Selasa, 10 Desember 2019

Profil Paroki Belinyu


PROFIL
PAROKI ST. PERAWAN MARIA DIKANDUNG TANPA NODA  

       I.            Pengantar
Jambore Remja Kevikepan Bangka Belitung, yang lebih dikenal dengan “Jambore Bangka Belitung Kerasulan Anak Remaja II (Jangkar II) telah dilaksanakan di Belinyu, yakni di Paroki St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda. Semua umat Katolik, termasuk rekan-rekan remaja,  Keuskupan Pangkalpinang pasti telah mengenal paroki ini. Meskipun telah mengenalnya, namun panitia sengaja menampilkan selayang pandang profil paroki ini supaya semakain mengenal secara lebih mendalam. Penegnalan yang mendalam akan menimbulakn rasa kecintaan akan wilayah paroki ini. Umat Paroki Belinyu, meskipun dalam jumlah dan perkembangannya, sangat kecil tetapi mereka telah menujukan kerja sama yang luar biasa untuk mensukseskan acara Jangkar II. Kerjasa sama dan partisipasi umat Belinyu yang bagus ini menunjukan bahwa misi  Gereja Keuskupan Pangkalpinang yang tertuang dalam dokumen MGP mulai dihidupi.

    II.            Peta wilayah
Paroki St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda secara georafis terletak di Kabupaten Bangka Induk. Batas wilayah paroki ini Utara berbatasan dengan Kecamatan Belinyu, wilayah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kelapa dan Jebus, serta Wilayah Timur dan Selatan berbatasan dengan Kecamatan Riau Silip.wilayah kampung atau desa yang tercakup dalam paroki ini adalah Kuto Panji, Romodong, Bintet, Guming Pelawan, Desa Tirus (Lumut), Tuing, Mapur dan Deniang. Menurut data tahun 2018, Paroki ini memiliki lima (5) wilayah Pelayanan Pastoral dan Sepuluh (10) Komunitas Basis Gerejawi (KBG).

 III.            Sejarah
            Pastor Y.Y. Langenhoff, tahun 1863 sudah mendirikan sebuah gereja di Belinyu. Gereja itu diberi nama: Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda. Ada catatan  menyebutkan bahwa pada tahun 1868 jumlah orang Katolik ada 80 orang. Pada tahun 1885 bangunan gereja hampir semua diperbaiki. Tetapi sejak 1889 jumlah umat di belinyu makin berkurang. Pada permulaan abad XX jumlah orang Katolik di Belinyu tinggal sedikit dan mereka mempunyai kebiasaan melakukan ibadat agak aneh. Pada hari minggu mereka sering berkumpul dalam gedung gerja dan “ mengaum bersama” pertanda mereka memanjatkan doa. Maka mereka sering menjadi  bahan tawaan orang lain.
            Pada bulan September tahun 1929 Bruder Gerard, SS.CC datang ke Belinyu, untuk mempersiapkan pembukaan stasi. Mula-mula dia mengalami banyak kesulitan sebab tanah milik misi ditempati orang banyak tanpa ijin. Namun akhirnya stasi Belinyu berhasil dibuka pada tanggal 5 November 1929 dengan datangnya Pater Zaat, dan tanggal dijadikan sebagai tanggal ini dijadikan sebagai tanggal pendirian pendirian paroki.
            Sebelumnya Pater Zaat, SS.CC sudah belajar bahasa Tionghoa di Seremban (Malaka), sebagai persiapan akan tugasnya sebagai Pastor di Belinyu. Pastor Zaat, SS.CC berhasil memulihkan nama baik Gereja Katolik di Belinyu.
            Pada tahun 1931 para suster pemeliharaan Ilahi dari Belanda datang ke Belinyu dan mendirikan sekolah-sekolah serta asrama. Dengan demikian dalam waktu seingkat Belinyu tumbuh menjadi sebuah stasi yang benar-benar hidup. Jumlah anak-anak asrama putra bertambah, sampai menjadi 64 orang.
 IV.            Pastor yang Bertugas
·      Era Imam-Imam SS.CC dan MEP
            Sejak dibuka kembali, pastor yang bertugas di Belinyu adalah pastor Zaat, SS.CC. secara tekun beliau melayani umat di Belinyu. Pater Van Gelder, SS.CC tiba pada tahun 1934 membantu karya-karya Pater Zaat, SS.CC. Karena di Belinyu bahasa Tionghoa sangat diperlukan, maka tidak lama setibanya di Belinyu, Pater Van Gelder,SS.CC. ditugaskan belajar bahasa Tionghoa di Malaka yang kemudian dilanjutka di Tiongkok. Pengganti Pater Van Gelder, SS.CC di Belinyu adalah Pater Van Gorp, SS.CC. Tahun 1935 jumlah anak asrama putri ada 50 orang. Tahun 1935 Y. Boen, Pr.imam praja pertama kelahiran Bangka ditahbiskan di Pangkalpinang, bertugas di Belinyu sampai tahun 1940.
            Selanjutnya Pastor Zaat, SS.CC yang menjabat menjadi pastor kepala paroki Belinyu digantikan oleh pastor Mul, SS.CC sampai pada permulaan tahun 1939. Pater Alberse, SS.CC waktu itu datang menetap di Belinyu. Tetapi tahun berikutnya Pater Boen, Pr. Dan Pater Alberse, SS.CC pindah ke Pangkalpinang, sedang Pater Van Thiel, SS.CC menjabat sebagai Pastor Kepala tahun 1940 sampai 1942. Ketika itu perang dunia II sudah Berkobar. Tahun 1942 stasi Belinyu ditutup untuk sementara waktu karena para pastor Belanda ditawan. Sesudah perang, Pastor Zaat, SS.CC kembali bertugas di Belinyu pada tahun 1946. Beliau juga menulis kembali buku baptisan Paroki Belinyu. Selanjutnya pastor yang bertugas di Belinyu adalah Pastor Van de Koning, SS.CC (Oktober-Desember 1946) dan Pastor Brienk (Desember 1946).
            Pastor Van Thiel, SS.CC menjabat sebagai kepala paroki Belinyu tahun 1947-1955. Pada masa itu beliau dibantu oleh Pastor Heitkonig, SS.CC., Pastor Molenkamp, SS.CC dan Pastor Rovers, SS.CC pada tahun 1948. Pada tahun 1948 dibuka sebuah poliklinik oleh para suster (saat ini menjadi Bhakti Wara II Belinyu). Menurut catatan, Pastor Molenkamp, SS.CC pada membuka asrama tahun 1951. Asrama tersebut juga bertujuan untuk menumbuhkan benih-benih panggilan bagi pemuda-pemuda Belinyu untuk menjadi pastor atau bruder.
            Pastor Rovers,SS.CC menggantikan Pastor Van Thiel sebagai pastor kepala paroki tahun 1955-1965. Pada tahun 1958 Pastor Hans Reichenbach, SS.CC bertugas di Belinyu. Tepatnya tahun 1959 SMP di Belinyu dibuka dan saat ini dikelola oleh Yayasan Tunas Karya.  Setelah itu kegembalaan dilanjutkan oleh Pastor van de Koning, SS.CC yang bertugas dan menetap di Belinyu sampai tahun 1985.
            Sejak Mei 1981 sampai September 1981, Pastor Yos van der Steren, SS.CC menggantikan tugas pastor van de koning, SS.CC yang sedang menjalankan cuti di luar negri. Pada bulan Juni 1985, Pastor Lambergt, SS.CC melanjutkan Karya di Belinyu hingga Maret 1989. Karena keadaan kesehatan yang tidak memungkinkan akibat kecelakaan yang dialaminya, Pastort Lambergt, SS.CC mengundurkan diri dari tugasnya di Belinyu. Tugas pelayanan di Belinyu diambil alih oleh Pator Frans. Sudjiwo, SS.CC yang saat itu adalah pastor di Sungailiat. Beliau melayani umat di Belinyu secara berkala dari Sungailiat.
            Berdasarkan SK. No. H/12/XII/89 uskup Keuskupan Pangkalpinang, Mgr Hilarius Moa Nurak, SVD yang ditahbiskan sebagai uskup pada tahun 1987, mengangkat Pastor Van Dogen, SS.CC sebagai Pastor paroki Belinyu. Dengan SK tersebut, Pastor yang memiliki kendaraan favorit sepeda ini, melayani umat Belinyu sejak 8 Desember 1989 sampai 30 Juni 1990. Pada masa ini ada suatu peristiwa penting, yaitu tahbisan diakon bagi Fr. Frans Mukin dan Fr. Yosef Maria Untu pada tanggal 23 Februari 1990. Karena ada peristiwa itu juga, Bapa uskup mengeluarkan SK. No. H/14/XUII/89 tentang perpanjangan tugas DPP Belinyu selama 6 bulan. Kepengurusan DPP Belinyu, yang seharusnya berakhir pada tanggal 1 Januari 1990 menjadi 30 Juni 1990. Selain itu perpanjangan masa bhakti, bertolak dari alasan bahwa Pator Van Dogen, SS.CC baru bertugas di Belinyu dan masih membutuhkan orang-orang yang mengetahui banyak hal mengenai situasi Paroki Belinyu.
            Surat pengangkatan Pastor Van Dongen, SS.CC sebagai kepala paroki di Belinyu diperbaharui lagi dengan SK No. H/06/V/90 dengan masa tugas 1 Juli 1990 hingga 30 Juni 1992. Selanjutnya dengan SK H/13/IX/92 tugas beliau sebagai pastor kepala paroki diperpanjang lagi sejak 1 Agustus 1992. Bapa Uskup mengangkat Diakon Markus Agus Tarnanu sebagai diakon denagan wewenang sesuai tahbisan diakonat yang telah diterimanya untuk melayani umat di Paroki Sanmta Perawan Maria yang Dikandung Tak Bernoda Belinyu, terhitung sejak 4 Agustus 1992.
            Sejak 1 Mei 1993 tugas kegembalaan di Paroki Belinyu dilanjutkkan oleh Pastor Arnould Marcel, MEP berdasarkan SK Bapa Uskup No. H/07/IV/93. Pada masa kegembalaan Pastor Arnould, Gua Maria pelindung Segala Bangsa mulai dibangun dan diresmikan Bapa Uskup tanggal 8 Desember 1999. Sebenarnya gagasan untuk membangun Gua Maria ini sudah ada sejak 1992, ketika Pastor Van Dogen, SS.CC bertugas di Belinyu.
            Sejak tanggal 7 Mei 2000, dengan SK No. H/10/IV/2000, Bapa Uskup mengangkat pastor Ambrosisus Sanar, SS.CC sebagai pastor paroki Belinyu. Dengan demikian tugas kegembalaan paroki Belinyu dilaksanakan oleh Pastor ambrosius, SS.CC.

·      Era Imam Diosesan
            Setelah masa pelayanan imam-imam serikat SS.CC dan MEP Paroki Belinyu diserahkan kepada Imam-imam Diosesan Pangkalpinang. Menurut data di kantor Sekretariat Keuskupan Pangkalpinang, imam-imam diosesan yang pernah melayani Paroki Belinyu adalah RD. Markus Tukimin, RD. Fenantius Marinus Manse, RD. Fransiskus Adbaw Oejan, RD. Zakarias Lusi Oejan, RD. Yosef Setiawan. Paroki Belinyu sekarang ini digembalakan oleh RD. Fransiskus Indra Jati Santoso bersama dengan rekannya RD. Moses Masan Belan. Pada masa kepempimpinan RD. Jati Santoso, Komisi BIAR Kevikepan Bangka Belitung mengadakan Jmabore akbar remja di Belinyu dengan sukses.
           
    V.            Perkembangan Umat Dan Tantangan yang ada
            Perkembangan umat di paroki Belinyu dapat dikatakan lambat. Saat ini jumlah umatnya tercatat 627 jiwa. Kebanyakan umat Belinyu adalah orang tua. Hal ini bukan berarti tidak ada kaum muda dan baptisan baru. Situasi dan kondisi kota Belinyu tidak menjanjikan untuk kehidupan para generasi muda. Kebanyakan orang muda meninggalkan Belinyu setelah tamat SMP atau SLTA. Mereka pergi ke daerah lain untuk melanjutkan sekolah ataupunn mencari pekerjaan. Pada akhirnya mereka menetap di daerah baru dan tidak kembali lagi ke Belinyu.
            Hal lain yang juga berpengaruh pada perkembangan umat adalah bahasa setempat. Kebanyakan umat Belinyu (Warga Tionghoa) kurang mengetahui bahasa Indonesia. Mereka menggunakan bahasa Tionghoa dalam  banyak hal dan keperluan. Bahkan di sekolah pun mereka menggunakan bahasa Tionghoa. Dengan demikian cukup sulit bagi para petugas pastoral yang kurang menguasai bahasa setempat, untuk berkomunikasi.

 VI.            Wisata Rohani
          Setiap tempat pasti memiliki keistimewaa dan keunikan tersendiri. Paroki Belinyu- Bangka memiliki dua tempat yang cukup membanggakan. Kedua tempat tersebut adalah Pemakaman Katolik dan Gua Bunda Maria Pelindung Segala Bangsa.
            Pekuburan Katolik terbentang di pinggir jalan memasuki kota Belinyu dari arah Pangkalpinang. Deretan makam yang tertata rapi sungguh menciptakan rasa kagum dan damai, bukan saja bagi umat katolik, tetapi juga bagi umat lain. Perkuburan yang secara umum terkesan angker dan menakutkan, tidak ditemui di pemakaman Katolik Belinyu ini. Banyak orang justru sering berfoto bersama dengan latar deretan makam yang rapi tersebut.
            Selain perkuburan, ada Gua Bunda Maria Pelindung Segala Bangsa Belinyu yang berlokasi di belakang kompleks Gereja St. Maria dan SMP St. Yosef Belinyu. Gua Maria ini diresmikan pada tanggal 8 Desember 1999 oleh Bapa Uskup, Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD. Karena sangat artistik, gua ini, selain menjadi tempat ziarah, juga tak jarang digunakan sebagai tempat rekreasi, juga sebagai latar belakang pengambilan foto penganten dan sebagainya. Bahkan saat ini, sebuah biro perjalanan wisata menjadikannya sebagai salah satu tujuan wisata di samping tempat-tempat wisata lain di Pulau Bangka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar