100% Islam tetapi Tidak 100% Indonesia
Masyarakat muslim
Indonesia memiliki pengetahuan yang
dangkal tentang wawasan kebangsaan. Umat
islam Indonesia lupa akan pilar-pilar yang
menjadi dasar negara kita, yakni: Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Wawasan kebangsaan yang dangkal itu justru datang dari para elite di negara ini, Yakni Anggota DPR,
Pimpinan ormas islam, para ustad, mubalig, kiyai dan para ketua partai politik.
Kaum muslim Indonesia tidak mengenal lagi nilai-nilai luhur warisan keempat pilar kebangsaan itu. Kaum muslim mulai berkiblat mencari pilar baru untuk
diterapkan di negara ini. Realitas seperti
ini menggambarkan bahwa kaum muslim Indonesia tidak memiliki sebuah identitas
yang jelas. Kaum muslim Indonesia tidak bangga sebagai orang Indonesia, tetapi bangga karena
identitas keislamannya: 100% Islam tetapi tidak 100% Indoensia.
Penolakan Ahok jadi
gubernur DKI oleh FPI, anggota DPR koalisi Merah Putih, HTI, Forum Betawi Rembuk
dan beberapa tokoh islam lainnya menggambarkan pudarnya wawasan kebangsaan di
dalam diri mereka. Penutupan gereja, pengusiran Islam Ahamdyah dan akksi teror atas
nama Jihad islam hendak melukiskan hilangnya nilai-nilai luhur: persaudaraan,
gotong-royong, musyawara mufakat, sebagai identitas dan kebanggaan bangsa ini. Cepat
atau pun lambat kedangkalan wawasan kebangsaan kaum muslim ini akan
menghancurkan negara ini. Apabila pembiaran terus dilakukan maka Indonesia akan
tinggal kenangan buat anak-cucu kita.