Minggu, 29 Mei 2016

Modul III

BAHAN  III
Pendidikan Nilai-nilai Kristiani kepada Anak adalah
Wujud Nyata atas Penghayatan Kerahiman Ilahi

Pengantar
Di bahan II kita sudah dibantu untuk memahami kasih sayang orang tua sebagai dasar tergantikan dalam pendidikan anak, yang diungkapkan dalam berbagai macam cara berkomunikasi antara orang tua dan anak. Pendampingan dan pendidikan anak atas dasar kasih adalah salah satu konkrit penghayatan orang tua atas rahmat Kerahiman Ilahi.
Bahan III ini memperdalam refleksi orang tua atas cara pendidikan mereka bagi anak. Tekanan pada pentingnya Pendidikan Nilai Kristiani bagi Anak. Di sini akan digali tugas mulia orang tua terhadap anak-anak tidak hanya sebatas melahirkan; menjamin makan, tempat tinggal dan pakaian, tetapi juga menjamin pendidikan kristiani yang baik untuk anak-anak.  Pendidikan kristiani harus terjadi secara formal/di sekolah dan non-formal/di rumah. Terutama pendidikan nilai-nilai kristiani di rumah harus diutamakan oleh orang tua. Alasannya sebagian besar waktu hidup anak terjadi di tengah keluarga. Keluarga itu sekolah seminari bagi anak-anak. Artinya, keluarga menjadi tempat penyemaian nilai-nilai katolisitas (yaitu: Menghormati martabat manusia, menghargai daya cipta manusia, kesamaan martabat setiap orang di hadapan Allah dan perhatian untuk kepentingan bersama, kemerdekaan, kesamaan dan persaudaraan).
Di keluarga orang tua adalah pendamping dan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya (bdk. Kon. Vat II, tentang Pendidikan Kristen, No. 3). Kehadiran dan peran guru di sekolah, fasilitator BIAR, katekis atau pihak mana pun harus dilihat sebagai bantuan bagi orang tua dalam menjalankan perannya tadi. Peran orang lain tidak boleh dimutlakkan dan menggantikan peran orang tua.

            (hening sejenak……………………)

F: Bapak-ibu dan saudara-saudari yang dikasih Yesus. Mari kita mulai pertemuan ketiga kita ini, dengan bernyanyi dari PS No……

F: Mari, kita berdiri dan memberikan penghormatan kepada Kristus, Sang Sabda yang hadir di tengah-tengah kita. (semua anggota KBG memberikan hormat dengan menundukan kepala).

Langkah-langkah Sharing Injil
1.    Doa Mengundang Tuhan
F      Saya persilahkan salah seorang dari kita membuka pertemuan ini dengan doa mengundang Tuhan.
2.        Code
F:     Baca dan perhatikan pernyataan berikut ini dengan teliti. Kita diberi waktu 5 menit untuk membaca dan merenungkan.

Ada banyak orang tua yang mengeluhkan tentang anak-anaknya atau anak jaman sekarang yang dirasa semakain sulit diatur. Di sekolah para guru juga mengeluh tentang anak didik yang jauh berbeda dari jaman  mereka dahulu. Bahkan tidak ketinggalan para Pastur di paroki pun mengeluhkan tentang anak-anak sekarang yang sukanya hanya hura-hura, bersikap manja dan tidak kreatif seperti jaman dulu Pastur masih muda.
Ada apa sebenarnya, sehingga perilaku anak-anak sering dihubungkan dengan kenakalan dan tindakan menyimpang (nyleneh)? Banyak para orang tua, guru dan Pastur mengeluh dan berdiskusi banyak tentang hal itu, tetapi mungkin tidak cukup waktu berbicara dari hati ke hati dengan anak-anak.
Suatu ketika saat hari masih pagi, sepasang suami-istri membawa anaknya yang masih remaja ke paroki. Tujuannya untuk mengadukan ke pastur tentang kenakalan anaknya, dan orang tua merasa sudah tidak sanggup menanganinya. Kedua orang tua itu berpikir, kalau bertemu pastur pastilah si anak akan takut lalu berubah.  Tetapi di luar dugaan, setelah mendengar litani kenakalan si anak dari orang tua, pastur bukannya memberi nasihat kepada si anak tetapi malahan mengajak jalan-jalan berdua lalu membawanya ke warung mian. Di warung itu pastur dan si anak tadi tertawa lepas sambil dengan lahap makan mian. Setelah kenyang pastur barulah mengajak cerita dan bertanya satu – dua hal tentang pengaduan dan tuduhan dari orang tua di pastoran tadi. Si anak menjawab dengan jujur beberapa prilaku nakalnya dan bahkan dengan alasan jelas. Misalnya: ia hutang makan mian ke tetangga karena lapar, ia memaksa orang tua membelikan HP yang bagus karena pengen melihat group band kesukaannya di internet, ia kadang berkelahi dengan teman di sekolah karena tidak suka diganggu. Dan pada akhir cerita berdua itu pastur sangat terkejut, ternyata si anak ini walaupun dianggap orang tua nakal sudah kelewatan, setiap hari dialah yang rajin mencuci piring di rumah; dia juga yang hampir setiap sore merebus air dan kadang menyapu halaman. Hal yang sama ternyata juga diakui oleh orang tua, ketika pastur dan si anak sudah kembali ke paroki dan bertanya tentang kebenaran cerita si anak itu.  

Pertanyaan Pendalaman
·      Apakah para orang tua pernah mengalami persitiwa ini? Dalam bentuk apa orang tua mengalaminya?
·      Bagaimana biasanya orang tua berbicara dengan anak yang dinilai nakal?
·      Apa biasanya jalan keluar dari orang tua menghadapi kenakaln anak?

(fasilitator memberikan kesempatan untuk peserta mensharingkan pengalaman mereka)

Penegasan:
·        Ada banyak sebab yang mempengaruhi perilaku anak-anak. Di antaranya: Keteladanan orang tua (apa saja yang sehari-hari dilihat dan dialami langsung dari orang tua mereka); situasi relasi kedua orang tua (kasih sayang, harmonis atau sebaliknya tidak saling omong, saling menuduh dan menjelakkan dengan bicara kasar, atau berpisah); lingkungan pergaulan tempat si anak bertumbuh; lingkungan pendidikan dan sarana hiburan dalam keseharian.  Ada hal-hal yang bisa membentuk anak berperilaku lembut dan baik, tetapi ada juga yang memberi pengaruh buruk (membuat anak tertutup, apatis dan keras kepala). Kebanyakan orang tua kurang memperhatikan hal ini dan cenderung hanya mengeluh.
·        Perhatian, kasih sayang dan komunikasi yang dipenuhi suasana kasih adalah keharusan dan tidak bisa disepelekan. Itulah pintu masuk bagi orang tua ke dalam diri anak, dan mengenalnya lebih mendalam. Sangat buruk jika setiap hari (baik di rumah, di sekolah, di gereja atau juga di tempat pergaulan) anak hanya mendengar terus-menerus kata yang sama, “NAKAL” !


3.    Membaca Kitab Suci
F   Bapak-ibu, saudara-saudari yang terkasih,
Mari kita membuka teks Kitab Suci, dari Ulangan 11: 18-21,  (diulangi lagi sampai semua anggota KBG menemukan teks Kitab Suci yang sama).

Saya persilahkan salah seorang dari kita membaca teks tadi dengan suara yang lantang dan perlahan-lahan.
      
Adakah di antara kita disini, yang membawa Kitab Suci dari versi lain? Saya persilahkan membaca teks yang sama dari Kitab Ulangan, dengan suara yang lantang dan perlahan-lahan.

Pertanyaan Pendalaman Kitab Suci
·      Apa yang menarik bagi Anda dari teks Kitab Ulangan 11:18-21?
·      Apa ada hal baik yang disebut dalam Kitab Ulangan tadi sudah Anda lakukan di tengah keluarga ?
·      Tindakan nyata apa yang akan Anda lakukan berkaitan dengan pesan dalam bahan III ini?

Penegasan:
·      Dalam sejarah Bangsa Israel kuno, orang tua (ayah) berperan sangat penting bukan hanya menyangkut statusnya sebagai kepala keluarga, tetapi berperan sebagai pengajar tentang  jalan dan Sabda Tuhan. Ayah harus mewariskan iman yang benar menurut tradisi turun-temurun, demi pertumbuhan hidup keagamaan. Pewarisan iman adalah symbol identitas mendasar terpenting bagi Bangsa Israel. Kitab Ulangan menegaskan anak-anak didewasakan dalam ajaran dan nasehat Tuhan, dan itu merupakan tanggung jawab utama orang tua. Ditegaskan juga dalam Kitab Amsal, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu (Amsal 22: 6)”.

·      Paus Yohanes Paulus II pernah berkata, “Hak orang tua dalam mendidik anak bersifat hakiki”. Bersifat hakiki artinya tidak tergantikan oleh siapapun, dikarenakan hubungan cinta kasih yang istimewa antara orang tua dan anak. Orang tua bisa memulainya dengan hal-hal sederhana, misalnya keramahan, ketabahan, kebaikan hati, pengabdian, sikap tanpa pamrih dan pengorbanan diri yang merupakan buah cinta kasih yang paling berharga.

·      Peran orang tua sebagai pendidik berakar dari panggilan sebagai suami istri. Sakramen perkawinan mengandaikan kesediaan dan tanggung jawab suami-istri untuk menerima kelahiran anak-anak dengan penuh cinta. Orang tua mempunyai tugas penting untuk menjamin anak-anak sungguh dapat bertumbuh, berkembang dan hidup sebagai manusia yang utuh (bdk. Gravisimum Educationis, No. 3).

·      Keluarga adalah tempat pertama untuk anak-anak belajar hidup bersama dengan orang lain, dan belajar mengenal nilai-nilai sosial. Orang tua adalah contoh dan ukuran bagi anak-anak untuk belajar dan mempraktekkan hal-hal tersebut, termasuk di antaranya tentang iman.

4.        Aksi Nyata Kita
Ø   Aksi Nyata di dalam KBG:
a.    Aksi nyata apa yang mau kita lakukan bersama ketika kita menghadapi berbagai persoalan dalam mendidik anak-anak?
b.    Aksi nyata apa yang mau dijalankan bersama untuk anak-anak dan orang tua dalam KBG ini?

Ø   Aksi Nyata untuk Tahun Yubileum Kerahiman Ilahi:
a.    KBG mengutus anak remajanya untuk ikut terlibat aktif dalam pertemuan pedalaman iman  selama Yubileum Kerahiman Ilahi 2016.
b.    Doa bersama dalam KBG – doa Koronka.
c.    Mengikuti Sakramen Tobat sebelum misa (malam minggu atau Minggu pagi atau minggu sore)
d.    Akan diadakan jambore Remaja Yubileum Kerahiman Ilahi di Belinyu (apa kontribusi orang tua di KBG untuk acara ini)

5.      Kita berdoa spontan
F   Bapak-ibu, saudara-saudari yang terkasih. Mari kita ungkapkan doa-doa spontan kita yang keluar dari hati kita.
     (doa-doa diteguhkan dengan bersama mendoakan Bapa Kami).
-       KBG bersama doa Koronka
-       KBG bersama doa Yubelium Kerahiman Ilahi.
     Ditutup dengan bernyanyi bersama dari PS….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar