Jumat, 21 November 2014

100% Islam tetapi tidak 100% Indonesia



100% Islam tetapi Tidak  100% Indonesia


Masyarakat muslim Indonesia  memiliki pengetahuan yang dangkal tentang wawasan kebangsaan.  Umat islam Indonesia  lupa akan pilar-pilar yang menjadi dasar negara kita, yakni: Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal  Ika dan NKRI.  Wawasan kebangsaan yang dangkal itu justru datang dari  para elite di negara ini, Yakni Anggota DPR, Pimpinan ormas islam, para ustad, mubalig, kiyai dan para ketua partai politik. Kaum muslim Indonesia tidak mengenal lagi nilai-nilai luhur warisan  keempat pilar kebangsaan itu. Kaum muslim  mulai berkiblat mencari pilar baru untuk diterapkan di negara ini.  Realitas seperti ini menggambarkan bahwa kaum muslim Indonesia tidak memiliki sebuah identitas yang jelas. Kaum muslim Indonesia tidak bangga  sebagai orang Indonesia, tetapi bangga karena identitas keislamannya: 100% Islam tetapi tidak 100% Indoensia.

Penolakan Ahok jadi gubernur DKI oleh  FPI, anggota DPR  koalisi Merah Putih, HTI, Forum Betawi Rembuk dan beberapa tokoh islam lainnya menggambarkan pudarnya wawasan kebangsaan di dalam diri mereka. Penutupan gereja, pengusiran Islam Ahamdyah dan akksi teror atas nama Jihad islam hendak melukiskan hilangnya nilai-nilai luhur: persaudaraan, gotong-royong, musyawara mufakat, sebagai identitas dan kebanggaan bangsa ini. Cepat atau pun lambat kedangkalan wawasan kebangsaan kaum muslim ini akan menghancurkan negara ini. Apabila pembiaran terus dilakukan maka Indonesia akan tinggal kenangan buat anak-cucu kita.