Tiem Penasihat Prabowo-Hatta
Debat
Capres putaran ke dua, secara tidak langsung membuka tabir siapa sebenarnya
pendukung dan penasehat capres dan cawapres: Prabowo – Hatta. Tiem penasehat
Prabowo – Hatta rupanya lebih berorientasi pada kelebihan dan keunggulan kubuh
mereka. Apa pun yang mereka lakukan itu
adalah yang tebaik buat pasangan mereka. Sedangkan ide atau gagasan yang datang
bukan dari golongan mereka dianggap tidak baik dan harus ditolak. Meskipun Tiem
penasihat Prabowo- Hatta melihat dan mengakui bahwa ide atau gagasan itu sangat
cemerlang, tetapi karena gagasan itu datang dari luar maka mereka harus
berpura-pura mengatakan itu tidak baik dan harus ditolak.
Ada
pemandangan menarik terjadi saat debat calon presiden dan wakil presiden di
Hotel Gran Melia. Di tengah-tengah debat, Prabowo memberikan selamat kepada Jokowi. Prabowo mengatakan, “Tiem
penasehatnya meminta dan menyarankannya agar tidak menerima ide, saran, dan
argumen apapun dari Jokowi”. Prabowo tidak mengindahkan saran tim penasehatnya
dan lebih memilih menyetujui program Joko Widodo di bidang ekonomi kreatif. Ia
mengaku tidak bisa menolak program yang diwacanakan Jokowi. Sebab, kata Prabowo,
ide yang dimunculkan Jokowi sangat baik.
Andaikan Prabowo – Hatta terpilih menjadi
presiden dan wakil persiden tugas pertama mereka adalah: Memberikan pencerahan
budi dan hati kepada Tiem penasihatnya, agar mereka tidak fanatik dalam
kesempitan dan kekosongan diri. Kedua: Prabowo – Hatta harus cermat dan bertindak
tegas kepada para loyalisnya, yang rata-rata adalah para “penjilat” yang ingin
menyembunyikan kejahatan dan motifasi pribadi di balik kekuasaan. Ketiga:
Prabowo-Hatta harus siap mulai dari sekarang, karena para pendukung, pengusung
(koalisi), loyalis bisa saja “mengangkat tumit” dan menjadi musuh bebuyutan
bagi Prabowo-Hatta sendiri.