juga perlu memelihara hubungannya dengan Tuhan secara pribadi.
Oleh karena itu beriman perlu secara tekun dan teratur mempraktekkan doa
pribadi dan mati raga agar semakin meneladan Kristus.
39.
Liturgi hanya bermanfaat bila didukung
doa pribadi yang sungguh-sungguh. Maka umat dituntut untuk bersedia
sungguh-sungguh terlibat dalam Liturgi dan bekerja sama dengan rahmat ilahi
(terbuka terhadap sapaan Tuhan)
PANDUAN BAGI PETUGAS LITURGI
A. Peran Umat
40.
Dalam
menghadiri Perayaan Liturgi umat beriman jangan diam saja atau pasif menikmati
aktivitas yang terjadi di sekitarnya. “Setiap orang yang turut merayakan
Ekaristi mempunyai hak dan kewajiban untuk secara aktif, masing-masing menurut
cara yang sesuai dengan kedudukan dan tugasnya. Jadi setiap orang entah petugas
liturgi, entah umat beriman lainnya, hendaknya melakukan tugas yang menjaid
bagiannya, tidak lebih tidak kurang. Dengan demikian perayaan liturgi akan
tampak bahwa Gereja dibangun dalam pelbagai jabatan dan tugas” (PUMR No. 58).
41.
Umat beriman
yang berhimpun adalah umat pilihan Allah dianugerahi martabat imam dan raja.
Maka mereka hendaknya juga mau saling melayani, khususnya dalam tugas-tugas
khusus liturgi. Dengan perantaraan imam dan bersama imam, umat juga belajar
mempersembahkan diri dalam Perayaan Liturgi. “Hendaknya mereka merupakan satu
tubuh dalam mendengarkan Sabda Allah maupun dalam berdoa dan bernyanyi bersama,
terutama dalam mempersembahkan kurban dan dalam menyambut hidangan secara
bersama. Sikap badan dan tindakan yang sama dapat melukiskan semangat kesatuan (PUMR No. 62)
B. Peran Petugas Liturgi
42.
Ada dua macam
petugas liturgi yakni yang ditahbiskan dan yang tidak ditahbiskan. Fungsi
mereka adalah mengemban tugas pelayanan, melayani Tuhan dan umat dengan pantas
dan rendah hati (bdk PUMR No. 60)
43.
Pelayan
tertahbis:
a. Uskup:
§ Setiap
Perayaan Ekaristi yang sah diselenggarakan di bawah pimpinan uskup. Uskup dapat
menyelenggarakannya sendiri atau mewakilkannya kepada para pembantunya yakni
para imam.
§ Kalau
Uskup hadir dalam suatu misa yang dirayakan bersama umat, maka sebaiknya ia
sendiri yang memimpin, sedang imam lainnya diikutsertakan dan sedapat mungkin
diajak konselebrasi.
§ Maksud
konselebrasi bukanlah untuk menambah meriahnya misa, melainkan untuk
memperlihatkan dengan lebih jelas misteri Gereja yang merupakan sakramen
kesatuan.
b. Imam:
§ Mengetuai
umat yang berhimpun, memimpinnya dalam doa, mewartakan kabar keselamatan, dan
mengajak umat agar bersama dengannya mempersembahkan korban kepada Allah Bapa
dengan perantaraan Kristus dalam Roh Kudus, membagikan roti kehidupan kepada
saudara-saudaranya dan menyambutnya bersama dengan mereka
§ Bila
Imam merayakan Ekaristi wajiblah ia melayani Tuhan dan umat dengan pantas dan
rendah hati. Seluruh sikapnya dan juga caranya membawakan Sabda Ilahi harus
menunjukkan kepada umat bahwa Kristus benar-benar hadir di tengah-tengah umat.
c. Diakon:
§ Di
dalam misa, Diakon bertugas membacakan Injil, kadang-kadang berkotbah, memimpin
doa umat dan membantu imam dalam membagi-bagikan komuni, terkadang memberikan
petunjuk kepada umat mengenai apa yang harus dijalankan selama misa
§ Selain
itu Diakon dapat memimpin perayaan sakramen baptis dan pemberkatan perkawinan
44.
Pelayan tak
tertahbis
a. Lektor: adalah
petugas liturgi yang dilantik untuk
· membacakan
Sabda Tuhan agar umat dapat mendengarkan, mengerti dan meresapi Sabda (dimana
Allah tidak hanya bersabda dan berbicara melainkan juga menjumpai umat-Nya,
Allah hadir dengan sabda-Nya).
· mewartakan
Sabda Tuhan (tugas kenabian yakni memberitakan keselamatan Allah);
· menghadirkan
Allah yang bersabda melalui bahasa dan cara komunikasi manusiawi dalam bentuk
simbol (simbol paling jelas adalah lektor sendiri sebagai manusia, melalui
dirinya, suaranya, dan seluruh ekspresi kemanusiaannya, Allah hadir dan
bersabda kepada umat-Nya):
· menampilkan
dimensi Gereja yang mendengarkan Sabda. Dimensi ini tampak misalnya dalam
kenyataan bahwa imam sang selebran utama ikut mendengarkan pembacaan Kitab
Suci.
· biasanya
juga membawakan doa umat
b. Pemazmur adalah
petugas liturgi yang:
· Membawakan mazmur tanggapan dan Alleluya
· Mewartakan Sabda Tuhan sebagai renungan/tanggapan
atas bacaan I (Mazmur tanggapan) dan
menyambut dengan penuh kegembiraan kehadiran Yesus dalam bacaan Injil
(Alleluya)
· Memperindah ibadat dengan suaranya yang baik
· Mendekati
dan meresapkan pesan Kitab Suci (Sabda) melalui lagu
serta mengantar umat untuk masuk ke inti
Sabda dan suasana khusuk ibadat
c. Petugas Tata Laksana (Tata
tertib)
· Bertugas mengatur tata tertib umat agar
jalannya perayaan liturgi bisa lancar dan baik misalnya mengatur perarakan umat
saat terima komunisehingga tercipta suasana persatuan dan persaudaraan
· Bertugas menerima tamu dan mengantar umat ke
tempat duduk dengan ramah dan sopan
d. Putra-putri Altar: bertugas
melayani altar dan membantu imam .
e. Petugas Musik Liturgi:
· Pelaku
utama musik liturgi adalah umat yang berhimpun itu sendiri. Umat yang kompak
menyanyi melukiskan keanggunan dan kesemarakan liturgi.
· Ada
orang-orang yang karena bakat dan kemampuannya bersedia membantu terciptanya
suasana liturgi yang diwarnai alunan nada-nada, tidak hanya untaian kata dan
gerak-gerik belaka. Mereka adalah pelaku musik yang mengemban tugas khusus
sesuai dengan peran masing-masing.
· Petugas
musik harus berusaha memperlakukan musik sebagai pelayan liturgi karena pada
hakekatnya fungsi musik adalah melayani bukan mendominasi liturgi. Umat dibantu
untuk mengungkapkan dan membagikan karunia iman dengan musik. Maka para
petugasnya pun harus tampil sewajarnya, tidak menimbulkan kesan menggurui umat
atau bahkan menguasai suana liturgi.
· Yang
termasuk dalam jajaran petugas musik liturgi adalah .
1. Koor:
Merupakan bagian utuh dari
umat, maka tempatnya tidak terpisah dari umat, dekat dengan dirigen dan alat
musik pengiring. Tugasnya mendukung dan mendorong partisipasi umat supaya
mereka lebih bersatu, juga mewartakan Sabda Tuhan secara musikal dan memperindah
ibadat. Kadang-kadang Koor berperan sebagai penuntun umat, kadang bernyanyi
sendiri tanpa umat (menyanyikan bagian-bagian yang dipercayakan kepadanya
selaras dengan jenis musiknya).
2. Solis:
Bertugas menyanyikan bagian
yang dikhususkan untuk seorang penyanyi tunggal dalam lagu-lagu yang
dinyanyikan selama ibadat
3. Dirigen (dirigen umat dan dirigen koor)
Baik dirigen umat dan dirigen
koor bertugas mengarahkan dan menopang umat yang bernyanyi agar bisa berjalan
semestinya (ritme dan melodinya, bukan syairnya), maka dia harus berdiri di
tempat yang dapat dilihat umat tetapi tidak menutupi altar dan imam. Tujuannya
bukan bernyanyi dengan sempurna tetapi doa yang bagus, maka dirigen harus
menghayati perannya dalam konteks doa.
4. Organis
Organis adalah seorang petugas
liturgi (PUMR 104) dengan tugas utama memberi intro, mengiringi
nyanyian, memainkan lagu instrumental
(Pada awal perayaan, persiapan persembahan, komuni, akhir perayaan,
kecuali masa Adven, Prapaskah, Trihari Suci dan Misa arwah (MS 65 dan 66) untuk
menciptakan suasana (IML 67).
f. Komentator:
§ Komentator
bertugas memberikan penjelasan dan petunjuk secara singkat dan mudah ditangkap
kepada umat tentang bagian-bagian yang akan dirayakan supaya mereka lebih
mengerti arti tugasnya. Oleh karena itu
petunjuk-petunjuk itu harus disiapkan dengan baik.
§ Dalam
menjalankan tugasnya komentator berdiri di muka umat, di suatu tempat yang
kelihatan tetapi tidak di mimbar..
g. Petugas kolekte, bertugas
§ mengumpulkan,
menghantarkan (mempersembahkan uang kolekte) ke altar dalam perayaan liturgi,
§ menghitung
dan melaporkan jumlah kolekte yang terkumpul kepada paroki begitu perayaan
liturgi selesai
h. Petugas pembawa bahan persembahan:
§ Petugas
pembawa persembahan bertugas membawa bahan-bahan yang akan digunakan untuk
persembahan (bahan pokoknya roti dan anggur).
§ Pada
upacara-upacara besar biasanya petugas persembahan diiringi tarian persembahan
i. Pelayan Tak Lazim untuk Komuni Suci:
Pelayan tak lazim untuk komuni
suci adalah awam yang dipilih oleh umat dan dilantik oleh uskup/pastor paroki
setempat dengan masa bakti tertentu yang bertugas membantu imam membagikan
komuni di wilayah parokinya
j. Seremoniarius:
Seremoniarius bertugas
mempersiapkan perayaan meriah (khususnya yang dipimpin uskup) dan mengkoordinasi
berbagai tugas dalam perayaan tersebut. Seremoniarius tidak harus seorang
tertahbis, tapi biasanya seorang diakon, namun bisa juga seorang awam asal
paham benar norma-norma liturginya, berpengalaman pastoral, dan bisa tampil
tenang dan wajar.
k. Petugas Penghias Ruang
Petugas penghias ruang liturgi
bertugas diluar upacara liturgi. Ia bertugas mempersiapkan ruangan (kebersihan
dan keindahan) untuk perayaan liturgi dalam kerja sama yang baik dengan koster
m. Koster:
§ Koster
bertugas diluar upacara liturgi.
§ Koster
bertugas mempersiapkan segala sesuatu untuk perayaan liturgi (perlengkapan,
pakaian, kebersihan ruang, dsb). Koster bisa merangkap sebagai penghias ruang.
Oleh karena itu harus ada kerja sama yang erat dan harmonis antara koster dan
penghias ruang.
C. Pemimpin Perayaan Liturgi.
45.
Pemimpin
perayaan liturgi adalah satu pelayanan yang dilihat sebagai partisipasi dalam tugas Yesus Kristus sebagai
nabi, raja dan imam (penentu bahwa himpunan umat berkumpul demi nama Kristus)
dan diarahkan pada himpunan umat (bagi
pembangunan Gereja). Melalui sikapnya ia
menunjukkan bahwa ia menghadap
Allah dan bersama dia seluruh himpunan umat menghadap Allah yang menerima puji
syukurnya
46.
Pemimpin
dalam Perayaan Ekaristi adalah para pelayan tertahbis (uskup, imam dan diakon
47.
Pemimpin
dalam Ibadat Sabda Hari Minggu Tanpa Imam biasanya oleh seorang awam yang
menerima pelayanan untuk memimpin suatu perayaan.
48.
Pemimpin
Perayaan Liturgi mempunyai tugas khas yang tidak dapat diserahkan ke petugas
lainnya (presidensial), yakni: menyampaikan salam dan mengajak umat untuk
membuat tanda salib pembuka; membawakan doa pembuka; pewartaan Injil dan
kotbahnya, Doa Syukur Agung (Jika Ekaristi) -- Doa Pujian (jika Ibadat Sabda);
mengajak umat untuk saling memberikan salam damai serta bersatu dalam komuni;
doa sesudah komuni, berkat dan pengutusan
49.
Pemimpin
perayaan wajib memperhatikan: apa yang tampak dalam himpunan umat, persiapan
bersama agar semua petugas dan pelaku liturgi dapat berjalan dengan lancar demi
persatuan perayaan, tempat perayaan dihias semestinya
50.
Dalam Ibadat
Sabda gerak-gerik pemimpin tidak sama (tidak menirukan) gerak-gerik imam karena
ia bukan imam atau penggantinya.
D. Persiapan Bersama Petugas Liturgi
51. Liturgi begitu kaya makna dan manfaat bagi
hidup seseorang. Namun tidak sedikit orang merasa kering dalam menghayati
liturgi. Liturgi dirasakan tidak mendorong apa-apa dalam hidup seseorang, tidak
menarik. Hal itu disebabkan karena persiapan tidak memadai dan tidak mendapat
peranan yang penting. Kalau orang tidak mempersiapkan diri dan hati secara
memadai, orang tidak mungkin dapat merayakan liturgi secara pantas dan
mengesan. Walau liturgi dibuat sedemikian menarik namun apabila hati tidak
siap, maka semua akan berlalu begitu saja, tanpa kesan. Untuk itu perlu
persiapan pribadi (fisik dan batin), dan persiapan bersama (mempersiapkan
perayaan Liturgi secara bersama).
52. Persiapan fisik: dengan datang lebih awal,
mempersiapkan buku-buku yang diperlukan terutama Tata Perayaan Ekaristi (TPE)
untuk umat dan Buku Nyanyia yang umum dipakai (Puji Syukur), persembahan (uang
kolekte) sebagai tanda persembahan dari penghasilan kita dan ungkapan
kesetiakawanan kita pada sesama, membawakan diri dengan sopan dan pastas
(berpakaian yang sopan dan pantas)
53. Persiapan
batin (Bdk SC 11),
persiapan pribadi. Kita perlu
menyiapkan hati dan membangkitkan kerinduan untuk merasakan kehadiran Tuhan dan
perjumpaan dengan warga Gereja (menyediakan ruang dalam hati untuk Tuhan dan
sesama). Persiapan batin yang paling baik ialah mengarahkan hati sehingga
memiliki kerinduan kepada Allah dengan hati yang haus akan belas kasih Allah;
rindu pada Tuhan karena ia mengasihi
Allah padahal hatinya remuk redam oleh ketidakpantasan (Bdk Maz 63: 2, 9).
Ringkasnya, kita datang ke gereja bukan karena kewajiban (ada yang mewajibkan)
bukan pula karena kebutuhan (motivasi pribadi/egosentris dan berharap mendapat
sesuatu), melainkan karena kerinduan.
54. Persiapan Perayaan Liturgi secara bersama.
Walau umat datang dengan persiapan batin yang baik, dengan keirnduan yang meluap
pada Tuhan, namun jika liturginya dirayakan tanpa persiapan yang memadai, umat
bisa kecewa.
55. Liturgi perlu dipersiapkan (dirancang) secara
matang dengan memperhatikan segi teologis, liturgis, pastoral, artistik, dan
praktis. Persiapan dipimpin oleh imam kepala yang hendaknya mendengarkan juga
suara umat mengenai hal-hal yang secara langsung menyangkut umat (PUMR
73). Maka seharusnya sepuluh menit
sebelum misa, Imam mengumpulkan petugas liturgi untuk persiapan terakhir
(mengecek kesiapan dan menyatukan gerak). Yang wajib ditanyakan oleh imam
antara lain: Bapa Kami, Anamnese dan Ordinarium yang akan dipakai.
56.
Dalam
Liturgi tugas Imam memimpin umat menghadap Allah. Maka diperlukan koordinasi
dan kerja sama para petugas/pelayan liturgi. Terutama bagi Gereja atau paroki
yang besar dianjurkan agar seseorang ditunjuk untuk mempersiapkan
upacara-upacara liturgi dengan baik, membagikan tugas kepada masing-masing
pelayan, dan mengatur ketertiban selama upacara berlangsung sehingga suasana
tenang dan khidmad (PUMR 69).
E. Persiapan Perayaan Liturgi meliputi:
57.
Persiapan petugas liturgi.
Para petugas liturgi ialah semua orang
yang terlibat dalam pelayanan liturgi, yakni: imam yang memimpin liturgi,
lektor, pemazmur, pelayan tak lazim untuk komuni, petugas tata laksana,
komentator, seremoniarius, petugas kolekte,
petugas doa umat, petugas pembawa persembahan, putra/putri altar,
petugas menghias, dsb. Mereka semua harus mengadakan persiapan bersama secara
memadai sehingga memiliki kerja sama dan koordinasi yang baik. sebab liturgi
adalah perayaan bersama dan merupakan satu kesatuan perayaan.
58.
Persiapan Tata Perayaan Liturgi
Tata dan urutan perayaan liturgi adalah
urusan bersama bukan urusan pastornya saja. Maka Seksi Liturgi harus mempersiapkan bersama bagaimana
susunan perayaan liturgi nanti.
59.
Persiapan sarana liturgi
Sarana liturgi meliputi segala peralatan dan sarana
yang digunakan dalam perayaan liturgi. Sarana tersebut harus lengkap (semua
ada), pantas (dalam keadaan baik sesuai dengan fungsinya) dan indah (punya nilai
seni yang tinggi dna baik). Urusan sarana liturgi juga merupakan urusan
Seksi Liturgi bukan semata urusan
Koster.
STRUKTUR POKOK
PERAYAAN EKARISTI HARI MINGGU/HARI RAYA
Struktur Pokok Perayaan Ekaristi
Hari Minggu dan Hari Raya sesuai dengan buku PUMR 2000 dan buku Tata Perayaan
Ekaristi untuk Imam dan untuk Umat
A.
Bagian-bagian Perayaan Ekaristi yang baku
60. Setiap Perayaan Ekaristi harus memuat:
a. RITUS PEMBUKA sebagai tahap persiapan:
b. LITURGI SABDA sebagai bagian pokok
c. LITURGI EKARISTI sebagai bagian pokok
d. RITUS PENUTUP sebagai tahap
penutupan/pengutusan
Urutan bagian-bagian ini tidak
boleh dibolak-balik
61. Yang perlu ada dalam Ritus Pembuka ialah
Tanda Salib, Persiapan Batin dengan doa tobat dan Doa Pembuka
62. Yang harus ada dalam Liturgi Sabda ialah
a. Bacaan Injil
b. Mazmur Tanggapan. Bukan lagu antar bacaan.
Prinsipnya sumber nyanyian dari Kitab Suci.
c. Pada hari Minggu homili atau kotbah harus ada
d. Syahadat sebaiknya ada
63. Yang harus ada dalam Liturgi Ekaristi adalah
a. Doa Syukur Agung (mulai dengan dialog pembuka
pada Prefasi, dipuncaki institusi, dan diakhiri dengan Doksologi dan jawaban
“Amin” seluruh umat.
b. Kudus
merupakan bagian Doa
Syukur Agung, maka kudus harus ada
c. Komuni: penyambutan Tubuh Kristus
d. Liturgi Ekaristi ditutup dengan Doa Penutup
64.
Yang harus
ada dalam Ritus Penutup adalah Salam, berkat imam dan pengutusan
B. Bagian-bagian yang dapat disesuaikan menurut situasi dan kondisi
setempat:
65.
Dalam Ritus
Pembuka.
Susunan
ritus pembuka memiliki berbagai kemungkinan alternatif. Pada prinsipnya ada
kesempatan dan kemungkinan bagi Tim Liturgi untuk menyusun Ritus Pembuka secara
kreatif dan baik
a. Lagu Pembuka: berfungsi untuk membuka
perayaan, membina kesatuan umat yang berhimpun, menghantar umat masuk ke
misteri iman yang dirayakan, dan mengiringi perarakan petugas liturgi yang
sedang masuk ke altar. Untuk itu Lagu Pembuka:
1. harus dipilih sesuai dengan fungsi tersebut
di atas
2. diupayakan yang memungkinkan umat ikut serta
menyanyi dan menggerakkan umat untuk masuk ke liturgi
3. dalam
misa umat hari Minggu sebaiknya harus ada. Tetapi bila terpaksa dan ada
model liturgi tertentu yang mengharuskan hening dahulu, lagu pembuka bisa
ditiadakan.
b. Tanda salib dan salam bisa ditiadakan asalkan
umat dipersiapkan dengan suatu doa/ibadat yang membuat umat sudah ada dalam
suasana dan sikap doa
c. Kata Pengantar berisi pokok misteri iman yang
dirayakan, bisa ditambah dengan ujud misa hari itu disampaikan dengan bahasa
yang jelas dan singkat. Yang menyampaikan pengantar biasanya imam pemimpin misa
tetapi juga bisa orang lain. Jika di awal misa Komentator sudah menyampaikan
isi pokok misteri iman yang dirayakan, maka imam hanya menyampaikan ajakan
persiapan batin bagi pertobatan.
d. Doa tobat
1. bisa
dibuat secara bebas dan
kreatif oleh Tim Liturgi dengan memperhatikan hakekat doa tobat yakni
menyampaikan pengakuan pertobatan atas dosa dan permohonan belas kasih
pengampunan Allah.
2. Doa
tobat bisa digabungkan dengan Kyrie. Di buku TPE
disediakan dalam rumus Tobat Cara 3 (3-1 s.d 3-5) dan 4. Jika Doa Tobat memakai
cara ini, Kyrie ditiadakan langsung masuk ke Kemuliaan.
e. Madah Pujian (Kemuliaan) bisa diganti dengan
nyanyian lain yang sesuai. Prinsipnya madah pujian harus menyampaikan pujian
kepada Allah Tritunggal. Madah Pujian ditiadakan pada masa Adven dan Prapaskah.
f. Doa Pembuka, mengakhiri Ritus Pembuka,
merupakan doa presidential (harus dibawakan oleh imam pemimpin misa).
1. Umat bisa saja diajak untuk terlibat dalam
doa tetapi tidak dalam doa pembuka. Misalnya sebelum doa pembuka umat diajak
membawakan doa umum secara bersama lalu imam menutup doa umum itu dengan doa
pembuka yang sesungguhnya dengan rumus baku diawali ajakan “Marilah berdoa”
kemudian hening dst.
2. Doa pembuka bisa disusun/dirumuskan sendiri
dengan memperhatikan isinya memuat tema pokok misteri iman yang dirayakan dan
maknanya bagi hidup Gereja, dan diakhiri dengan rumusan Trinitas.
66.
Dalam
Liturgi Sabda
a. Bacaan-bacaan
misa hari Minggu
sudah jelas sebagaimana ada dalam
kalendarium harus diutamakan. Jika terpaksa misalnya misa khusus HUT Paroki,
bacaan bisa diganti seandainya bacaan
yang ada tidak cocok.
b. Tim Liturgi bisa menentukan jumlah bacaan
pada misa Hari Minggu, namun harus dikonsultasikan dengan imam pengkotbah.
Sebaiknya imam yang akan berkotbah memiliki keleluasaan untuk memilihnya.
c. Kemungkinan penyesuaian pada Liturgi Sabda:
1. Mazmur Tanggapan: Mazmur Tanggapan dan cara
membawakannya bisa diganti dengan nyanyian dan model lain (misal model Taize)
dengan prinsip nyanyian harus bersumber dari Kitab Suci dan membantu umat dalam
merenungkan Sabda Tuhan.
2. Perarakan Kitab Suci: bisa dilaksanakan
secara meriah, khidmat dan agung dari altar ke mimbar sabda saat Bait Pengantar
Injil dinyanyikan
d. Doa umat ditempatkan sesudah syahadat karena
termasuk Liturgi Sabda sebagai tanggapan umat atas Sabda Allah yang baru
didengar dan ungkapan imamat umum umat.
Doa umat sangat terbuka untuk
disusun secara kreatif dan kontekstual dengan jawaban umat yang kreatif pula
(tidak hanya kabulkanlah doa kami). Bahkan dapat disusun doa yang dapat
didoakan secara bergantian antara pembawa doa, umat dan imam.
Doa umat terkadang bisa
ditempatkan setelah komuni sebelum doa penutup. Jika hal itu dilakukan doa umat
menjadi doa syukur atas komuni
67.
Dalam
Liturgi Ekaristi
Liturgi Ekaristi merupakan bagian yang
baku, khususnya Doa Syukur Agung dan Menyambut Komuni, dan tidak dapat
dihilangkan sama sekali.
a. Penyebutan nomor DSA sebaiknya sebelum
prefasi, jangan setelah Kudus.
b. Persiapan persembahan, khususnya perarakan
bahan persembahan dimungkinkan adanya tarian, penjelasan makna bahan
persembahan, dsb.
c. Doa persembahan merupakan doa presidensial
yang mengakhiri persiapan persembahan dan menjadi jembatan kepada Doa Syukur
Agung dapat disusun sendiri asalkan isinya memuat permohonan agar persembahan
umat dipersatukan dengan persembahan Yesus Kristus, diarahkan kepada Bapa atau
Putra tanpa perlu menyebut rumusan trinitas.
d. Upacara komuni:
1. Ajakan Bapa Kami dapat bervariasi
2. Doa Bapa Kami dapat dinyanyikan menurut
berbagai kemungkinan.
3. Bapa Kami yang tidak diijinkan lagi
pemakaiannya adalah Bapa Kami Argentina (musiknya fals), Bapa Kami Dimuliakan
(syair tidak sesuai dengan teks KS), Bapa Kami Bandung Selatan (lirik Bandung
Selatan), Bapa Kami Filipina (kata di bumi dan di surga seharusnya di bumi
seperti di dalam surga), dan Bapa Kami Bebaskan (teksnya tidak sesuai KS)
4. Anak Domba Allah untuk mengiringi pemecahan
roti, bisa digunakan bisa tidak. Jika diadakan harus untuk mengiringi pemecahan
roti atau mengiringi persiapan pembagian komuni. Maka perlu koordinasi yang
baik antara Koor dan Tim Liturgi atau imam yang akan memimpin misa.
5. Ajakan
untuk menyambut komuni bisa bervariasi dan dibuat sendirid.
6. Saat hening sesudah komuni harus sungguh
diberikan tempat
7. Madah pujian sesudah komuni bisa digantikan
dengan doa khusus misalnya “Jiwa Kristus” (PS 212)
8. Doa penutup mengakhiri Liturgi Ekaristi
memuat syukur atas kurnia Ekaristi yang telah diterima dan permohonan agar
misteri iman yang sudah dirayakan menghasilkan berkat dan rahmat dalam
perjuangan hidup sehari-hari dan menjamin harapan akan hidup kekal
68.
Dalam Ritus
Penutup:
Pengumuman, berkat, pengutusan dan lagu penutup yang berfungsi untuk
menutup misa, dimungkinkan untuk kreatifitas.
C. Aneka Unsur Misa yang harus diperhatikan
69.
Pewartaan
dan Pengajaran Sabda Allah..
a. Bila
Alkitab dibacakan dalam Gereja, Allah sendiri bersabda kepada
umat-Nya dan Kristus sendiri mewartakan Kabar Gembira sebab Ia hadir dalam
Sabda itu. Maka pembacaan Sabda merupakan unsur yang sangat penting dan wajib
didengarkan dengan penuh perhatian.
b. Sabda itu akan dipahami secara lebih penuh
dan lebih sempurna bila dijabarkan secara konkrit dalam homili
70.
Doa
dan tugas-tugas Imam dalam Perayaan Liturgi bersifat presidensial, dan tidak
boleh diiringi musik
71.
Seluruh Misa
diambil dari pengalaman hidup. (Bandingkan kisah perjalanan dua orang murid
dari Yerusalem ke Emaus Luk 24:13-35)
72.
Tata Gerak dan Sikap : lihat No H
52-53
D. Memilih nyanyian untuk misa.
73.
Nyanyian
perlu dipilih dan disertakan untuk mengiringi misa.
74.
Fungsi
nyanyian harus dimengerti secara benar tidak sekedar mengisi kekosongan atau
menghiasi antar bagian misa (Musik dalam Ibadat Katolik, Spektrum XXVI, 1982,
hlm. 27-35)
75.
Nyanyian
misa yang dipilih untuk digunakan dalam misa, harus diselaraskan dengan rungsi
nyanyian misa dan jenis-jenis nyanyian misa.
76.
Jenis-jenis
nyanyian misa:
a. Aklamasi:
seruan atau pekik suka cita seluruh
jemaat sebagai tanggapan atas Sada dan karya Allah (Musik dalam Ibadat Katolik
hlm. 28):
1. Bait Pengantar Injil (Alleluya)
§ Alleluya harus dinyanyikan.
§ Jika tidak dinyanyikan lebih baik ditiadakan.
§ Alleluya yang dinyanyikan oleh Imam hanya satu
kali yaitu pada Perayaan Paskah. Imam tidak menyanyikan Alleluya di luar masa
itu.
§ Bila petugas tidak ada Alleluya ditiadakan
2. Sanctus (Kudus) sebagai tanggapan atas ajakan
imam dalam prefasi DSA
3. Aklamasi Anamnesis (seruan/ajakan imam untuk
menyatakan iman setelah konsekrasi)
4. Amin meriah (ajakan imam pada akhir DSA)
5. Doksologi Bapa Kami (ajakan imam setelah doa
Tuhan pada akhir doa Bapa Kami)
b. Nyanyian perarakan berkaitan
dengan menyambut simbol kehadiran Kristus, meningkatkan kesadaran atau
persekutuan:
1. Perarakan masuk
2 Perarakan
komuni
c. Mazmur Tanggapan (menanggapi
Sabda Allah selaras dengan tema bacaan)
d. Nyanyian ordinarium:
Harus ada dalam perayaan dan wajib dinyanyikan bersama umat atau
bergantian antara koor/solis dengan umat.
Kadang boleh diucapkan saja.
1. Kyrie
2. Gloria
3. Sanctus
4 Bapa
Kami
5. Agnus Dei
6. Aku Percaya (Credo)
e. Nyanyian-nyanyian proprium/tambahan (tanpa tuntutan teks/ritus khusus, boleh koor saja.
1. Persiapan persembahan
2. Madah sesudah komuni
3. Penutup
4. Litani
77.
Memilih
Nyanyian menurut tingkatan perayaan:
a. Hari Minggu dan Hari Raya: Jenis Nyanyian No.
a s.d e (semua dinyanyikan)
b. Pesta:: Jenis Nyanyian No. a s.d d (kecuali
d6) dan e (kecuali e2 dan e4)
c. Peringatan (Wajib/Fakultatif): Jenis Nyanyian
No. a. b, c dan e (kecuali e3 dan e4)
d. Hari Biasa: Jenis Nyanyian No. a (kecuali a1)
dan c
78.
Memilih
nyanyian menurut skala prioritas
a. Yang sedari hakekatnya menuntut nyanyian,
misalnya: Alleluya, Kudus, Anamnesis, Amin agung, doksologi Bapa Kami (IML 6)
b. Yang dinyanyikan oleh imam dengan jawaban
oleh umat (IML 7)
c. Yang dinyanyikan oleh imam dan umat
bersama-sama (IML 7)
d.
Tambahan:
yang melulu untuk umat atau koor (IML 7)
E. Menyanyikan Misa.
79.
Liturgi bukan
tontonan umat tetapi
umat adalah pelaku liturgi.
Penonton Liturgi itu sendiri adalah Allah bersama para Malaikat-Nya.
80.
Menyanyikan
misa adalah upaya untuk menghidupkan ritual misa, membuat misa ibaratnya suatu
nyanyian atau opera atau pentas musikal yang tidak 100% melulu nyanyian di mana
ada bagian yang dinyanyikan, ada pula yang diucapkan, diperagakan atau malah
diam, hening.
81.
Perayaan misa seharusnya dilihat sebagai suatu teks
nyanyian di mana kunci atau nada dasarnya adalah berdasar jenis-jenis misa
(Adven, Prapaskah, Natal, Paskah, Hari Raya, dsb). Maka bagian-bagian misa yang
maksudnya harus dinyanyikan sebaiknya diperlakukan semestinya. Nyanyian harus
seiring dengan maksud ritualnya sehingga jika ritualnya menuntut perlakuan yang
khusus mungkin tak cukup hanya diiringi atau dibawakan dalam nyanyian tetapi
juga dihiasi tata gerak atau bahkan tarian. Misalnya Doksologi Doa Syukur
Agung, Prosesi Kitab Suci, dll,
82.
Setiap jenis
Misa mensyaratkan aturan-aturan yang berbeda, tidak selalu sama pada setiap
bagiannya. Maka kita perlu membedakannya berdasarkan beberapa hal:
a. Berdasar
masa liturgi: Adven,
Natal, Prapaskah, Paskah, Biasa
b. Berdasar tingkat perayaan: Hari Minggu, Hari
Raya, Pesta, Peringatan Wajib, Peringatan Fakultatif, Hari Biasa
c. Berdasarkan bentuk atau rumus: Misa ritual,
misa arwah, misa konselebrasi, misa hanya dengan satu imam pelayan.
Terima Kasih. Sangat Membantu dan cukup lengkap. Tuhan Memberkati :D
BalasHapusTrims Fumiko Hisoka...semoga bermanfaat
BalasHapusTerimakasih kaka...
BalasHapusSangat membantu sekali...
Anak Pulau dan Anak Gunung.., memang yang terbaik.
Tuhan Yesus Memberkati.