Memberikan Makna pada Puasa
Umat Islam Indonesia sedang
mempersiapkan diri untuk memasuki Bulan Suci Ramadan. Berita-berita di media
massa, termasuk siaran-siaran komersial, mewartakan kepada dunia bahwa bulan
puasa umat Islam hampir tiba. Berita-berita itu berupa ajakan dan sekaligus
mewajibkan umat Islam untuk mempersiapkan segala sesuatu, baik secara fisik dan
mental, material dan rohani, memasuki bulan puasa. Para pemuka agama, pemuka
masyarakat dan pemerintah giat mensosialisasikan kepada semua lapisan
masyarakat, termasuk kepada para pekerja seks komersial, pengelola tempat
hiburan dll, bahwa bulan puasa akan segerah tiba.
Puasa (Shaum) yang
bersifat wajib dilakukan pada bulan Ramadan selama satu bulan penuh dan ditutup
dengan Hari Raya Lebaran. uasa berarti menahan diri
dari makan dan minum, menahan diri dari perkataan
dan perbuatan yang dapat membatalkan puasa, seperti iri hati, bertengkar, mencuri
dan hawa nafsu. Puasa sebagai saat untuk
melatih kesabaran mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat.
Menurut Al’quarn puasa juga menolong umat
untuk menanam moralitas dan etika di dalam kehidupan mereka. Semua nilai hidup
yang telah tertanam pada bulan puasa itu diharapkan berlanjut ke bulan-bulan
berikutnya, dan tidak hanya terbatas pada bulan puasa saja. Tujuan
utama puasa adalah mendapatkan kenimatan-kenikmatan Allah dengan mengambil
waktu dalam doa, beramal, membaca Al’quran dan mendekatkan diri pada Allah (zikir). Bulan puasa adalah bulan yang
sangat sarat makna yang kesemuanya bermuara kepada kemenangan, yaitu:
kemenangan Muslim yang berpuasa dalam melawan hawa nafsu, egoisme, keserakahan,
dan ketidakjujuran. Sebagai bulan jihad, puasa harus dimaknai dengan
menunjukkan prestasi kinerja dan kesalehan individual serta sosial.
Secara teoretis, tujuan dan makna dari
puasa memiliki nilai-nilai luhur bagi kehidupan umat muslim dan relasinya
dengan Allah dan sesamanya. Namun, prakteknya agak lain dari konsep puasa yang
ada. Umumnya umat Islam mengeluarkan biaya besar saat bulan puasa untuk
konsumsi. Di sini konsep puasa mengajak orang untuk hidup hemat, sederhana dan
memberi sedekah nyaris tidak berlaku. Selama bulan puasa banyak tempat, seperti
bar, diskotik, karoke, tokoh dll dirusak, alasannya karena tempat maksiat.
Konsep puasa melatih orang sabar, menghilangkan egoisme, dialog kasih, iri hati
dll tidak berlaku. Selama bulan puasa sering membuat orang lain hidup merasa
tidak aman, oleh karena itu, konsep puasa membawa kedamain dan kesejukan hati
hanya sebuah wacana.
Pernyataan refleksi buat kita adalah: Jangan sampai puasa hanyalah sebuah wacana
tanpa makna. Jangan sampai Puasa
hanyalah konsep tanpa aplikasi. Jangan
sampai puasa hanyalah sebuah makna teologis tanpa menyentuh nilai-nilai
humanis. Jangan sampai puasa hanyalah
ajang memamerkan kesombongan rohani. Jangan
sampai puasa hanyalah momentum untuk pembuktian eksistensi diri kepada dunia.
Jangan sampai puasa hanyalah arena untuk aksi balas dendam dengan dalil
meluruskan jalan Allah.