REVOLUSI MENTAL UNTUK
DPR
Para petinggi DPR RI mengkritik menteri Kabinet Kerja Jokowi-JK kedapatan
merokok di istana Negara. Fadli Zon,
wakil ketua DPR RI dari Partai Gerindra, mengatakan, “menteri perokok adalah contoh yang tidak baik. Menteri itu memberikan teladan yang tidak baik untuk anak bangsa. Oleh karena itu, para menteri seperti itu tidak mencerminkan jargon revolusi mental”. Kritikan yang sama juga datang dari Oky
Asokawati, anggota DPR dari PPP. Menurut Oky menteri yang meroko di istana Negara
menunjukkan sikap yang kurang terpuji dan tidak menghargai tata aturan yang
ada. Fahri Hamza, wakil ketua DPR dari PKS juga mengkritik para menteri ini. Bahkan
menurut Fahri para menteri ini harus langsung
bekerja tidak perlu mengadakan syukuran dan acara seremonial lainnya.
Kritikan dari para petinggi DPR RI ini kedengarannya sangat naïf.
Seharusnya mereka tidak perlu
berkomentar sinis tentang hal kecil dan sederhana. Biarkanlah persoalan, seperti menteri yang merokok itu, diselesaikan oleh petugas di istana. Apabila DPR sampai turun tangan dan
mengkritik berarti kredibilitas, kwalitas dan intelegensi DPR RI ini sangat
memprihatinkan. Tampak sekali bahwa DPR sekarang adalah kumpulan bacot bocor yang suka sinis dan cerewet
seperti perempuan. DPR RI sekarang ini suka berkoar-koar tetapi tidak saling
mendengarkan, mirip seperti anjing-anjing saling merebutkan tulang. Wajah DPR RI
sekarang adalah potret buram untuk bangsa lima tahun ke depan.
Masa pemerintahan Jokowi-JK ini adalah masa emas untuk merestorasi
dan merevolusi tubuh DPR RI, baik secara kelembagaan maupun perorangan. DPR
perlu mengritik dan mengevaluasi dirinya. Ibarat DPR mengambil terlebih dahulu balok di
matanya sendiri, sebelum mengambil selumbar di mata orang lain. Fadli Zon, Oky
Asokawati dan Fahri Hamza; belajarlah untuk mengritik diri dan merestorasi diri
sebelum anda mengubah orang lain. DPR belajar bertobat terlebih dahulu sebelum
menobatkan bangsa dan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar