Minggu, 29 Mei 2016

Resolusi

PAROKI PUSAT MISI:
Bangkit dan Bergerak, Kreatif Bermisi dan Berbuah Limpah
(Hasil Resolusi Pertemuan KKM-KWI - Muntilan)


PENGANTAR
Dalam rapat pleno Komisi Karya Misioner Konferensi Waligereja Indonesia (KKM KWI) di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan (PPSM) pada tanggal 11-15 April 2016,  kami, para ketua KKM Keuskupan se- Indonesia dan pengurus KKM KWI, berupaya memantapkan kesadaran dan tanggungjawab missioner kami. Dengan dilatari oleh citarasa kekatolikan dan kultur Jawa dan lewat studi dan refleksi bersama, kami  mendapatkan pencerahan baru yang memberdayakan kami. Adalah suka cita kami bahwa Roh Kudus, yang tetap membimbing Gereja dalam perziarahan misionernya (Redemptoris Missi, 21), telah mendampingi kami selama hari-hari yang berahmat ini guna menemukan cara-cara yang kreatif dalam bermisi, semoga karya baik ini, dapat berbuah limpah.

PERAYAAN IMAN
Kami percaya bahwa tugas dan tanggungjawab missioner ini merupakan panggilan dan rahmat yang dipercayakan oleh Allah lewat Yesus Kristus dalam kuasa Roh Kudus kepada kami masing-masing. Partisipasi pada Missio Dei ini  tentu saja harus kami laksanakan dengan penuh tanggungjawab, suka cita dan rendah hati. Mengutip kata-kata Paus Fransiskus, kami hanyalah “murid-murid yang diutus” (Evangelii Gaudium, 40, 120), yang harus selalu siap belajar dan rela mendengarkan disamping mengajar dan mewartakan Kerajaan Allah dengan penuh atusiasme. Dalam setiap perayaan Ekaristi dan doa bersama, kami selalu diingtkan kembali bahwa pengalaman kedekatan dengan Kristus, Sang Guru – seperti pengalaman murid-murid perdana (Yoh 1 : 39) – merupakan dimensi konstitutif bagi misi ad extra.

GEREJA, KOMUNITAS MISIONER
Kami diingatkan kembali bahwa Gereja adalah komunitas misioner  yang dipanggil untuk mewartakan Kristus dan memajukan Kerajaan Allah. Gereja ada untuk suatu tugas bagi dunia semesta. Ia tidak membawa dan mewartakan dirinya sendiri, seperti kebanyakan lembaga- lembaga social masyarakat yang ada. Kapanpun dan di manapun,Gereja dipanggil untuk menghadirkan diri di tengah masyarakat sedemikian rupa sehingga dia, yang adalah ‘garam dan terang dunia’ (Mat 5:13-16), sungguh-sungguh terlibat dalam perkar-perkara masyarakat di masyarakat di sekitarnya – dalam kegembiraan dan harapan , dalm duka dan kecemasan mereka (Gaudieum et Spes, 1).
Kami mengetahui bahwa Gereja Kristus terealisasi secara nyata dalam komunitas-komunitas beriman di wilayah territorial dalam suatu keuskupan, yang disebut paroki dengan seorang pastor yang ditunjuk oleh Uskup (Kitab Hukum Kanonik no.515 #1;bdk.Katekismus Gereja Katolik no. 2179). Paus Fransisku mengingatkan bahwa “paroki bukanlah lembaga yang usang, justru karena memiliki daya lentur yang tinggi , dapat menerima berbagai bentuk yang tergantung pada keterbukaan dan kreativitas perutusan dari pastor dan komunitas” (Evangelii Gaudium, 28).
Disamping itu, karena Gereja pada hakikatnya missioner (Ad Gentes, 2) dan merupakan sakramen universal keselamatan (Ad Gentes, 1; Lumen Gentium, 1), tentu saja setiap paroki hidup dengan roh yang sama itu,yakni roh missioner. “Dalam setiap aktivitasnya,” demikian Paus Fransiskus menyitir Seruan Apostolik Christifideles Laici no. 26, “paroki mendorong dan melatih para anggotanya untuk menjadi para pewarta Injil”  (Evangelii Gaudium, 28), sehingga kegiatan apapun termasuk dialog sungguh menjadi sarana  pewarta iman . Oleh karena itu kami yakin bahwa setiap paroki sejatinya merupakan pusat misi kristiani . Dalam pegubunyan kristiani di setiap paroki dan dalam perayaan-perayaan Ekaristi bersama – yang merupakan pusat dan puncak hidup kristiani – umat beriman mengalami perjumpaan dengan Juruselamatnya dan mendapatkan perutusan.

PENGALAMAN MISIONER KONKRET
Hati kami dikobarkan oleh berbagai presentasi animatif missioner dari berbagai kelompok umat dari Keuskupan Agung Semarang. Kami belajar memahami bagaimana umat katolik setempat menghayati dan merayakan iman mereka dalam ungkapan-ungkapan cultural setempat. Slawatan Katolik, Festival Kebudayaan Tradisional, Jejak Langkah Misioner, Teater wayang Sayur, Jejak Misi Java, dan Pentas Seni Dengan Dialog Budaya dan Lintas Iman menggugah kami untuk mencari  dan menemukan peluang-peluang atau terobosan missioner dalam wilayah pelayanan kami masing-masing. Dengan pola missioner yang sama kami juga ditantang untuk mencari dan bisa menemukan  jati diri kami sebagai  orang beriman kristiani lewat tradisi dan kekayaan  kearifan leluhur. Semua sharing pengalaman dan penghayatan iman dalam kekayaan kearifan budaya setempat (Jawa) ini meneguhkan semangat kami untuk terus bekerjasama dengan semua pihak guna menemukan cara-cara menghayati dan merayakan iman secara otentik dan membumi. Tidak kita pungkiri bahwa Gereja hadir juga di dalam masyarakat modern dengan segala pengaruh kemajuan teknologinya. Gereja dipanggil untuk dapat menghadirkan diri dan menampilkan wajah kristus.
Beriman secara otentik dan membumi ini telah telah terbukti membawa dampak social yang luas, yakni masyarakat plural yang lebih rukun, lingkungan alam yang lebih asri, generasi muda yang kreatif dan percaya diri, dan sebagainya. Dari sini kami semakin yakin pula bahwa nilai-nilai religious-kultural yang sangat kaya dari tradisi leluhur ini merupakan media yang baik untuk mengungkapkan iman katolik yang satu dan universal.
Begitu pula kami yakin bahwa keluarga, sebagai unsure dasar peguyuban umat paroki,merupakan wadah yang penting untuk pendidikan iman kristiani dan penanaman nilai-nilai missioner. Sharing pengalaman mengenai ‘keluarga misioner’ dalam rapat pleno ini meneguhkan keterlibatan kami dalam reksa pastoral keluarga. Tentu saja pelayanan ini bukan hanya demi kebaikan keluarga-keluarga itu sendiri, melainkan juga demi pemberdayaan mereka bagi tugas-tugas misionernya di tengah masyarakat luas.

PAROKI PUSAT MISI
Kami percaya bahwa setiap paroki sejatinya bukanlah komunitas beriman yang ekslusif dan hanya sibuk dengan kepentingannya sendiri. Seperti kata Paus Fransiskus, “Paroki adalah kehadiran Gereja dalam wilayah tertentu, suantu lingkungan untuk mendengarkan sabda Allah, untuk bertumbuh dalam hidup Kristiani, untuk dialog, pewartaan, tindakan karitatif berjangkauan luas, ibadat dan perayaan ‘(Evangelii Gaudium,28). Dalam gerakan yang sistematis dan terstruktur berkelanjutan ini, paroki bertumbuh sebagai komunitas kristiani lokal dan menjadi tempat untuk melatih umat beriman bermisi secara kreatif. Pembangunan Paguyuban ad intra dan keterlibatan aktif ad extra di tengah masyarakat merupakan dua aktivitas yang saling mendukung dam menyuburkan. Hal ini telah diungkapkap dalam kisah Gereja Perdana, yang bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam persekutuan, yang selalu berkumpul untuk perayaan ekaristi dan berdoa.

Kriteria Paroki Pusat Misi
Dalam studi dan refleksi bersama ini kami juga berupaya untuk menemukan dan menyusun kriteria yang mencirikan paroki pusat misi. Kami mencoba merinci kriteria yang dimaksudkan itu, baik aspek internal (ad intra) maupun askep ad extra-nya.

Kriteria ad intra meliputi:
1) Kerjasama Pastor dan seluruh umat sedemikian rupa sehingga terwujud paguyuban yang mandiri dan peduli akan masyarakat luas;
2)  Perhatian dan kebijakan yang memadai dalam hal perkembangan pewartaan iman (Kerygama, Martyria, Diakonia);
3) Semua komponen bekerja dengan baik dan dengan manajemen pastoral yang jelas;
4)  Keberhasilan mencetak rasul-rasul awam yang tangguh;
5) Adanya sarana dan prasarana pastoral - missioner dengan modul-modul pelatihan lengkap dengan tim penggeraknya.

Kriteria ad extra meliputi:
6) Ekistensi dan kontribusi paroki diakui dan dihargai oleh masyarakat luas;
7) Pengaruh positif Gereja pada masyarakat dan umat beragama lain;
8) Keterbukaaan untuk belajar dan sikap responsif terhadap tanda-tanda zaman;
9) Sikap inovatif, kreatif, dan akomodatif terhadap nilai- nilai luhur dari budaya setempat;
10) Terbangunnya jejaring yang luas dan perhatian pada kesejahteraan bersama (bonum commune, Kerajaan Allah).
Semua kriteria ini bersumber pada ajaran dan teladan Yesus krisrtus sendiri,seperti yang dihayati oleh komunitas-komunitas kristiani perdana (Kis 2:41-47;   4:32-37). Kami menyadari bahwa kualitas dan dinamika hidup menggereja umat beriman akan ditentukan oleh spiritualitas missioner pastor(-pastor)nya. Kami percaya bahwa, dengan mimbingan dan tuntunan gembala-gembalannya yang bersemangat misioner,pastilah terwujud persekutuan kristiani yang teguh dalam iman,yang hidup rukun antara sesama saudara seiman dalam paroki,yang terbuka untuk berdialog dengan umat beriman lain,dan menjadi saksi nilai-nilai kristiani dalam hidup bermasyarakat

PENUTUP
Dengan penuh harapan dan iman yang teguh kami menyerahhkan dan mempercayakan pelaksanaan semua rencana dan tugas ini kepada mimbingan Roh Kudus, pelaku utama karya misi evangelisasi. Kiranya Roh Kuduslah yang akan membimbing kami dalam merealisasikan semuanya ini dalam kesatuan Gerak missioner keuskupan. Di sini kami teringat kembali akan Bapa suci Paus Fransiskus yang memberikan nasihat demikian:
“Percaya bahwa Roh Kudus berkarya pada setiap orang berarti menyadari bahwa ia berusaha meresapi setiap situasi manusiawi dan semua ikatan sosial: ‘Roh Kudus dapat dikatakan memiliki kreativitas tak terbatas, tepat untuk pikiran ilahi, yang tahu bagaimana melonggarkan simpul-simpul permasalahan manusia, bahkan yang paling rumit dan sulit dipahami.’’’ (Evangelii Gaudium, 178). Semoga nama Tuhan senantiasa dimuliakan!



Modul IV

BAHAN IV
Penanaman Iman Katolik Kepada Anak-anak
sebagai Wujud Penghayatan Kerahiman Ilahi



Pengantar
Selain berbagai hal yang telah didalami pada pertemuan sebelumnya, nilai penting lain yang penting untuk ditanamkan dalam diri anak-anak adalah Iman Katolik. Orang tua dengan keyakinan iman yang mantap mau mewariskannya kepada anak-anaknya. Oleh karena itu, Gereja sangat menganjurkan agar orang tua sejak usia dini sudah memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak dengan menanamkan keutamaan-keutamaan religius kepada mereka. Anak-anak mulai dibiasakan untuk tertarik dan mencintai Tuhannya, rasa sayang kepada makluk ciptaan, dan membiasakan setia berdoa dan  Misa Kudus. 

            (Hening sejenak ………………..)

F: Bapak-ibu, saudara-saudari yang dikasih Yesus. Mari, kita mulai pertemuan keempat kita bulan ini. Kita buka pertemuan kita ini dengan menyanyikan sebuah lagu, (diharapkan lagu yang dipilih itu dapat diketahui oleh semua anggota KBG).   PS No. : ....................

F: Mari, kita berdiri dan memberikan penghormatan kepada Kristus, Sang Sabda yang hadir di tengah-tengah kita. (semua anggota KBG memberikan hormat dengan menundukan kepala).

Langkah-langkah Sahring Injil
1.        Doa Mengundang Tuhan
F      Saya persilahkan salah seorang dari kita membuka pertemuan ini dengan doa mengundang Tuhan.

2.        Code
Tak kenal maka tak sayang
Perkenalkan nama saya Melly Puspita, biasa dipanggil Melly. Saya anak kedua dari tiga bersaudara. Saya dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga Katolik, namun saya baru menjadi Katolik ketika kelas IX. Itupun karena saya berkeinginan belajar sendiri. Orang tua tidak membaptiskan saya menjadi katolik waktu bayi, karena menurut orang tua saya masih kecil dan tidak bisa mempertanggungjawabkan iman katolik. Alasan kedua adalah beragama itu sebuah pilihan bebas, maka saya dibiarkan dewasa untuk memilih salah  satu agama atau keyakinan yang ada. Sejak bayi sampai  kelas IX  ini saya tidak mempunyai satu keyakinan yang tetap, saya selalu ikut-ikutan teman kadang ke Masjid, Gereja, dan Wihara. Waktu kelas VIII saya memilih menjadi Katolik, karena saya sekolah di sekolah katolik dan diwajibkan untuk memilih salah satu agama untuk mencantumkan identitas dalam KTP, buku Rapor dan Ijasa.

Sebelum menjadi katolik saya mengikuti masa katekumenat hampir setahun. Setiap minggu saya menghadiri pendalaman iman katolik. Pelajaran yang diberikan  adalah menghafal doa-doa, tata gerak liturgis, sakramen, nyanyi dan tari-tarian. Semua pembinaan ini saya ikuti sampai saya dibaptis waktu malam Paskah tahun 2004.  Karena saya baptis dewasa maka saya terima tiga sakramen sekaligus, yakni Babtis, Ekaristi dan Krisma. Setelah dibabtis saya merasa lega karena saya merasa tidak wajib lagi mengikuti pembinaan iman, yang kadang melelahkan dan membosankan itu.

Setelah perstiwa pembabtisan itu, saya sendirian terus berusaha aktif ke gereja, sesekalii bersama orang tua. Saya ingin mengikuti kegiatan Areka, OMK, Legio Maria dan koor tetapi tidak ada yang mengarahkan. Orang tua saya sendiri mengatakan untuk apa mengikuti hal-hal seperti itu hanya menghabiskan banyak waktu, lebih baik kamu menggunakan waktu untuk bimbel, kursus musik, dan bahasa inggris. Saya menuruti saran orang tua. Meskipun kami keluarga katolik, orang tua tidak pernah mengajarkan iman katolik kepada saya. Apa bila saya bertanya tentang iman katolik kepada orang tua, mereka selalu menjawab belajar sendiri atau cari sendiri di internet. Kebiaasaan keluarga katolik, seperti doa bersama, Misa bersama di gereja, dan sharing Injil di KBG sangat jarang saya jumpai dalam keluarga saya. Kedua orang tua saya sibuk dengan bisnis, mereka hanya peduli pada prestasi akademik saya tetapi tidak pada iman katolik saya.

Saya sekarang sudah hidup terpisah dengan orang tua, saya tinggal di kota lain untuk melanjutkan sekolah. Akhir-akhir ini saya mengalami kebinggungan dan saya merasa hampa dengan iman katolik. Banyak orang bertanya kepada saya tentang iman saya ini dan saya tidak mampu menjawabnya. Kecuali itu saya juga merasakan  iman katolik ini tidak begitu menarik dan sangat monoton. Banyak simbol dan ritus dalam agama katolik sangat sulit saya pahami, apa lagi doktrin-doktrinnya.  Sekarang saya menyesal mengapa dahulu saya begitu muda memutuskan menjadi katolik, pada hal sekarang ada agama atau gerakan pembaharu  dari protestan yang luar biasa mengugah hati. Akhirnya dalam kebinggungan, saya memutuskan untuk meninggalkan iman katolik, dan saya telah mengiktui gerakan pembaharu protestan.

Pertanyaan Pendalaman kasus
1.    Peristiwa apa yang dialami oleh Melly Puspita dalam Kisah ini?
2.    Sebutkan masalah-masalah yang dialami Melly Puspita!
3.    Anda sebagai orang tua, bagaimana menilai masalah Melly Puspita?
4.    Apakah kisah ini masih cocok  direfleksikan untuk saat ini ?
5.    Apa pesan dari kisah Melly Puspita ini bagi kita sebagai orang tua?


Penegasan
Ø Kisah Melly Puspita menunjukkan suatu kenyataan bahwa tidak cukup mengenal (sekalipun itu sesuatu yang baik) membuat seseorang tidak menyayanginya (tidak menerima). Keputusan Melly meninggalkan iman katolik dikarenakan belum cukup memahaminya dengan baik. Tidak hanya dalam kasus Melly, tetapi ada sejumlah orang katolik memutuskan hal yang sama, juga gara-gara secara pribadi merasa tidak paham dan tertekan dengan persoalan pribadi yang dirasa cukup berat. Bisa jadi motivasi beriman katolik tidak cukup dibantu untuk berkembang, oleh mereka yang lebih dahulu beriman katolik. 

Ø Anggapan orang tua katolik, bahwa beriman itu urusan pribadi lalu tidak ada usaha untuk mendidik iman anak adalah pengingkaran atas janji perkawinan di hadapan Allah dan Gereja. Dengan bersikap seperti itu orang tua menipu dirinya sendiri, tidak peduli dengan hakikat dan tujuan hidup perkawinan katolik. Orang tua yang membiarkan anak-anaknya memilih sendiri imannya adalah kesalahan dan kegagalan besar.

3.    Membaca Kitab Suci
F   Bapak-ibu, saudara-saudari yang terkasih,
Mari kita membuka teks Kitab Suci, dari Injil Lukas 2: 41-52,  (diulangi lagi sampai semua anggota KBG menemukan teks Kitab Suci yang sama).

Saya persilahkan salah seorang dari kita membaca teks tadi dengan suara yang lantang dan perlahan-lahan.
      
Adakah diantara kita yang membawa Kitab Suci dari versi lain? Saya persilahkan membaca teks yang sama dari Injil Lukas, dengan suara yang lantang dan perlahan-lahan.

Pertanyaan Pendalaman Kitab Suci
1.        Apa yang dilakukan oleh Yesus di Bait Allah ketika Dia berumur 12 tahun?
2.        Apa pesan dari bacaan tadi bagi anda sebagai orang tua?
3.         Langkah-langkah konkret apa yang akan anda buat untuk anak Anda berhubungan tema ini?
4.         Siapa yang harus bertanggungjawab dengan anak-anak katolik yang berasal dari keluarga yang bukan katolik, khususnya di KBG kita ini?

Penegasan
Ø Maria dan Yusuf turut memberikan kontribusi besar terhadap petumbuhan, perkembangan dan pemahaman pengetahuan iman dalam diri Yesus. Selama usia 0 -12 itu Yesus selalu bersama-sama dengan orang tua-Nya, kebiasaan yang ada dalam keluarga diikuti oleh Yesus dengan baik, seperti pergi bersama orang tuan-Nya merayakan Paska di Yerusalem. Itulah cara sederhana pendidikan dari Maria dan Yusuf untuk iman Yesus.

Ø Hukum Gereja (KHK kanon 867 § 1) mewajibkan orang tua agar mengusahakan pembaptisan anak-anaknya dalam minggu-minggu pertama sejak kelahirannya.  Ini berarti tugas mewariskan iman  dan nilai-nilai kekatolikan adalah tugas utama yang harus dilaksanakan oleh orang tua, tanpa harus menunda-nunda. Sehingga anak-anak dalam usia dini berada dalam rengkuhan iman sama seperti orang tuannya.
               
Ø Penanaman iman dan nilai-nilai kekatolikan dari sejak usia dini bertujuan agar anak-anak tidak hanya sekadar menjadi orang yang punya identitas agama katolik (katolik KTP), tetapi menjadi orang beriman. Orang yang hidup dan perbuatannya sungguh dijiwai oleh iman katoliknya.

Ø Menjadi orang beriman katolik berarti tidak pernah berhenti belajar untuk mendengar dan pelan-pelan memahami tiga sumber ajaran iman: Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium (kuasa mengajar) Gereja. Dengan demikian kita tidak mudah diombang-ambingkan oleh pengajaran-pengajaran lain, yang mungkin bertentangan dengan iman Katolik. Tugas orang katolik bukanlah menghafal isi Kitab Suci, atau ajaran gereja, tetapi menghidupinya.

TAMBAHAN
Tiga sumber ajaran iman  Katolik adalah:
Kitab Suci
-          Kitab Suci disebut juga Alkitab. Istilah “Kitab Suci” lebih akrab di hati umat Katolik. Karena Allah dan Sabda-Nya adalah suci, maka kitab (buku) yang memuat sabda-Nya disebut Kitab Suci. Sedangkan “Alkitab”, berasal dari bahasa Arab yang artinya sang kitab, lebih akrab di hati umat Protestan. Kitab Suci merupakan kumpulan buku yang ditulis oleh penulis manusia dengan ilham dari Allah. Buku-buku tersebut berisi tulisan tentang wahyu Tuhan dan rencana keselamatan umat manusia.
-          Kitab Suci merupakan kumpulan buku-buku, berjumlah 73 buah (Perjanjian Lama 46 buah, Perjanjian Baru 27 buah), yang ditulis oleh penulis manusia dengan ilham Roh Kudus.

Tradisi Suci
-          Trsadisi Suci atau Tradisi Apostolik, yaitu tradisi yang diperoleh dari para rasul, yang diperintahkan oleh Yesus Kristus untuk mewartakan semua perinta-Nya (bdk. Mat 28: 19-20).
-          Tradisi Suci adalah iman Gereja terhadap Wahyu Allah
-          Para rasul mewartakan Injil dengan dua cara, yaitu lisan dan terulis, dan yang lisan ini disebut Tradisi Suci.
-          Contoh yang dimaksud dengan Tradisi Suci adalah:
a.       Doktrin-doktrin yang diajarkan Gereja Katolik melalui konsili-konsili.
b.      Doktrin/ ajaran yang diajarkan oleh Bapa  Paus, selaku penerus Rasul Petrus, dan juga diajarkan oleh para uskup dalam kesatuannya dengan bapa Paus.
c.       Tulisan pengajaran dari para Bapa Gereja dan para orang kudus (santo/santa).
d.      Katekismus Gereja Katolik (KGK).
e.      Liturgi dan Sakramen-sakramen.
Magisterum
-          Magisterium adalah wewenang mengajar Gereja, terdiri dari  Bapa Paus (sebagai pengganti Rasul Petrus) dan para uskup (sebagai pengganti para rasul).
-          Tugas dan wewenang magisterium:
a.    menafsirkan secara otentik Sabda Allah, yang kewibawaanya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus.
b.   Menjaga dan memelihara keutuhan Gereja dalam kemurnian iman yang diwariskan oleh para rasul.
c.    Mewartakan Injil dan tradisi gereja kepada semua orang.

Hubungan Tradisi,  Kitab Suci dan Magisterium
http://i.ytimg.com/vi/9LU3jd1We6I/hqdefault.jpgKitab Suci harus ditafsirkan dalam konteks dan dalam kesatuan dengan Tradisi. Sulit membayangkan penafsiran Kitab Suci lepas dari Tradisi, sebab sebelum Kitab Suci ditulis, Sabda Allah itu sudah lebih dahulu dihayati dalam Tradisi. Sebaliknya, karena penulisan Alkitab itu ada di bawah pengaruh Roh Kudus sendiri, maka Tradisi yang dihayati Gereja di segala jaman itu harus dikontrol dalam terang Kitab Suci. Kemudian kuasa/wewenang untuk menafsirkan secara otentik akan Kitab Suci dan Tardisi adalah Magisterium Gereja.

4.      Aksi Nyata Kita
Ø   Aksi Nyata di dalam KBG:
a.      Aksi nyata apa yang akan dilakukan untuk anak-anak katolik yang tidak berasal dari keluarga yang bukan katolik atau tidak katolik penuh?

Ø   Aksi Nyata untuk Tahun Yubileum Kerahiman Ilahi:
b.      KBG mengutus anak remajanya untuk ikut terlibat aktif dalam pertemuan pedalaman iman  selama Yubileum Kerahiman Ilahi 2016.
c.       Doa bersama dalam KBG – doa Koronka.
d.      Mengikuti Sakramen Tobat sebelum misa (malam minggu atau Minggu pagi atau minggu sore)
e.      Akan diadakan jambore Remaja Yubileum Kerahiman Ilahi di Belinyu (apa kontribusi orang tua di KBG untuk acara ini)

5.      Kita berdoa spontan
F   Bapak-ibu, saudara-saudari yang terkasih. Mari kita ungkapkan doa-doa spontan kita yang keluar dari hati kita. (Doa-doa disatukan dengan doa Bapa Kami).

-       KBG doa bersama doa Koronka
-       KBG doa bersama doa Bapa Paus Fransiskus untuk Yubeleum Kerahiman Ilahi.


     Ditutup dengan nyanyian dari PS…..

Modul III

BAHAN  III
Pendidikan Nilai-nilai Kristiani kepada Anak adalah
Wujud Nyata atas Penghayatan Kerahiman Ilahi

Pengantar
Di bahan II kita sudah dibantu untuk memahami kasih sayang orang tua sebagai dasar tergantikan dalam pendidikan anak, yang diungkapkan dalam berbagai macam cara berkomunikasi antara orang tua dan anak. Pendampingan dan pendidikan anak atas dasar kasih adalah salah satu konkrit penghayatan orang tua atas rahmat Kerahiman Ilahi.
Bahan III ini memperdalam refleksi orang tua atas cara pendidikan mereka bagi anak. Tekanan pada pentingnya Pendidikan Nilai Kristiani bagi Anak. Di sini akan digali tugas mulia orang tua terhadap anak-anak tidak hanya sebatas melahirkan; menjamin makan, tempat tinggal dan pakaian, tetapi juga menjamin pendidikan kristiani yang baik untuk anak-anak.  Pendidikan kristiani harus terjadi secara formal/di sekolah dan non-formal/di rumah. Terutama pendidikan nilai-nilai kristiani di rumah harus diutamakan oleh orang tua. Alasannya sebagian besar waktu hidup anak terjadi di tengah keluarga. Keluarga itu sekolah seminari bagi anak-anak. Artinya, keluarga menjadi tempat penyemaian nilai-nilai katolisitas (yaitu: Menghormati martabat manusia, menghargai daya cipta manusia, kesamaan martabat setiap orang di hadapan Allah dan perhatian untuk kepentingan bersama, kemerdekaan, kesamaan dan persaudaraan).
Di keluarga orang tua adalah pendamping dan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya (bdk. Kon. Vat II, tentang Pendidikan Kristen, No. 3). Kehadiran dan peran guru di sekolah, fasilitator BIAR, katekis atau pihak mana pun harus dilihat sebagai bantuan bagi orang tua dalam menjalankan perannya tadi. Peran orang lain tidak boleh dimutlakkan dan menggantikan peran orang tua.

            (hening sejenak……………………)

F: Bapak-ibu dan saudara-saudari yang dikasih Yesus. Mari kita mulai pertemuan ketiga kita ini, dengan bernyanyi dari PS No……

F: Mari, kita berdiri dan memberikan penghormatan kepada Kristus, Sang Sabda yang hadir di tengah-tengah kita. (semua anggota KBG memberikan hormat dengan menundukan kepala).

Langkah-langkah Sharing Injil
1.    Doa Mengundang Tuhan
F      Saya persilahkan salah seorang dari kita membuka pertemuan ini dengan doa mengundang Tuhan.
2.        Code
F:     Baca dan perhatikan pernyataan berikut ini dengan teliti. Kita diberi waktu 5 menit untuk membaca dan merenungkan.

Ada banyak orang tua yang mengeluhkan tentang anak-anaknya atau anak jaman sekarang yang dirasa semakain sulit diatur. Di sekolah para guru juga mengeluh tentang anak didik yang jauh berbeda dari jaman  mereka dahulu. Bahkan tidak ketinggalan para Pastur di paroki pun mengeluhkan tentang anak-anak sekarang yang sukanya hanya hura-hura, bersikap manja dan tidak kreatif seperti jaman dulu Pastur masih muda.
Ada apa sebenarnya, sehingga perilaku anak-anak sering dihubungkan dengan kenakalan dan tindakan menyimpang (nyleneh)? Banyak para orang tua, guru dan Pastur mengeluh dan berdiskusi banyak tentang hal itu, tetapi mungkin tidak cukup waktu berbicara dari hati ke hati dengan anak-anak.
Suatu ketika saat hari masih pagi, sepasang suami-istri membawa anaknya yang masih remaja ke paroki. Tujuannya untuk mengadukan ke pastur tentang kenakalan anaknya, dan orang tua merasa sudah tidak sanggup menanganinya. Kedua orang tua itu berpikir, kalau bertemu pastur pastilah si anak akan takut lalu berubah.  Tetapi di luar dugaan, setelah mendengar litani kenakalan si anak dari orang tua, pastur bukannya memberi nasihat kepada si anak tetapi malahan mengajak jalan-jalan berdua lalu membawanya ke warung mian. Di warung itu pastur dan si anak tadi tertawa lepas sambil dengan lahap makan mian. Setelah kenyang pastur barulah mengajak cerita dan bertanya satu – dua hal tentang pengaduan dan tuduhan dari orang tua di pastoran tadi. Si anak menjawab dengan jujur beberapa prilaku nakalnya dan bahkan dengan alasan jelas. Misalnya: ia hutang makan mian ke tetangga karena lapar, ia memaksa orang tua membelikan HP yang bagus karena pengen melihat group band kesukaannya di internet, ia kadang berkelahi dengan teman di sekolah karena tidak suka diganggu. Dan pada akhir cerita berdua itu pastur sangat terkejut, ternyata si anak ini walaupun dianggap orang tua nakal sudah kelewatan, setiap hari dialah yang rajin mencuci piring di rumah; dia juga yang hampir setiap sore merebus air dan kadang menyapu halaman. Hal yang sama ternyata juga diakui oleh orang tua, ketika pastur dan si anak sudah kembali ke paroki dan bertanya tentang kebenaran cerita si anak itu.  

Pertanyaan Pendalaman
·      Apakah para orang tua pernah mengalami persitiwa ini? Dalam bentuk apa orang tua mengalaminya?
·      Bagaimana biasanya orang tua berbicara dengan anak yang dinilai nakal?
·      Apa biasanya jalan keluar dari orang tua menghadapi kenakaln anak?

(fasilitator memberikan kesempatan untuk peserta mensharingkan pengalaman mereka)

Penegasan:
·        Ada banyak sebab yang mempengaruhi perilaku anak-anak. Di antaranya: Keteladanan orang tua (apa saja yang sehari-hari dilihat dan dialami langsung dari orang tua mereka); situasi relasi kedua orang tua (kasih sayang, harmonis atau sebaliknya tidak saling omong, saling menuduh dan menjelakkan dengan bicara kasar, atau berpisah); lingkungan pergaulan tempat si anak bertumbuh; lingkungan pendidikan dan sarana hiburan dalam keseharian.  Ada hal-hal yang bisa membentuk anak berperilaku lembut dan baik, tetapi ada juga yang memberi pengaruh buruk (membuat anak tertutup, apatis dan keras kepala). Kebanyakan orang tua kurang memperhatikan hal ini dan cenderung hanya mengeluh.
·        Perhatian, kasih sayang dan komunikasi yang dipenuhi suasana kasih adalah keharusan dan tidak bisa disepelekan. Itulah pintu masuk bagi orang tua ke dalam diri anak, dan mengenalnya lebih mendalam. Sangat buruk jika setiap hari (baik di rumah, di sekolah, di gereja atau juga di tempat pergaulan) anak hanya mendengar terus-menerus kata yang sama, “NAKAL” !


3.    Membaca Kitab Suci
F   Bapak-ibu, saudara-saudari yang terkasih,
Mari kita membuka teks Kitab Suci, dari Ulangan 11: 18-21,  (diulangi lagi sampai semua anggota KBG menemukan teks Kitab Suci yang sama).

Saya persilahkan salah seorang dari kita membaca teks tadi dengan suara yang lantang dan perlahan-lahan.
      
Adakah di antara kita disini, yang membawa Kitab Suci dari versi lain? Saya persilahkan membaca teks yang sama dari Kitab Ulangan, dengan suara yang lantang dan perlahan-lahan.

Pertanyaan Pendalaman Kitab Suci
·      Apa yang menarik bagi Anda dari teks Kitab Ulangan 11:18-21?
·      Apa ada hal baik yang disebut dalam Kitab Ulangan tadi sudah Anda lakukan di tengah keluarga ?
·      Tindakan nyata apa yang akan Anda lakukan berkaitan dengan pesan dalam bahan III ini?

Penegasan:
·      Dalam sejarah Bangsa Israel kuno, orang tua (ayah) berperan sangat penting bukan hanya menyangkut statusnya sebagai kepala keluarga, tetapi berperan sebagai pengajar tentang  jalan dan Sabda Tuhan. Ayah harus mewariskan iman yang benar menurut tradisi turun-temurun, demi pertumbuhan hidup keagamaan. Pewarisan iman adalah symbol identitas mendasar terpenting bagi Bangsa Israel. Kitab Ulangan menegaskan anak-anak didewasakan dalam ajaran dan nasehat Tuhan, dan itu merupakan tanggung jawab utama orang tua. Ditegaskan juga dalam Kitab Amsal, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu (Amsal 22: 6)”.

·      Paus Yohanes Paulus II pernah berkata, “Hak orang tua dalam mendidik anak bersifat hakiki”. Bersifat hakiki artinya tidak tergantikan oleh siapapun, dikarenakan hubungan cinta kasih yang istimewa antara orang tua dan anak. Orang tua bisa memulainya dengan hal-hal sederhana, misalnya keramahan, ketabahan, kebaikan hati, pengabdian, sikap tanpa pamrih dan pengorbanan diri yang merupakan buah cinta kasih yang paling berharga.

·      Peran orang tua sebagai pendidik berakar dari panggilan sebagai suami istri. Sakramen perkawinan mengandaikan kesediaan dan tanggung jawab suami-istri untuk menerima kelahiran anak-anak dengan penuh cinta. Orang tua mempunyai tugas penting untuk menjamin anak-anak sungguh dapat bertumbuh, berkembang dan hidup sebagai manusia yang utuh (bdk. Gravisimum Educationis, No. 3).

·      Keluarga adalah tempat pertama untuk anak-anak belajar hidup bersama dengan orang lain, dan belajar mengenal nilai-nilai sosial. Orang tua adalah contoh dan ukuran bagi anak-anak untuk belajar dan mempraktekkan hal-hal tersebut, termasuk di antaranya tentang iman.

4.        Aksi Nyata Kita
Ø   Aksi Nyata di dalam KBG:
a.    Aksi nyata apa yang mau kita lakukan bersama ketika kita menghadapi berbagai persoalan dalam mendidik anak-anak?
b.    Aksi nyata apa yang mau dijalankan bersama untuk anak-anak dan orang tua dalam KBG ini?

Ø   Aksi Nyata untuk Tahun Yubileum Kerahiman Ilahi:
a.    KBG mengutus anak remajanya untuk ikut terlibat aktif dalam pertemuan pedalaman iman  selama Yubileum Kerahiman Ilahi 2016.
b.    Doa bersama dalam KBG – doa Koronka.
c.    Mengikuti Sakramen Tobat sebelum misa (malam minggu atau Minggu pagi atau minggu sore)
d.    Akan diadakan jambore Remaja Yubileum Kerahiman Ilahi di Belinyu (apa kontribusi orang tua di KBG untuk acara ini)

5.      Kita berdoa spontan
F   Bapak-ibu, saudara-saudari yang terkasih. Mari kita ungkapkan doa-doa spontan kita yang keluar dari hati kita.
     (doa-doa diteguhkan dengan bersama mendoakan Bapa Kami).
-       KBG bersama doa Koronka
-       KBG bersama doa Yubelium Kerahiman Ilahi.
     Ditutup dengan bernyanyi bersama dari PS….