Di depan dan Belakang istri Dia berdiri tegak
Di belakang suami dia juga berdiri tegak
Tanpa Dia, suami dan istri tidak jelas mengungakapkan kata Cinta.
Siapakah Dia itu sesungguhnya????
Dia adalah huruf : "I"
Minggu, 26 Mei 2013
NYATA
IMAN
IMAN: Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita
harapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat (Ibr 11:1). dalam iman,
akal budi dan kehendak manusia bekerja sama
dengan rahmat Ilahi (KGK, 155). Lebih jauh St. Thomas mengatakan bahwa “Iman adalah satu kegiatan akal budi yang menerima
kebenaran ilahi atas perintah kehendak yang digerakkan oleh Allah dengan
perantaraan rahmat” (ST, II-II, q.2, a.9).Jadi iman adalah merupakan operasi intellect atau akal budi, dimana kita bekerja sama dengan rahmat Allah, sehingga
kita dapat menjawab panggilan-Nya dan percaya
akan apa yang difirmankan-Nya. Namun kepercayaan ini bukan hanya asal percaya,
atau percaya berdasarkan perasaan saja. Iman dapat didefinisikan sebagai suatu persetujuan
akal budi yang kokoh kepada kebenaran, yang bukan berdasarkan perasaan, namun
berdasarkan kesaksian saksi. Artinya kalau seseorang masih
ragu-ragu akan kebenaran tersebut, maka dapat dikatakan ia belum
sungguh-sungguh beriman. Dan saksi di dalam kebajikan ilahi iman adalah Tuhan sendiri, yang bersaksi dengan
perantaraan para nabi,
dan akhirnya Tuhan sendiri menjelma menjadi manusia, yang selanjutnya
karya-Nya diteruskan oleh Gereja
Katolik.
SABDA BAHAGIA
8 SABDA BAHAGIA
1.
Sabda bahagia 1
AY. “ berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah. Secara harafiah bunyi ayat 3 adalah “ berbahagialah orang yang miskin dalam Roh “…namun LAI menggantinya dengan menterjemahkannya dengan berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah namun bisa diterima karena maknanya sama dalam teks aslinya. Kata miskin bisa dikatakan miskin secara social ekonomi tetapi setelah diberi tambahan dalam Roh maka orang mskin ini berubah arti menjadi miskin dalam hal rohani. Orang-orang model apa yang dalam hal rohani ? ( Orang yang tidak mengenal Tuhan ).
Siapakah orang miskin itu ? orang miskin dalam PL ada macam-macam istilah tetapi ada dua istilah yang sering dipakai dan itu sinonim Ani dan Anawim. Dua istilah ini sama-sama orangt yang memderita, tertindas, susah. Mereka Ani, Anawim yang miskin secara ekonomis, tetapi dalam kemiskinan ini berkembanglah suatu sikap rendah hati. Dengan kemiskinan mereka hanya bisa serahkan segalanya kepada TUhan dari sini pula dimunculkan sikap saleh. Karena itu dalam PL Anawim orang-orang saleh yang beriman kepada Tuhan dan selalu mengharapkan pertolongan dari Tuhan.
Mengapa mereka disebut orang yang memiliki kerajaan Sorga, karena tempat itu ( KS ) tidak untuk orang yang sombong atau tinggii hati.
2. Sabda bahagia 2
“ berbahagialah mereka yang berduka cita karena mereka akan dihibur “( Mat 5 )
“ Berbahagialah orang yang menangis “ Luk
Inti dari sabda bahagia ke 2 “ berbahagialah bagi orang yang tidak hilang keprcayaan kepada Allah sekalipun menghadapi suka dan duka.
3. Sabda bahagia 3
“ berbahagialah orang yang lemah lembut karena merekalah yang akan memiliki bumi.”
Karena orang itu tidak suka diperlakukan kasar . orang sabar pun pasti akan marah bila ia tidak sabar lagi. Maksud dari orang yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan adalah bumi yang dimaksud itu bukan bumi palestina tetapi Kerajaan Allah karena kata kerajaan mewarisi / memiliki khusus yakni masuk surga ( bdk Mat 19 : 24 : 34 ). Dalam tradisi Apokaliptif Yahudi istilah memiliki atau mewarisi masuk dalam kerajaan surga.
4. Sabda bahagia 4
“ Berbahagialah orang yan haus dan lapar akan ( rindu ) kebenaran karena mereka akan dipuaskan ( Mat )
“ berbahagialah kamu yang lapar karena kamu akan dipuaskan “ ( Luk ).
Dalam injil Matius kebenaran memiliki beberapa arti
a) Keadilan , dalam kitab suci kata kebenaran ini identik dengan keselamatan dalam hal ini kebenaran perlu dibedakan dalam 2 aspek, yaitu :
Kebenaran manusia. Bila kebenaran itu diterapkan untuk manusia maka memilki 2 aspek, yaitu :
1. Kebenaran Yuridis ( Status benar dihadapan hukum ) ( Hak bisa dirampas )
2. Kebenaran moral yakni sikap hidup yang sesuai hukum moral. Kebenaran ini ( Moral ) tidak bisa dirampas oleh siapapun.
Berbahagialah orang yang dalam hidup penuh kerinduan akan kebenaran Allah.
Kebenaran Allah. Bila kebenaran ini ditujukan kepada Allahy tindakan penyelamatan dari Allah karena Allah itu setia.
5. Sabda bahagia 5
Berbahagialah orang yang murah hatinya karena mereka akan beroleh kemurahan, artinya apabila kamu murah hati Tuhan pasti akan bermurah hati.
6. Sabda bahagia 6
“berbahgialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah
Artinya bahwa berdosa atau tidak ? cela atau tidak ?
Meskipun berdosa tetapi selalu memiliki kerinduan untuk hidup dalam kasih Allah, dan sesamamnya melihat Allah bukan dalam arti memandang secara nyata didepan mata tetapi mengalami kasih Allah. Jadi orang yang penuh tulus hatinya untuk sesama Ia akan mengalami kasih dari Allah.
7. Sabda bahagia 7
“ berbahgialah orang yang membawa damai karena mereka disebut anak Allah “
Cara membawa damai , diantaranya tanpa kekerasan, penu kasih, lemah lembut dan lain-lain. Yesus mau merubah hukum yang ada dalam tradisi Yahudi yang berbalas dendam.
8. Sabda bahagia 8
“ berbahgialah orang yang dianiaya karena kebenaran karena merekalah empunya Kerajaan Surga “
Orang yang lebih takut pada Allah dari pada kehendak Manusia artinya orang tidak pernah menyerah dengan iman yang Ia anut.
SABDA BAHAGIA
Orang miskin
berbahagia? Orang kaya celaka? Benar-benar dunia sudah terbolak-balik. Logisnya
itu ya yang kaya akan berbahagia, karena kecukupan sandang, pangan dan papan,
sedangkan orang miskin, makan saja harus mengemis, pakaian hanya yang menempel
di badan dan rumah numpang emperan orang, bagaimana bisa berbahagia?
Kata Yunani makarios memang dapat kita terjemahkan dengan "berbahagia". Tetapi sering kebahagiaan itu hanya dikaitkan dengan perasaan tenang dan tenteram semata. Maka, makarios kiranya dapat diartikan lebih luas dengan "terberkati". Orang yang terberkati pasti berbahagia sekalipun mengalami banyak masalah, bahkan menanggung beban penderitaan. Hal itu bisa terjadi karena orang mencahayai penderitaan dengan harapan di masa mendatang dan jaminan yang telah dijanjikan Yesus. Memang berkat yang dijanjikan itu baru akan terjadi di masa depan, tetapi janji itu dipandang sudah begitu pasti, sehingga si penerima dinyatakan bahagia sekarang juga. Kata Yunani makarioi bukan berarti "semoga kamu bahagia", tetapi "kamu sekarang adalah bahagia atau terberkati"
Penginjil Lukas menurunkan Yesus dari atas bukit dan menempatkan-Nya di tempat yang datar (Luk 6:17). Dengan demikian lingkungan pendengar dari pengajaran Yesus tentang sabda bahagia dan peringatan-peringatan-Nya jauh lebih luas. Tempat yang datar merujuk pada Luk 3:4-6 yang mengutip Yes 40:3-5 tentang: "Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang datang dari Tuhan." Jadi, di tempat datar itu bukan hanya bangsa Israel akan melhat keselamatan Tuhan, tetapi juga orang-orang bukan Israel. Karena tu di tempat datar itulah orang-orang mendapati Yesus, yakni "sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon" (Luk 6:17). Tirus dan Sidon tidak termasuk wilayah Israel, tetapi kota-kota pelabuhan di daerah pesisir Laut Tengah, di Fenisia kuno. Di masa Yesus, kota-kota itu termasuk wilayah Siria, yang kini dikenal dengan Libanon.
Melihat Konteks (Luk 6:20-26)
Penginjil Lukas melengkapi sabda bahagia dengan sabda celaka. Dalam ketiga sabda yang pertama, ucapan berbahagialah diikuti dengan lukisan keadaan para murid (miskin, lapar, menangis) dan diakhiri dengan alasan mengapa mereka disebut berbahagia. Kebahagiaan itu karena keadaan mereka di masa mendatang yang sudah dimulai sekarang (akan dipuaskan, akan tertawa). Sabda bahagia keempat melukiskan beban berita yang dialami para murid karena Anak Manusia, yang disusul dengan alasannya, yakni upah besar di surga. Upah itu sama seperti yang diperoleh para nabi dan akan diterima pada masa mendatang, sedangkan keempat sabda celaka berupa kebalikan dari keempat sabda bahagia itu.
Sabda bahagia dan sabda celaka mengajarkan bagaimana seharusnya para murid hidup di tengah-tengah dunia yang penuh perselisihan dan perlawanan. Sebab dalam konteks sebelumnya Yesus telah memanggil dan memilih murid-murid-Nya (Lukas 5:1-11; 6:2-16) yang disela dengan lima perlawanan dari para pemimpin masyarakat Yahudi (5:12-6:11)
Kata Yunani makarios memang dapat kita terjemahkan dengan "berbahagia". Tetapi sering kebahagiaan itu hanya dikaitkan dengan perasaan tenang dan tenteram semata. Maka, makarios kiranya dapat diartikan lebih luas dengan "terberkati". Orang yang terberkati pasti berbahagia sekalipun mengalami banyak masalah, bahkan menanggung beban penderitaan. Hal itu bisa terjadi karena orang mencahayai penderitaan dengan harapan di masa mendatang dan jaminan yang telah dijanjikan Yesus. Memang berkat yang dijanjikan itu baru akan terjadi di masa depan, tetapi janji itu dipandang sudah begitu pasti, sehingga si penerima dinyatakan bahagia sekarang juga. Kata Yunani makarioi bukan berarti "semoga kamu bahagia", tetapi "kamu sekarang adalah bahagia atau terberkati"
Penginjil Lukas menurunkan Yesus dari atas bukit dan menempatkan-Nya di tempat yang datar (Luk 6:17). Dengan demikian lingkungan pendengar dari pengajaran Yesus tentang sabda bahagia dan peringatan-peringatan-Nya jauh lebih luas. Tempat yang datar merujuk pada Luk 3:4-6 yang mengutip Yes 40:3-5 tentang: "Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang datang dari Tuhan." Jadi, di tempat datar itu bukan hanya bangsa Israel akan melhat keselamatan Tuhan, tetapi juga orang-orang bukan Israel. Karena tu di tempat datar itulah orang-orang mendapati Yesus, yakni "sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon" (Luk 6:17). Tirus dan Sidon tidak termasuk wilayah Israel, tetapi kota-kota pelabuhan di daerah pesisir Laut Tengah, di Fenisia kuno. Di masa Yesus, kota-kota itu termasuk wilayah Siria, yang kini dikenal dengan Libanon.
Melihat Konteks (Luk 6:20-26)
Penginjil Lukas melengkapi sabda bahagia dengan sabda celaka. Dalam ketiga sabda yang pertama, ucapan berbahagialah diikuti dengan lukisan keadaan para murid (miskin, lapar, menangis) dan diakhiri dengan alasan mengapa mereka disebut berbahagia. Kebahagiaan itu karena keadaan mereka di masa mendatang yang sudah dimulai sekarang (akan dipuaskan, akan tertawa). Sabda bahagia keempat melukiskan beban berita yang dialami para murid karena Anak Manusia, yang disusul dengan alasannya, yakni upah besar di surga. Upah itu sama seperti yang diperoleh para nabi dan akan diterima pada masa mendatang, sedangkan keempat sabda celaka berupa kebalikan dari keempat sabda bahagia itu.
Sabda bahagia dan sabda celaka mengajarkan bagaimana seharusnya para murid hidup di tengah-tengah dunia yang penuh perselisihan dan perlawanan. Sebab dalam konteks sebelumnya Yesus telah memanggil dan memilih murid-murid-Nya (Lukas 5:1-11; 6:2-16) yang disela dengan lima perlawanan dari para pemimpin masyarakat Yahudi (5:12-6:11)
Kalau kita melihat sabda bahagia, ini
merupakan hubungan antara Allah dengan manusia, hubungan manusia dengan
manusia.
Manusia dihadapan Allah bisa diartikan tidak ada apa-apa. Meskipun hidup kita sengsara, tidak ada orang yang membantu, namun bila kita mengandalkan Allah kita akan bahagia.
Berbahagialah kita yang miskin karena kitalah yang empunya Kerajaan Allah. Orang miskin adalah orang yang sungguh bergantung pada Allah, orang yang mengandalkan Allah pada hidupnya, orang tersebut akan berbahagia, meskipun dalam kondisi penuh keterbatasan. Meskipun hidup kita sengsara, tidak ada orang yang membantu, namun bila kita mengandalkan Allah kita akan bahagia.
"Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah”. Sabda ini kiranya bukan mengajak kita untuk miskin dalam hal harta benda, melainkan berjiwa miskin artinya menyadari kelemahan dan kerapuhannya sebagai ciptaan dan tanpa Allah tidak dapat berbuat sesuatupun. Secara konkret kita dipanggil untuk menghayati bahwa segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai serta nikmati sampai kini adalah anugerah Allah yang dicurahkan kepada kita secara melimpah ruah karena kemurahan hati-Nya. Maka dari pihak kita dituntut untuk rendah hati, lawan dari serakah dan sombong. Rendah hati merupakan keutamaan dasar kristiani yang harus kita geluti dan hayati.
“Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.”. Berjalan atau melangkah di jalan benar maupun memperjuangkan kebenaran memang ada kemungkinan dikucilkan orang lain dan hidup bagaikan berada ‘di ujung tanduk’. Maka jika anda mengalami yang demikian itu, mungkin karena bekerja di kantor atau perusahaan dimana anda satu-satunya menjadi murid Yesus atau orang katolik, hendaknya tetap bertahan. Mungkin anda senantiasa diperhatikan untuk melihat kelemahan atau kekurangan anda, maka berbahagialah bahwa anda diperhatikan banyak orang dan jadikanlah kesempatan itu untuk senantiasa berbuat yang baik dan benar, bebas dari kesalahan. Kesaksian anda merupakan cara merasul atau mewartakan kabar baik yang luar biasa.
Dari seluruh sabda bahagia, tampak semangat utamanya, yaitu biila kita selalu bergantung pada Allah, mengasihi-Nya kita akan berbahagia.
Manusia dihadapan Allah bisa diartikan tidak ada apa-apa. Meskipun hidup kita sengsara, tidak ada orang yang membantu, namun bila kita mengandalkan Allah kita akan bahagia.
Berbahagialah kita yang miskin karena kitalah yang empunya Kerajaan Allah. Orang miskin adalah orang yang sungguh bergantung pada Allah, orang yang mengandalkan Allah pada hidupnya, orang tersebut akan berbahagia, meskipun dalam kondisi penuh keterbatasan. Meskipun hidup kita sengsara, tidak ada orang yang membantu, namun bila kita mengandalkan Allah kita akan bahagia.
"Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah”. Sabda ini kiranya bukan mengajak kita untuk miskin dalam hal harta benda, melainkan berjiwa miskin artinya menyadari kelemahan dan kerapuhannya sebagai ciptaan dan tanpa Allah tidak dapat berbuat sesuatupun. Secara konkret kita dipanggil untuk menghayati bahwa segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai serta nikmati sampai kini adalah anugerah Allah yang dicurahkan kepada kita secara melimpah ruah karena kemurahan hati-Nya. Maka dari pihak kita dituntut untuk rendah hati, lawan dari serakah dan sombong. Rendah hati merupakan keutamaan dasar kristiani yang harus kita geluti dan hayati.
“Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.”. Berjalan atau melangkah di jalan benar maupun memperjuangkan kebenaran memang ada kemungkinan dikucilkan orang lain dan hidup bagaikan berada ‘di ujung tanduk’. Maka jika anda mengalami yang demikian itu, mungkin karena bekerja di kantor atau perusahaan dimana anda satu-satunya menjadi murid Yesus atau orang katolik, hendaknya tetap bertahan. Mungkin anda senantiasa diperhatikan untuk melihat kelemahan atau kekurangan anda, maka berbahagialah bahwa anda diperhatikan banyak orang dan jadikanlah kesempatan itu untuk senantiasa berbuat yang baik dan benar, bebas dari kesalahan. Kesaksian anda merupakan cara merasul atau mewartakan kabar baik yang luar biasa.
Dari seluruh sabda bahagia, tampak semangat utamanya, yaitu biila kita selalu bergantung pada Allah, mengasihi-Nya kita akan berbahagia.
RENUNGAN BAGUS
Nilai Diri Anda
Tidak Dapat Diganti Dengan Uang
atau
Apapun Yang Anda Miliki
Pernahkan Anda
memikirkan berapa nilai diri Anda yang sesungguhnya? Referensi yang paling
cepat barangkali adalah penghasilan Anda. Anda bisa mengetahui gaji setiap
bulan dari slip gaji Anda. Di sana tertera angka yang memberikan fakta
bagaimana perusahaan menghargai kontribusi Anda.
Ukuran lain yang
sering digunakan khalayak umum untuk mengukur harga diri adalah harta, jabatan,
gelar, status sosial atau popularitas. Bila Anda memiliki nomor pokok wajib
pajak dan secara rutin Anda memberikan laporan pajak Anda, banyaknya harta Anda
tertera pada laporan Anda.
Begitu juga jabatan.
Jabatan yang tertera pada kartu nama Anda bisa memberikan informasi kepada
orang lain tentang apa yang Anda kerjakan sehari-hari. Gelar bisa Anda raih.
Bila Anda mempunyai minat dan modal untuk studi di perguruan tinggi, Anda bisa
meraih gelar.
Status sosial Anda
bisa ditelururi lewat informasi tentang berapa baik Anda dikenal di masyarakat.
Begitu juga dengan
popularitas ataupun pengaruh Anda; itu bisa “diukur” lewat survey kecil atau
random atau dianalisa melalui perkataan, tulisan atau tindakan Anda.
Sekalipun penghasilan,
harta, jabatan, gelar, status sosial, popularitas, atau pengaruh bisa memberi
indikasi tentang nilai diri seseorang, ukuran ini tidaklah mutlak.
Ukuran-ukuran ini sementara sifatnya. Penghasilan ataupun harta tidaklah abadi.
Hari ini harta ada, besok bisa lenyap.
Perkataan kuno mengatakan,
“janganlah bersusah payah untuk menjadi kaya; tinggalkanlah niat seperti ini.
Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia karena ia tiba-tiba bersayap lalu
terbang ke angkasa seperti rajawali”.
Begitu juga dengan
jabatan. Hari ini Anda bisa memiliki jabatan, besok lusa jabatan Anda bisa
diisi orang lain. Tahun ini Anda mendapat gelar, lima tahun kemudian, bila Anda
tidak menekuni topic yang Anda pelajari, gelar itu sudah tidak valid lagi.
Begitu juga status sosial, popularitas, dan pengaruh—semuanya bisa berubah.
Anda mungkin belum
seberuntung orang lain. Anda telah melamar pekerjaan, tapi lamaran Anda belum
dijawab. Anda sosok yang rajin di kantor dan memiliki hati nurani yang relative
bersih, tetapi Anda belum mendapatkan penghasilan yang “baik”.
Pekerjaan Anda tidak
kelihatan begitu bonafit. Anda sudah bekerja keras, tetapi penghasilan Anda
tetap kurang untuk menutupi kebutuhan rumah tangga Anda. Anda masih mencicil
rumah atau baru bisa mengontrak rumah.
Anda tidak perlu
risau, minder atau menganggap bahwa nilai diri Anda kurang berarti sekalipun
kondisi Anda seperti salah satu yang saya sebut di atas. Penghasilan sekecil
apapun, bila didapat dengan cara yang benar, itu jauh lebih baik daripada
penghasilan besar yang didapat dengan cara tidak benar.
Penghasilan besar,
tapi dari hasil perampasan, penipuan, atau pemerasan, bukanlah penghasilan yang
perlu Anda kagumi. “lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, daripada
penghasilan banyak tanpa keadilan,” begitu kata pepatah kuno. Begitu juga harta
yang didapat dengan cara tidak benar, gelar yang dibeli, dan popularitas
semu---ini semua tidak ada artinya.
Nilai diri Anda yang
sesungguhnya tidak diukur dengan uang, harta, jabatan, status sosial, gelar
atau popularitas. Sebanyak apapun penghasilan atau harta Anda, setinggi atau
serendah apapun status sosial Anda, setinggi apapun gelar Anda, sehebat apapun
popularitas Anda----ini tidak bisa menggantikan harga diri Anda yang
sesungguhnya.
Martabat Anda yang
sesungguhnya tak ternilai. Harga diri Anda tak terhingga dan harga diri ini
tidak bisa diberikan oleh manusia atau malaikat, tetapi diberikan oleh Tuhan
Yang maha Kuasa. Ia menanamkan kekekalan dalam diri kita masing-masing.
Namun, ini tidak
berarti Anda dan saya menjadi pasif---menerima diri kita apa adanya. Masih
banyak potensi-potensi diri yang belum kita ketahui atau sadari dan yang belum
terungkap. Kita mungkin belum menemukan diri kita yang sesuangguhnya. Kita
harus menggali nilai diri yang tersimpan dalam diri kita masing-masing.
Anda dan saya
diberikan tugas untuk mengaktualisasikan potensi diri kita masing-masing. Kita
harus mengasah dan mempertajam keahlian kita. Kita harus terus mencari
identitas kita sesungguhnya.
Tentu, pencarian
identitas diri tidak berarti bahwa pada akhirnya kita akan selalu sama dengan
orang lain. Tidak ada jaminan bahwa Anda harus berpenghasilan belasan, puluhan
atau ratusan juta per bulan.
Bila Anda sudah
mengerjakan pekerjaan sesuai bakat Anda dengan sungguh-sungguh dan Anda
mengikuti etika untuk manusia dan hokum alam, Anda sudah melakukan hal yang
terbaik sekalipun penghasilan Anda kecil.
Tiap orang punya
rezekinya masing-masing; tiap orang mendapat karunia masing-masing. Kita hanya
perlu mengenal diri kita, mengaktualisasikan nilai diri kita, menemukan dan
mengasah karunia dalam diri, dan setia menggunakannya. Dengan demikian, nilai
diri yang tertanam dalam diri bisa dinyatakan dalam kehidupoan yang singkat
ini.
SUMBER:
Latihan Financial Literacy
BKCU Kalimantan
Oleh Marselus Suhardi, S. Pd
Langganan:
Postingan (Atom)