PAROKI
PUSAT MISI:
Bangkit
dan Bergerak, Kreatif Bermisi dan Berbuah Limpah
(Hasil Resolusi Pertemuan KKM-KWI - Muntilan)
PENGANTAR
Dalam
rapat pleno Komisi Karya Misioner Konferensi Waligereja Indonesia (KKM KWI) di
Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan (PPSM) pada tanggal 11-15 April 2016, kami, para ketua KKM Keuskupan se- Indonesia
dan pengurus KKM KWI, berupaya memantapkan kesadaran dan tanggungjawab
missioner kami. Dengan dilatari oleh citarasa kekatolikan dan kultur Jawa dan
lewat studi dan refleksi bersama, kami mendapatkan pencerahan baru yang memberdayakan
kami. Adalah suka cita kami bahwa Roh Kudus, yang tetap membimbing Gereja dalam
perziarahan misionernya (Redemptoris
Missi, 21), telah mendampingi kami selama hari-hari yang berahmat ini guna
menemukan cara-cara yang kreatif dalam bermisi, semoga karya baik ini, dapat
berbuah limpah.
PERAYAAN IMAN
Kami
percaya bahwa tugas dan tanggungjawab missioner ini merupakan panggilan dan
rahmat yang dipercayakan oleh Allah lewat Yesus Kristus dalam kuasa Roh Kudus
kepada kami masing-masing. Partisipasi pada Missio
Dei ini tentu saja harus kami
laksanakan dengan penuh tanggungjawab, suka cita dan rendah hati. Mengutip
kata-kata Paus Fransiskus, kami hanyalah “murid-murid yang diutus” (Evangelii Gaudium, 40, 120), yang harus
selalu siap belajar dan rela mendengarkan disamping mengajar dan mewartakan
Kerajaan Allah dengan penuh atusiasme. Dalam setiap perayaan Ekaristi dan doa
bersama, kami selalu diingtkan kembali bahwa pengalaman kedekatan dengan
Kristus, Sang Guru – seperti pengalaman murid-murid perdana (Yoh 1 : 39) –
merupakan dimensi konstitutif bagi misi ad
extra.
GEREJA, KOMUNITAS MISIONER
Kami
diingatkan kembali bahwa Gereja adalah komunitas misioner yang dipanggil untuk mewartakan Kristus dan
memajukan Kerajaan Allah. Gereja ada untuk suatu tugas bagi dunia semesta. Ia
tidak membawa dan mewartakan dirinya sendiri, seperti kebanyakan lembaga-
lembaga social masyarakat yang ada. Kapanpun dan di manapun,Gereja dipanggil
untuk menghadirkan diri di tengah masyarakat sedemikian rupa sehingga dia, yang
adalah ‘garam dan terang dunia’ (Mat 5:13-16), sungguh-sungguh terlibat dalam
perkar-perkara masyarakat di masyarakat di sekitarnya – dalam kegembiraan dan
harapan , dalm duka dan kecemasan mereka (Gaudieum
et Spes, 1).
Kami
mengetahui bahwa Gereja Kristus terealisasi secara nyata dalam
komunitas-komunitas beriman di wilayah territorial dalam suatu keuskupan, yang
disebut paroki dengan seorang pastor yang ditunjuk oleh Uskup (Kitab Hukum Kanonik no.515
#1;bdk.Katekismus Gereja Katolik no. 2179). Paus Fransisku mengingatkan bahwa “paroki
bukanlah lembaga yang usang, justru karena memiliki daya lentur yang tinggi ,
dapat menerima berbagai bentuk yang tergantung pada keterbukaan dan kreativitas
perutusan dari pastor dan komunitas” (Evangelii
Gaudium, 28).
Disamping
itu, karena Gereja pada hakikatnya missioner (Ad Gentes, 2) dan
merupakan sakramen universal keselamatan (Ad
Gentes, 1; Lumen Gentium, 1), tentu
saja setiap paroki hidup dengan roh yang sama itu,yakni roh missioner. “Dalam
setiap aktivitasnya,” demikian Paus Fransiskus menyitir Seruan Apostolik Christifideles Laici no. 26, “paroki mendorong dan melatih para anggotanya untuk
menjadi para pewarta Injil” (Evangelii Gaudium, 28), sehingga kegiatan apapun termasuk dialog sungguh
menjadi sarana pewarta iman . Oleh
karena itu kami yakin bahwa setiap paroki sejatinya merupakan pusat misi
kristiani . Dalam pegubunyan kristiani di setiap paroki dan dalam
perayaan-perayaan Ekaristi bersama – yang merupakan pusat dan puncak hidup
kristiani – umat beriman mengalami perjumpaan dengan Juruselamatnya dan
mendapatkan perutusan.
PENGALAMAN MISIONER KONKRET
Hati
kami dikobarkan oleh berbagai presentasi animatif missioner dari berbagai
kelompok umat dari Keuskupan Agung Semarang. Kami belajar memahami bagaimana
umat katolik setempat menghayati dan merayakan iman mereka dalam
ungkapan-ungkapan cultural setempat. Slawatan
Katolik, Festival Kebudayaan Tradisional, Jejak Langkah Misioner, Teater wayang Sayur, Jejak Misi Java, dan Pentas Seni Dengan Dialog Budaya dan Lintas Iman menggugah kami untuk mencari
dan menemukan peluang-peluang atau terobosan missioner dalam wilayah
pelayanan kami masing-masing. Dengan pola missioner yang sama kami juga
ditantang untuk mencari dan bisa menemukan
jati diri kami sebagai orang
beriman kristiani lewat tradisi dan kekayaan
kearifan leluhur. Semua sharing
pengalaman dan penghayatan iman dalam kekayaan kearifan budaya setempat (Jawa)
ini meneguhkan semangat kami untuk terus bekerjasama dengan semua pihak guna
menemukan cara-cara menghayati dan merayakan iman secara otentik dan membumi.
Tidak kita pungkiri bahwa Gereja hadir juga di dalam masyarakat modern dengan
segala pengaruh kemajuan teknologinya. Gereja dipanggil untuk dapat
menghadirkan diri dan menampilkan wajah kristus.
Beriman
secara otentik dan membumi ini telah telah terbukti membawa dampak social yang
luas, yakni masyarakat plural yang lebih rukun, lingkungan alam yang lebih
asri, generasi muda yang kreatif dan percaya diri, dan sebagainya. Dari sini
kami semakin yakin pula bahwa nilai-nilai religious-kultural yang sangat kaya
dari tradisi leluhur ini merupakan media yang baik untuk mengungkapkan iman
katolik yang satu dan universal.
Begitu
pula kami yakin bahwa keluarga, sebagai unsure dasar peguyuban umat
paroki,merupakan wadah yang penting untuk pendidikan iman kristiani dan
penanaman nilai-nilai missioner. Sharing
pengalaman mengenai ‘keluarga misioner’ dalam rapat pleno ini meneguhkan
keterlibatan kami dalam reksa pastoral keluarga. Tentu saja pelayanan ini bukan
hanya demi kebaikan keluarga-keluarga itu sendiri, melainkan juga demi
pemberdayaan mereka bagi tugas-tugas misionernya di tengah masyarakat luas.
PAROKI PUSAT MISI
Kami
percaya bahwa setiap paroki sejatinya bukanlah komunitas beriman yang ekslusif
dan hanya sibuk dengan kepentingannya sendiri. Seperti kata Paus Fransiskus,
“Paroki adalah kehadiran Gereja dalam wilayah tertentu, suantu lingkungan untuk
mendengarkan sabda Allah, untuk bertumbuh dalam hidup Kristiani, untuk dialog,
pewartaan, tindakan karitatif berjangkauan luas, ibadat dan perayaan ‘(Evangelii Gaudium,28). Dalam gerakan yang sistematis dan terstruktur berkelanjutan
ini, paroki bertumbuh sebagai komunitas kristiani lokal dan menjadi tempat
untuk melatih umat beriman bermisi secara kreatif. Pembangunan Paguyuban ad intra
dan keterlibatan aktif ad extra di tengah masyarakat merupakan dua
aktivitas yang saling mendukung dam menyuburkan. Hal ini telah diungkapkap
dalam kisah Gereja Perdana, yang bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam
persekutuan, yang selalu berkumpul untuk perayaan ekaristi dan berdoa.
Kriteria Paroki Pusat Misi
Dalam
studi dan refleksi bersama ini kami juga berupaya untuk menemukan dan menyusun
kriteria yang mencirikan paroki pusat misi. Kami mencoba merinci kriteria yang
dimaksudkan itu, baik aspek internal (ad
intra) maupun askep ad extra-nya.
Kriteria
ad intra meliputi:
1) Kerjasama Pastor
dan seluruh umat sedemikian rupa sehingga terwujud paguyuban yang mandiri dan
peduli akan masyarakat luas;
2) Perhatian
dan kebijakan yang memadai dalam hal perkembangan pewartaan iman (Kerygama, Martyria, Diakonia);
3) Semua komponen
bekerja dengan baik dan dengan manajemen pastoral yang jelas;
4) Keberhasilan
mencetak rasul-rasul awam yang tangguh;
5) Adanya sarana dan
prasarana pastoral - missioner dengan modul-modul pelatihan lengkap dengan tim
penggeraknya.
Kriteria
ad extra meliputi:
6) Ekistensi dan
kontribusi paroki diakui dan dihargai oleh masyarakat luas;
7) Pengaruh positif
Gereja pada masyarakat dan umat beragama lain;
8) Keterbukaaan untuk
belajar dan sikap responsif terhadap tanda-tanda zaman;
9) Sikap inovatif, kreatif,
dan akomodatif terhadap nilai- nilai luhur dari budaya setempat;
10) Terbangunnya
jejaring yang luas dan perhatian pada kesejahteraan bersama (bonum commune, Kerajaan Allah).
Semua
kriteria ini bersumber pada ajaran dan teladan Yesus krisrtus sendiri,seperti
yang dihayati oleh komunitas-komunitas kristiani perdana (Kis 2:41-47; 4:32-37). Kami menyadari bahwa kualitas dan
dinamika hidup menggereja umat beriman akan ditentukan oleh spiritualitas
missioner pastor(-pastor)nya. Kami percaya bahwa, dengan mimbingan dan tuntunan
gembala-gembalannya yang bersemangat misioner,pastilah terwujud persekutuan
kristiani yang teguh dalam iman,yang hidup rukun antara sesama saudara seiman
dalam paroki,yang terbuka untuk berdialog dengan umat beriman lain,dan menjadi
saksi nilai-nilai kristiani dalam hidup bermasyarakat
PENUTUP
Dengan
penuh harapan dan iman yang teguh kami menyerahhkan dan mempercayakan
pelaksanaan semua rencana dan tugas ini kepada mimbingan Roh Kudus, pelaku
utama karya misi evangelisasi. Kiranya Roh Kuduslah yang akan membimbing kami
dalam merealisasikan semuanya ini dalam kesatuan Gerak missioner keuskupan. Di
sini kami teringat kembali akan Bapa suci Paus Fransiskus yang memberikan
nasihat demikian:
“Percaya
bahwa Roh Kudus berkarya pada setiap orang berarti menyadari bahwa ia berusaha
meresapi setiap situasi manusiawi dan semua ikatan sosial: ‘Roh Kudus dapat
dikatakan memiliki kreativitas tak terbatas, tepat untuk pikiran ilahi, yang
tahu bagaimana melonggarkan simpul-simpul permasalahan manusia, bahkan yang
paling rumit dan sulit dipahami.’’’ (Evangelii
Gaudium, 178). Semoga nama Tuhan
senantiasa dimuliakan!