Rabu, 24 April 2013

Hidup Bersaudara dlm Imamat

Memelihara Persaudaraan untuk Meneguhkan Imamat Sepenggal Kisah Seorang pastor duduk diam terpekur, wajahnya lusuh seperti baru bagun tidur, dahinya terus berkerut seperti pematang sawah di lereng perbukitan. Tatapan matanya kosong menerawang jauh ke depan. Rambutan mulai ubanan mendahului usianya. Sekali-sekali dia menguap lalu bergumam dengan dengan kata-kata yang susah ditangkap, seperti bahasa roh ala karismatik. Pada kesemapatan tertentu seorang teman bertanya kepadanya, “Mengapa saudara tidak semangat, dan tampaknya anda sepertinya hidup segan mati tak mau?”. Kemudian teman pastor yang lagi galau itu mulai bercerita. Dia mulai memaparkan sederetan litani penderitaan selama ini terpendam dalam hatinya. “Rasanya susah menjadi pastor, tetapi apa boleh buat sudah terlanjur ditahbiskan. Karya pastoralku tak pernah dihargai, bahkan dianggap sebagi saingan atau dilihat sebagai ajang pemuas diri saja, bahkan hanya dilihat sebagai moment mencari popularitas diri. Di pastoran, kami anggota komunitas jarang duduk makan bersama, begitu juga keluar dari pastoran tak pernah kami saling memberitahu tujuan masing-masing. Hanya lewat umat kami tahu di mana keberadaan kami. Kami pulang larut malam lalu tidur, bangun pagi kami sibuk dengan rutinitas masing-masing, sore dan malam hari kami ke kommunitas. Parktis tak pernah ada perjumapaan yang melegahkan satu sama lain. Komunitas pastoran kami ibarat menara gading jarang disinggahi orang, boleh dikatakan sejenis calusura yang hanya dikunjungi orang tertentu saja. Pastor kepala kami menjadi penguasa mutlak dan pemilik tunggal harta benda paroki. Keberadaan kami di komunitas pastoran dan juga dalam karya pastoral sepertinya antara ada dan tiada”. Inilah sepenggal kisah seorang imam dalam kebersamaannya dengan rekan imamnya yang lain. Persaudaraan Beberapa Tokoh dalam Kitab Suci • Persaudaraan selalu mengandaikan unsur hospitalitas, kejujuran dan ketulusan serta siap sedia melayani Kisah sebuah keluarga Kristen dari Korintus yakni Akwila dan Priskila (Kis 8). Hospitalitas yang ditunjukan Akwila dan Priskila kepada Paulus dan para murid lain. Keluarga Akwila menjadikan rumah mereka sebagai tempat persinggahan dan peristirahatan yang tenang teduh bagi Paulus. Mereka melayani Paulus dengan kejujuran dan ketulusan hati, bahkan mereka mengorbankan waktu dan rutinitas harian mereka untuk menyertai Paulus dalam perjalanan misinya ke Efesus. Kita juga bisa melihat kelurga dari Betania, yakni Marta, Maria dan Lazarus (Luk 10:38-42). Rumah tiga kaka-beradik di Betania ini menjadi ajang perjumpaan dan pertemuan Yesus dan para murid-Nya. Yesus dan para murid-Nya merasa et home ketika berada di Betania, bahkan Yesus dan para murid-Nya menghabiskan banyak waktu di Betania. Sikap hospitalitas, kejujuran, ketulusan dan keterbukaan kelurga Betania menjadikan rumah mereka sebagai persinggahan yang menyenangkan hati. • Persaudaraan harus memampukan dan memberikan peluang kepada orang lain untuk mengaktualisasikan diri Kisah dua sekawan yang membebaskan Bangsa Isarel dari perbudakan Mesir menuju Tanah Terjanji (Bil 13:1-20). Sebenarnya Musa yang paling berjasa dalam pembebasan bagsa Isarel, sedangkan Yosua hanyalah banyang-banyang kecil di balik keberdaaan Musa sejak dari Mesir sampai Gunung Sinai. Namun, terlepas dari rencana YHWH, apabila Musa menginginkan agar namanya terus terukir dan menjadi populer, kemungkinan Musa akan memimpin sendiri bangsa itu memasuki Tanah Terjanji. Namun, hal itu tidak dilakukan Musa. Musa hanya merintis dari awal menuju puncak kejayaan bangsa Israel. Sedangkan ziarah sampai pada puncak kejayaan, Israel menuju Tanah Terjanji ada di bawa pimpinan Yosua. Nama Yosua yang sebelumnya tersamar kini menjadi nyata dan sekaligus menjadi seorang tokoh besar yang selalu dikenang oleh bangsa Isarel turun-temurun. Atau persaudaraan Yesus dan Yohanes Pembabtis (Mat 3:1-17). Perkataan Yohanes Pembabtis, “Biarkalah Engkau semakin besar dan Aku Semakin kecil”. Ungkapan kerendahan hati seorang sahabat dan sekaligus memberikan ruang dan waktu bagi Yesus untuk menampakan diri ke publik • Persaudaraan harus menciptakan orang untuk memahami eksistensi hidup secara lebih mendalam dan berpikir lebih luas Perjumpaan siang hari antara Yesus dan Perempuan Samaria di Sumur Yakob, ternyata membawa kesan dan kenangan mendalam bagi sang perempuan (Yoh 4:1-45). Dialog singkat yang bermula dari realitas air bisa menuju air kehidupan, membuat perempuan itu akhirnya mengerti akan siapa itu Yesus dan arti sesungguhnya hidup. Perjumpaan yang penuh persaudaraan ini, membuat perempun itu tidak lagi terkungkung dalam keegoisannya dan terbelenggu dalam pemikiran yang sempit. Melainkan membuka cakrawala baru bagi sang perempuan untuk melihat relitas yang lebih indah di luar diri dan sukunya sendiri. • Persaudaraan berarti kerelaan untuk menerima dan membuat orang lain menjadi kreatif dan inovatif Keinginan Paulus, paskah pertobatannya, menggabungkan diri dengan jemaat induk Yerusalem, namun semua orang takut dan curiga padanya. Justru dalam situasi tersebut Barnabas membawa Paulus dan menceritakan tentang siapa itu Paulus kepada jemaat Yerusalem dan akhirnya Paulus diterima. Barnabas tidak terlalu menonjol, tetapi berkat dia, sebagai tokoh penegah, penghibur dan pelancar, akhirnya Paulus tidak lagi dikucilkan melainkan bisa masuk dalam kelompok. Barnabas juga membawa Paulus ke Antiokhia dan di sana Paulus berkarya dengan gagasan baru, keratif dan inofatif, (tidak perluh disunat dan mengikuti hukum taurat untuk masuk Kristen, cukup beriman kepada Yesus). Barnabas menjadi pendukung, pendorong dan penghibur ketika Paulus menghadapi tantangan dalam karya misinya. Persaudaraan Para Imam Kita semua adalah agen pastoral yang menjalankan visi-misi dan spiritualitas yang sama di keuskupan ini. Prioritas pastoral kita adalah menggembangkan kasih persaudaran, sehati dan sejiwa serta Sabda menjadi sumber penerang hidup, dalam cara baru menggereja, yakni KBG. Gereja Pangkal Pinang adalah gereja multi etnic dan perantau, namun, dalam sinode II telah “mengikrarkan” diri untuk bertekad menjadi gereja partisipatif. Oleh karena itu, kesatuan dan keutuhan, persaudaraan dan hospitalitas, dukungan dan support antar para imam sendiri hendaknya menjadi model bagi umat dalam mengembangkan gereja partisipatif. Komunitas pastoran menjadi model KBG bagi KBG-KBG yang lain. Anggota komunitas pastoran bisa mencipatkan kedamain, keterbukaan dan hospitalitas bagi sesama anggota, maupun bagi rekan imam yang lain datang bertamu. Komunitas pastoran hendaknya menjadi komunitas kediaman menyenangkan dan melegahkan jiwa dan badan. Mari kita jadikan komunitas pastoran kita seperti rumah kediaman Maria dan Marta dari Betania atau kelurga Akwila dan Priskila dari Korintus. Usahakan jangan sampai komunitas pastoran kita menjadi menara gading atau sejenis klausura, yang enggan dikunjungi orang. Visi gereja pangkalpinang adalah bertekan menjadi gereja partisipatif yang dijiwai oleh Allah Tritunggal Kudus. Visi menjadi prioritas pastoral kita, oleh karena itu, kita para imam tidak mungkin bekerja sendiri dan mengabaikan rekan kerja yang lain. Melainkan kita harus mampu merangkul rekan kita dalam kasih persaudaraan. Kita saling mendukung dan memampukan rekan imam untuk bergerak maju dan pada akhirnya dia menemukan dirinya sebagai pribadi yang bermanfaat untuk melangkah bersama dalam karya pastoral gereja partisipatif ini. Kita harus memiliki rasa kebanggaan dan apresiasi ketika melihat rekan kita berhasil dan menjadi terkenal. Kita harus memiliki kebanggan itu sambil mengatakan, “bairkanlah dia semakin besar dan aku semakin kecil”. Mari kita belajar pada persaudaraan Musa dan Yosua atau Yohanes pembabtis dan Yesus. Para imam dapat meluangkan banyak waktu, bila perlu mengorbankan rutinitas pribadi, demi ada bersama rekan imam. Kita duduk bersama rekan kita, saling cerita dan saling koreksi kalau ada kesalahan atau kekliruan. Demikian juga, apabila rekan imam yang mampu dalam bidang tertentu jagan malas untuk membagikan kepada yang lain. Dalam ajang perjumpaan itu, kita pasti mengalami kekuatan diri dan menambah wawasan baru untuk tugas pelayanan kita. Perjumpaan dan kebersamaan kita para imam meskipun singkat, namun membawa makna bagi saudara kita yang sedang membutuhkannya. Kita para imam hendaknya belajar pada ajang perjumpaan dan dikusi Yesus dengan Perempuan Samaria di Sumur Yakub. Kerelaan dan kesiapan kita para imam untuk menerima rekan imam apa adanya. Jangan menyepelehkan dan menggap rendah rekan sendiri. Jangan pula menggap diri lebih hebat dan lebih tahu dari yang lain. Dalam kebersamaan, kita menyediakan ruang dan waktu untuk rekan imam berkerasi dan berinovasi. Berilah dukungan dan semngat bagi kawan kita yang lagi berjuang. Mari kita belajar dari persahabtan Barnabas dan Paulus. Nasihat Bijak Dari Yesus Bin Sirakh Sahabat setiawan merupakan perlindungan yang kokoh, barangsiapa menemukan orang serupa itu sungguh mendapatkan harta. Sahabat setiawan tiada ternilai, dan harganya tiada tertimbang. Sahabat setiawan adalah obat kehidupan, orang yang takut akan Tuhan memperolehnya. Orang yang takut akan Tuhan memlihara persaudaraan dengan lurus hati, sebab ia sendiri demikianpun temannya. Catatan Akhir Persaudaraan para imam menjadi model untuk persaudaraan umat yang kita layani. Persaudaraan membuat kita akan tetap semangat dalam tugas pelayanan dan sekaligus membuat kita semakin cinta dengan hidup imamat. Kita para imam hendaknya memelihara persaudaraan yang tulus dan jujur, jangan sampai ada dusta diantara kita. Mari kita berjuang untuk menciptakan persaudaraan tulus dan murni, sehingga tidak ada lagi kisah yang memiluhkan hati dan menyaayat batin, seperti sepenggal kisah awal renungan ini. By: Yos Pati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar