Senin, 13 Maret 2017

Kitab Suci Perjanjian Lama

Mengenal  Isi  Kitab Suci Perjanjian Lama


Haaalooooo.... Guysss.... jumpa lagi ya dengan program “Reading the Bible is Fun”. Kali ini kita sampai di PART 2. Smoga aj kamu makin pengen tahu lebih banyak tentang Kitab Suci kita. Yukkk... kita langsung aj lanjut.....
Pada program kita di PART 1, kamu semua udah coba dibantu melihat dan memahami pemahaman umum seputar Kitab Suci, termasuk sejarah terbentuknya Kitab Suci. Terusss.... kita juga udah sedikit singgung isi dari masing-masing kumpulan kitab yang diterima oleh Gereja Katolik.
Nah....sekarang kita akan coba mendalami dari masing-masing bagian kitab Suci Perjanjian Lama kita. Kita akan focus dulu mengikuti dan mencermati sejarah keselamatan dalam Kitab Perjanjian lama. Jadi harap maklum kalau ntar  trasa jadi sprti blajar sejarah gitu.....
Harap kamu semua perhatiin peristiwa-peristiwa pentingnya, tempat terjadinya peristiwa, tokoh-tokohnya, dan terutama alur sejarah keselamatan dari masing-masing periode masanya. Guysss..... nih aku kasih “rumus” sederhananya, coba deh kamu baca lebih konsen setiap kata atau kalimat yang ditulis dengan huruf tebal ya.

1. Dari Penciptaan sampai Abraham
Guyss..... gambar yang kamu lihat di samping ini adalah satu lukisan yang menggambarkan tentang “Kisah Penciptaan manusia pertama”.  Dan kita tahu semua kalau Kitab Suci Perjanjian Lama itu  dimulai dengan Kitab Kejadian. Bagian yang sangat terkenal dari kitab ini adalah kisah tentang penciptaan semesta.
Kisah ini ibarat dasar untuk membuat kisah-kisah berikutnya. Kisah penciptaan menjadi pembuka Kitab Suci, dan sekaligus membuka gambaran tentang sejarah kehidupan dunia, serta pembuka sejarah penyelamatan umat manusia.
Inilah kisah awal kehidupan yang dicatat dalam Kitab Suci; dan mengawali seluruh pesan dalam Kitab Suci baik Perjanjian Lama, yang berlanjut hingga Kitab Perjanjian Baru. Menurut tradisi kuno, kisah penciptaan ini ditulis dengan bersumber dari wahyu Allah sendiri kepada Musa. Allah memberitahu Musa tentang bagaimana Ia menciptakan segala sesuatu, dan Musa menceritakan peristiwa penciptaan itu dalam Kitab Kejadian.


a)   Penciptaan yang Baik Keadaannya
Kalau kita perhatikan dengan baik, kisah yang dituliskan di sana itu Allah menjadikan dunia dan segala isinya selama enam hari, dan Allah menyebutnya "sungguh amat baik".  Haeee.. Guyss yang harus kamu juga tahu maksud dari perkataan “sungguh amat baik”,  itu bukan maksudnya baik kelihatannya saja atau baik bagian luarnya. Tetapi segala ciptaan itu membuat hati Allah “berkenan”; atau ciptaan itu “menyukakan” hati Allah. Jadii..... sekali lagi Guyss  bukan baik dalam keadaan fisiknya ya, tapi baik yang membuat hati Allah “berkenan”. Mengapa bisa begitu? Ya.... karena ciptaan itu berasal dan datang dari kehendak (hati) Allah,  yang ingin menjadikan semuanya baik. 
Teruss.... disebutkan juga tuh pada hari ketujuh Allah memberkati dan beristirahat dari segala pekerjaan menciptakan. Sampai akhir kisah ini, kita pun diajak memahami kalau semua ciptaan itu awalnya  memang dari sejak awal terjadi seperti yang dikehendaki Allah.
Tapi sebagai catatan juga untuk kita semua, dalam Kitab Kejadian kita menemukan dua versi kisah penciptaan lho. Pertama, kisah penciptaan di Kej. 1:1 – 2:4. Pada versi pertama ada urutan yang jelas, mana yang lebih dulu diciptakan dan mana yang kemudian. Di situ manusia ditempatkan sebagai puncak dari seluruh peristiwa penciptaan, dengan perlakuan khusus dari pihak Allah. Kedua, kisah penciptaan di Kej. 2: 5 – 25. Di versi ini tidak ada urutan kisah penciptaan, tetapi tentang manusia disebut sebagai yang mengawali dari seluruh kisah penciptaan, sementara ciptaan lain tidak disebut bagaimana terjadinya. Manusia ditampilkan secara istimewa bukan hanya sebagai ciptaan, tetapi sekaligus sebagai pelaku aktif.
Walau demikian dari kedua versi itu mau menegaskan kalau Manusia (Adam = pria) dan istrinya, yaitu perempuan (=diambil dari laki-laki) diciptakan sebagai puncak dari seluruh karya penciptaan (Kej. 1:26-27), dan sekaligus sebagai yang utama (pertama, penting) dan mendasari seluruh ciptaan lainnya (Kej. 2:7). Sebab manusia itu terjadi dari gambar dan rupa Allah sendiri, serta Roh Allah ada dalam dirinya.
Kisah penciptaan dalam Kitab Suci mau meng-counter teori modern, yang mengajarkan kehidupan manusia sebagai proses evolusi yang berjuta-juta tahun lamanya. Teori yang menyingkirkan dan menganggap tidak benar kalau Allah sendiri yang telah menjadikan semuanya. Kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian menekankan kuasa Allah atas kehidupan dan sebagai yang mencipta semesta dari ketiadaan.
Pada kisah selanjutnya manusia dan istrinya ditempat pada suatu taman yang dinamakan Eden (sering orang menafsirkan Eden = firdaus atau surga; padahal maksud sebenarnya bukan itu, tetapi taman yang sebenarnya dan situasinya). Itulah tempat di mana manusia hidup dengan yang lainnya dalam rasa damai, sebab Roh Allah tingagal di antara mereka. Di taman itu mengalirlah satu sungai yang terbelah menjadi empat cabang: Pison, Gihon, Tigris, dan Efrat (baca Kej. 2:10-14). Manusia dan perempuan dikehendaki untuk mengambil bagian dalam kuasa Allah, atas segala makhluk di atas bumi.
Manusia dan istrinya diberkati untuk: Beranak cucu dan bertambah banyak, memenuhi muka bumi dan menaklukkannya, berkuasa atas segala jenis binatang di bumi (baca Kej.1:28). Dan sekaligus manusia dilindungi dengan hukum yang menjadi dasar untuk bisa hidup dalam keadaan baik (larangan makan buah pengetahuan akan yang baik dan jahat). Itulah hukum pertama yang diperkenalkan Allah kepada manusia dan istrinya. Rumusannya singkat, “kalau taat akan tetap hidup, tidak taat berarti mati”. (baca Kej. 2:16-17).
Skandal Keberdosaan
1)  Manusia pertama dan Istrinya
 Dalam Kitab Kejadian direkam ada dua kali terjadi skandal serius, yang kemudian menjatuhkan manusia ke dalam dosa. Ada alasan yang sama disebut untuk kedua skandal itu. Skandal Pertama terjadi pada manusia pertama dan Istrinya (Adam – Hawa). Kisah skandal manusia pertama dan istrinya melawan perintah Allah, menjadi jawaban atas pertanyaan, mengapa manusia harus mati dan mengalami banyak penderitaan hidup (baca kej. 3:14-19). Sedangkan bagi Gereja skandal pertama ini menjadi dasar ajaran tentang dosa asal, yaitu dosa yang sesungguhnya sudah terjadi dalam diri manusia karena dosa Adam, bukan sebagai bibit kecenderungan pada dosa.  

Peristiwa skandal ini di satu sisi memang membuat kecewa Allah, tetapi sekaligus di sisi lain menggerakkan hati Allah untuk melakukan rencana penyelamatan-Nya. Dengan demikian Guyss............... Kitab Suci telah mencatat dengan jelas, apa yang kita perlukan untuk mengerti tentang sejarah keselamatan.

Persisi dalam bentuk atau pola berurutan (berputar) seperti tadi di ataslah, seluruh Kitab Perjanjian Lama ditulis. Begini lho kira-kira pola urutan yang dimaksud:

Allah memberkatimanusia hidup baikmanusia berdosaAllah menghukumAllah berbelas kasihmanusia bertobatAllah memberkati dengan perjanjianmanusia hidup baik,  dst. 

2)  Dua Bersaudara: Kain - Habil
Skandal Kedua terjadi pada keturunan Adam – Hawa, yaitu skandal dosa pembunuhan pertama kali. Skandal ini terjadi di antara dua orang bersaudara, yaitu Kain dan Habel (baca Kej. 4:1-16). Mereka itu anak Adam dan Hawa, yang dicatat secara khusus dalam Kitab Suci. Sekali lagi, alasan yang sama pada skandal pertama terulang, karena iri hati (baca Kej. 2:4-6).
Tetapi Guyss...... yang sungguh menjadi sangat menarik tuh karena juga dari katurunan Adam dan Hawa itu pula nantinya lahir seorang yang memulihkan kembali hubungan manusia dengan Allah. Dia adalah Enos, anak dari Set (anak ketiga dari Adam-Hawa, yang lahir ketika Adam sudah berumur 130 tahun. Set disebut pengganti Habel yang mati dibunuh kakaknya). Sejak Enos itulah orang mulai memanggil nama Tuhan (baca Kej. 4:25-26). Anak-anak dari Adam-Hawa terus lahir hingga umur Adam 800 tahun, dan meninggal di usia 930 tahun (baca kej. 5:3-5).
3)  Nuh yang Dikasihi Allah
Begitulah Guyss.... keturunan dari Adam-Hawa terus bertambah sampai menjadi bangsa besar, dan sampai pada keturunan ketujuh dari Set lahirlah seorang yang sungguh-sungguh benar di hadapan Allah yaitu Nuh, yang adalah anak Lamekh pada usia 500 tahun. Nama Nuh artinya yang mendatangkan penghiburan (dalam susah payah  hidup di tanah yang telah dikutuk Tuhan). Coba kamu baca kisahnya di kej. 5:28-29. Sementara itu Nuh sendiri mempunyai tiga anak setelah berumur 500 tahun, yaitu: Sem, Ham, dan Yafet.
Manusia semakin bertambah banyak. Mereka masing-masing mencari istri, siapa saja yang disukai dan beranak-pinak. Sehingga Allah menetapkan batas umur manusia hanya sampai 120 tahun saja (baca Kej. 6:1-4). Rasanya ini mau mengatakan ke kita, satu alasan mengapa manusia zaman sekarang mempunyai batas umur jauh lebih pendek daripada orang-orang dahulu ?  Keterbatasan manusia karena usianya semakin diperburuk lagi oleh cara hidupnya sendiri. Disebutkan kecenderungan hati manusia semata-mata hanya kepada kejahatan.
Ini semua membuat hati Allah menyesal. Suatu reaksi terbalik dari ketika peristiwa penciptaan. Kalau dahulu ketika melihat ciptaan Allah sangat berkenan, sekarang ketika melihat ciptaan Allah sungguh menyesal (baca Kej. 6:5-7). Itu terjadi karena satu hal “pelanggaran pada hukum Allah”. Dan itu berarti manusia menolak untuk tetap hidup dalam pengaruh Roh Allah.
Dan persisi seperti dahulu ketika manusia pertama jatuh ke dalam dosa, sikap Allah tetap berbelas kasih pada nasib dan masa depan manusia. Allah memilih Nuh. Allah sangat mengasihani dia, sebab ia seorang yang benar dan tidak bercela, setia beriman kepada Allah (baca Kej. 6:8-22).
Lalu ditunjukkanlah kepada semua orang bagaimana cara Allah memelihara hidup Nuh. Allah memerintahkan Nuh untuk membuat satu bahtera, dan selanjutnya mengumpulkan segala jenis binatang, tujuh pasang untuk binatang yang tidak haram, dan sepasang saja untuk binatang haram.
Dengan demikian terjadilah bencana alam pertama kali di atas bumi ini berupa air bah selama 150 hari, dan melenyapkan segalanya yang di atas bumi (baca Kej. 7:1-24). Sesuai janji Allah, Nuh dan keluarganya diselamatkan. Dalam bulan kedua pada hari yang kedua puluh tujuh bulan itu, Nuh beserta keluarga dan semua binatang bawaan mengawali kehidupan baru. Dan lahirlah perjanjian antara Allah dan Nuh (manusia), “tidak akan ada lagi kutukan yang melenyapkan bumi, sekalipun betapa jahatnya manusia. Selama bumi masih ada tidak akan berhenti pergantian musim, sehingga manusia bisa menabur dan mendapat makan” (bandingkan dengan kej. 8:1-22). Allah juga mengulangi berkat-Nya atas manusia, seperti dahulu untuk manusia pertama, “beranakcuculah dan bertambah banyaklah, serta penuhilah bumi”. Janji itu dimeteraikan dengan suatu tanda (baca Kej. 9:1-17).
4)  Abraham yang Terpilih
Dari antara ketiga anak Nuh, Ham (bapa suku bangsa Kanaan) adalah satu-satunya yang dikutuk Nuh. Sementara dua lainnya mendapat berkat. Dari Yafet lahirlah keturunan bangsa-bangsa yang tinggal di daerah pesisir. Dari keturunan Ham lahirlah bangsa pemburu, dan dari Sem lahirlah bangsa-bangsa di wilayah pegunungan Timur. Dari keturunan Sem inilah nantinya Abram (Abraham) lahir, yaitu dari anak Terah yang adalah keturunan kedelapan Sem.
Tetapi ada episode lain yang disisipkan dan sangat menarik, karena menjadi alasan mengapa bangsa manusia tersebar ke seluruh penjuru bumi dengan bahasa berbeda satu-sama lain, sementara mereka dari keturunan yang sama. Disebut dalam Kitab Suci itu bermula dari peristiwa rencana pembangunan sebuah kota dengan menara mencapai langit. Allah tidak berkenan, dan menggagalkan rencana itu dengan mengacaukan bahasa di antara mereka, sehingga mereka tercerai-berai meninggalkan satu tanah yang mereka diami itu. Dan kota yang ditinggalkan itu disebut Babel, artinya kacau balau atau bingung (baca Kej. 9:18-11:32).

2. Masa Bapa-bapa bangsa: Abraham, Ishak, Yakub (dan Yusuf)
a) Masa Pertama: Abraham
Masa ini mulai sekitar tahun 1800 – 1600 sebelum Masehi. Upss...Guysss harap tidak bingung ya kalau menemukan istilah “sebelum Masehi” (disingkat sM) dan istilah Masehi (disingkat M). Itu untuk menandai periode waktu. Periode tahun Masehi (M) dimulai dengan tahun 1, dan waktu itu juga berakhirlah periode tahun sebelum Masehi (sM). Lantas kapankah mulainya periode tahun sebelum Masehi itu ? Tentu saja harus dihitung mundur dari tahun 1. Contohnya dimulainya peradaban china yaitu 2000 sM artinya 2000 tahun sebelum tahun 1. Jadi patokan tahun Masehi itu dimulai dari tahun 1, dan setelah hitungan dari tahun 1 kita katakan sebagai tahun Masehi. Sedangkan tahun yang sebelum tahun 1 dikenal dengan tahun sebelum Masehi.
Jadiii..... Guyss.... pada masa Bapa-bapa Bangsa, orang-orang hidup dalam kelompok-kelompok suku dengan satuan sosialnya keluarga (ada orang tua, anak lelaki dengan keluarganya, dan sejumlah pembantu). Kepala keluarga memegang  kewibawaan dan kuasa yang besar terhadap seluruh anggota keluarga. Mereka tinggal di tenda-tenda dan berpindah-pindah (seminomad), hidup dari kawanan kambing-domba-keledai, dan berkeliling di antara daerah agak kering (stepa) berupa perladangan dan padang gurun. Para ahli Kitab Suci modern menyebut keadaan sosial ekonomi yag sulit inilah yang dipakai Allah dalam kisah panggilan Abram (baca Kej. 12:10-20, kisah Abram melakukan barter dengan Firaun (= raja), untuk mendapatkan ternak dan budak dengan memberikan Sarai kepada Firaun).
Seperti sudah dikatakan sebelumnya Abram dari keturunan kedelapan Sem, yaitu anak Terah. Kisah Abram dan panggilannya adalah pangkal sejarah keselamatan yang diadakan Allah, melalui keturunannya yaitu Bangsa Israel. Menurut keyakinan iman umat Israel, dan umat Kristen (Israel yang baru); Allah sendiri bertindak untuk menyelamatkan dunia dan umat manusia melalui sejarah penyelamatan, yang dibuka dengan panggilan Abram dan memuncak dalam diri Yesus Kristus.
Kisah situasi para Bapa bangsa Israel (Abram, Ishak, Yakub dan Yusuf) terangkum dalam Kej. 12-50 (coba baca dengan teliti). Kisah panggilan Abram bermula dari Firman Allah kepadanya, supaya pergi dari negeri leluhurnya (kota Ur-Kasdim – di wilayah Mesopotamia) dan berangkat ke suatu negeri (Kanaan) yang akan ditunjukkan kepadanya. Abraham menanggapi panggilan Tuhan dan sejak itu dimulailah proses pengenalan Allah, selangkah demi selangkah. Allah menyesuaikan diri dengan situasi kebudayaan dan daya tangkap mereka yang dipanggil-Nya. Firman Allah ini sekaligus mengandung janji bahwa Abram akan dijadikan bangsa besar (keturunan banyak) dan termasyur, serta menjadi berkat bagi seluruh kaum di muka bumi (jaminan berkat perlindungan). Maka brangkatlah Abram bersama ayahnya Terah, dan dibawa pula Sarai istri Abram yang mandul itu, juga cucu Terah si-Lot.
Sesampai di daerah yang bernama Haran, Terah mati (205 th). Dari Haran dengan membawa istri, keponakan dan segala harta juga orang-orang yang didapat selama di Haran, berangkatlah Abram ke Kanaan. Belum juga sempat masuk ke Kanaan, hampir seluruh negeri itu dan sekitarnya dilanda kelaparan yang hebat, dan mengungsilah Abram ke Mesir. Demikianlah berturut-turut mereka berpindah dari tempat satu ke tempat lain, dan belum juga Abram mempunyai anak. Dari Mesir Abram memperoleh selain ternak juga sejumlah pembantu atau budak, yang salah satunya adalah Hagar. Setelah lama belum juga ada anak, Sarai memberikan Hagar kepada Abram untuk mendapat keturunan dan lahirlah Ismael (seorang laki-laki yang prilakunya seperti keledai liar, penuh dengan permusuhan – baca Kej. 16).
Setelah Abram berumur 99 tahun, Allah kembali membuat perjanjian dengan Abram bahwa ia akan dijadikan bapa sejumlah besar bangsa. Dan mulai saat itu Abram diberi nama baru, Abraham, oleh Allah. Dari pihak Allah akan memberikan keturunan yang sangat banyak dan Ia akan menjadi Allah Abraham serta seluruh keturnannya. Sedangkan dari pihak Abraham, Allah mau supaya ia dan keturunannya tetap setia menjadi umat Allah, dengan bukti sunat yaitu mengerat kulit katan Abraham dan setiap anak laki-laki (umur 8 tahun) dari seluruh keturunan Abraham, juga termasuk setiap anak laki-laki yang didapat Abraham dengan cara dibeli (budak). Demikian juga Sarai istri Abraham sejak itu diberi nama Sara (= ibu bangsa-bangsa) oleh Allah.  Tentang keturunan Allah berjanji bahwa Sara akan melahirkan seorang anak laki-laki yang harus diberi nama Ishak (= Allah telah membuat aku tertawa). Pada saat yang sama Allah juga meminta pendapat Abraham tentang rencana Allah untuk memusnahkan  kota Sodom dan Gomora, sebab kedua kota itu telah menjadi sarang kebejatan dan keberdosaan. Kedua kota ini dikutuk Allah karena ternyata tidak 10 orang pun dari seluruh penduduk kota itu yang takut kepada Allah. Sementara Abraham dan keluarganya, beserta keluarga Lot diselamatkan, kecuali istri Lot menjadi tiang garam (baca Kej. 17-21)
          b) Masa Kedua: Ishak
Kelahiran Ishak menjadi babak kedua masa Bapa-bapa bangsa. Dengan lahirnya Ishak menjadi alasan Abraham untuk mengusir Hagar dan anaknya, yang kemudian keduanya tinggal di padang gurun dan Ismael menjadi seorang pemanah. Sementara tentang Ishak anak Abraham dari Sara ditetapkan Allah menjadi tanda perjanjian dari pihak yang tak terbatalkan. Itu terjadi setelah kesetiaan Abraham diuji Allah, yaitu untuk mempersembahkan anak tunggalnya menjadi kurban bakaran. Setelah Abraham sangat lanjut usia, dan sementara Sara sudah meninggal di usia 127 thn; Ishak dinikahkan dengan seorang wanita terpuji, Ribka anak Betuel yang adalah masih kerabat dekat Abraham yang tinggal di kota Nahor – Mesopotamia. Abraham meninggal di usia 175 thn dan dikubur di samping kubur istrinya Sara di dalam gua Makhpela sebelah timur Mamre. Dari perkawinan Ishak dan Ribka cukup lama tidak ada keturunan, namun setelah berdoa kepada Allah Ribka pun mengandung anak kembar, yang sejak dari kandungan telah saling bertolak-tolakan. Keduanya adalah Esau dan Yakub, yang nanti akan melahirkan dua bangsa besar yang saling bemusuhan sejak dari kandungannya. Anak yang pertama lahir diberi nama Esau (berbulu), sebab  seluruh tubuhnya berbulu dan anak kedua diberi nama Yakub (ia memegang tumit), karena saat lahir memegang tumit Esau. Kelak Esau menjadi seorang yang pandai berburu dan suka tinggal di padang, sementara Yakub seorang yang tenang dan suka tinggal di kemah.
c) Masa Ketiga: Yakub
Masa hidup Yakub menandai babak ketiga masa bapa-bapa bangsa. Bermula dari Firman Tuhan, Esau akan menjadi hamba bagi Yakub. Dan hal itu terbukti benar sejak Esau dua kali melepaskan hak kesulungannya, pertama Esau menukarnya dengan makanan dari Yakub, dan kedua Yakub mencuri berkat kesulungan Esau dari Ishak ayah mereka. Sejak itu kedua bersaudara itu bermusuhan.
Atas bujukan Ribka, Ishak menyuruh Yakub pergi ke Mesopotamia, yaitu ke padan-Aram (Mesopotamia) untuk mengambil istri  dari sana (Lea dan Rahel anak Laban). Dalam perjalananya itu Yakub tiba di suatu padang Lus dan bermalam di situ. Ia bermimpi melihat tangga dengan ujung sampai ke langit. Itulah tempat di mana gerbang surga berada, maka setelah bangun dibuatlah tugu penyembahan bagi Allah dan tempat itu diberinya nama Betel. Ia berjanji bila Allah melindunginya selama perjalanan, kelak Yakub akan mendirikan di situ rumah Allah.
Dari antara kedua istrinya (Lea dan Rahel) Yakub lebih mencintai Rahel, tetapi Allah menutup kandungannya dan membuka kandungan Lea. Dari Lea berturut-turut lahirlah: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Ishakar dan Zebulon. Karena rasa iri hati, Rahel memberikan budaknya (Bilha) ke Yakub untuk mendapat anak baginya. Dari Bilha lahirlah: Dan, Naftali. Karena setelah melahirkan Zebulon kandungan Lea pun tertutup, maka ia memberikan budaknya (zilpa) kepada Yakub dan dari Zilpa lahirlah: Gad, Asyer.  Beberapa saat kemudian ingatlah Allah akan Rahel dan dibukanyalah kandungannya sehingga lahirlah Yusuf. Setelah kelahiran Yusuf, Yakub meminta kepada Laban mertuanya, supaya boleh pergi kembali ke tanah leluhur dengan membawa kedua istri, anak-anak dan segala kepunyaannya.
Setibanya keluarga Yakub di sungai Yabok, setelah menyeberangkan seluruh keluarga dan miliknya, Yusuf bergulat dengan seorang laki-laki  hingga fajar menyingsing. Karena tidak bisa mengalahkan Yakub, dipukullah oleh orang itu sendi pangkal paha Yakub hingga terpelecok. Ternyata laki-laki itu adalah Allah sendiri, dan sejak itu Yakub diberi nama baru Israel, sebab ia telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan ia menang. Yakub menamai tempat itu Pniel (= aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong). Itu alasan orang Israel tidak memakan daging yang menutupi sendi pangkal paha (baca kej. 21-32). Dalam perjalanan berikutnya, Rahel melahirkan anak kedua dan diberi nama Ben-oni, tetapi Yakub menamainya Benyamin. Karena kelahiran yang sulit, meninggallah Rahel dan dikubur di sisi jalan ke Efrata, yaitu Betlehem. Jadi ada 12 orang anak Yakub atau Israel. Nama keduabelas orang anak israel itulah yang nantinya disebut sebagai 12 suku keturunan Israel. Dari keduabelas anaknya itu, kedua anak yang lahir dari Rahel (Yusuf dan Benyamin) mendapat kasih yang lebih besar di hati Yakub (Israel) daripada lainnya, dan itu membuat anak-anak lainnya iri hati.
d) Masa Keempat: Yusuf
Selanjutnya kisah hidup Yusuf bisalah disebut babak keempat masa bapa-bapa bangsa. Yusuf dikarunia oleh Allah kemampuan menafsirkan mimpi dan penglihatan kemasa depan lewat mimpi. Iri hati para saudaranya mengakibatkan rencana kejahatan untuk mencelakakan Yusuf. Demi menggagalkan rencana itu, Yehuda mengusulkan untuk menjualnya saja. Yusuf dijual ke orang Ismael dari Midian seharga 20 syikal perak lalu dibawa ke Mesir. Dari tangan orang Midian, dijuallah Yusuf ke Potifar, seorang pegawai istana Firaun, sebagai budak.
Tuhan menyertai Yusuf, sehingga selalu berhasil dalam pekerjaannnya. Ia sangat dikasihi dan diberi kuasa atas milik tuannya. Karena birahi istri tuannya, Yusuf diberi tuduhan palsu dan dipenjarakan. Kemampuannya menafsir mimpi membuatnya berjumpa dengan Firaun dan Yusuf dipercaya sebagai pemegang kuasa atas seluruh tanah Mesir. Yusuf diberi nama baru Zafnat-Paaneah oleh Firaun, dan diberi pula Asnat anak Potifera, seorang imam di On, sebagai istrinya. Saat itu umur Yusuf 30 tahun. Dari Asnat Yusuf mempunyai dua anak manasye (= Allah telah membuatnya lupa pada kesukaran dan rumah bapanya) dan Efraim (= Allah telah memberinya anak di negeri kesengsaraan).
Seperti ditafsirkan dari mimpi Firaun, terjadilah kelaparan dasyat selama tujuh tahun di seluruh negeri, setelah masa kemakmuran selama tujuh tahun. Sementara di Mesir tetap berlimpah makanan. Peristiwa itu membuka jalan bagi Yusuf untuk berjumpa kembali dengan saudara-saudara dan ayahnya, Israel, yang sangat dicintainya. Sebab ketika itu, saudara-saudara Yusuf pun harus mengadu nasib ke Mesir. Akhirnya Israel dan seluruh keluarganya tinggal di Mesir berkat Yusuf. Mereka diam di tanah Rameses dengan kecukupan makanan. Setelah Israel meninggal di usia 147 tahun, Yusuf tetap tinggal di Mesir hingga kematiannya saat berumur 110 tahun.

3. Mesir – Keluaran – Sinai
           
Okey... Guyss udah sampai ke periode ketiga perjalanan kita. Ini adalah saat yang sangat menentukan, dan ada banyak peristiwa penting dicatat dalam periode ini. Contohnya: Kisah keluaran Israel dari Perbudakan di Mesir lewat Laut Teberau, Kisah terjadinya 10 Perintah Allah, Kisah dosa Mulut orang Israel, dsb. Yuk kita ikuti aja kisahnya.
Periode ini dimulai kurang lebih tahun 1275 - 1225 sM. Tokoh yang menonjol pada masa ini adalah Musa, yang adalah anak dari suami-istri dari keluarga Lewi. Pada masa ini juga diwahyukan nama Allah yang baru, yaitu Yahweh (baca kel. 3). Nama Yahweh dari bahasa Ibrani hayah, artinya “ada”, dengan maksud “berada atau hadir secara aktif demi umat-Nya”.
Pewahyuan ini berhubungan dengan peristiwa pembebasan bangsa Israel dari mesir. Yahweh pertama kali menunjukkan kesetiaan-Nya, dengan sudah menepati janji yang pertama kepada Abraham yaitu keturunan yang banyak; dan selanjutnya Ia juga yang akan menepati janji kedua yaitu mengenai tanah Kanaan sebagai tanah air keturunan Abraham. Peristiwa pembebasan menjadi dasar agama Israel dan pengakuan iman mereka, bahwa Yahweh selalu ada bagi Israel dan Yahweh Allah yang telah membebaskan mereka dari mesir (baca lengkap pada Keluaran 1-40).
Pada masa Empat ratus tahun setelah Yusuf memboyong keluarganya pindah ke Mesir. Setelah kematian Yusuf, di Mesir tampillah seorang Firaun yang tidak mengenal Yusuf dan ia mulai menindas keturunan Israel, yang sedemikian banyak jumlahnya. Mereka tidak hanya dijadikan budak tetapi juga setiap anak laki-laki yang lahir dari antara mereka harus dibunuh. Sifra dan Pua adalah dua orang bidan Mesir yang diberi perintah oleh Firaun untuk membunuh bayi-bayi Israel, tetapi keduanya menolak karena takut akan Allah. Sementara itu pasangan suami-istri dari keluarga Lewi melahirkan anak ketiga, seorang bayi laki-laki. Karena takut kepada Firaun, setelah berumur tiga bulan dihanyutkanlah bayi itu di sungai Nil pada sebuah peti (keranjang) pandan. Ibu bayi itu meminta kedua saudaranya (Miriam dan Harun) mengawasi. Keranjang rotan dan bayi itu ditemukan oleh puteri Firaun. Diambillah bayi itu dan dicarikan inang pengasuh, seorang Ibrani (ibu bayi itu sendiri). Setelah berumur tiga tahun dikembalikanlah anak itu ke putri Firaun dan diberi nama Musa (= diangkat dari air). Musa yang tumbuh di lingkungan istana Firaun, tetapi berdarah dan berjiwa suku Ibrani.
Panggilan Allah bagi Musa berawal dari peristiwa ketika ia telah dewasa dan melihat kerja paksa saudara-saudara sebangsanya. Kejadian pemukulan seorang Mesir terhadap seorang Ibrani, mendorongnya untuk membunuh orang Mesir tersebut. Sejak itu Musa melarikan diri ke tanah Midian dalam pengejaran Firaun. Selanjutnya dikisahkan Musa berjumpa dengan Yitro (seorang imam Midian) yang mempunyai tujuh anak perempuan. Salah satu dari mereka adalah Rahuellah Zipora (Rahuel), yang kemudian diberikan kepada Musa sebagai istrinya. Dari Rahuel lahirlah Gersom (= pendatang di negeri asing). Ratapan orang Israel atas penindasan yang dialami, menggerakkan hati Allah untuk mengingat perjanjiannya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Allah memperhatikan orang Israel dengan memanggil Musa, yang ketika itu sedang menggembalakan kambing domba Yitro di gunung Allah, Horeb. Ini peristiwa pertama kali Allah menampakkan dan memperkenalkan diri pada Musa dalam rupa semak duri menyala. Allah menyebut diri sebagai Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. Allah ingin Musa membawa orang Israel ke luar dari mesir ke tanah yang berlimpah susu dan madu; dan ketika kelak Musa dan dan orang Israel telah bebas dari mesir mereka akan beribadah kepada Allah di gunung Horeb. Dengan bekal kuasa membuat tiga mukjizat (tongkat menjadi ular, mukjizat kusta pada tangan, dan mengubah air sungai Nil menjadi darah); Musa diyakinkan Allah sendiri untuk membuat orang-orang Israel percaya kepadanya. Keberatan Musa karena tidak fasih berbicara, menimbulkan marah Allah dan diberikanlah Harun (saudara kandungnya) sebagai penyambung lidah bagi Musa (baca kel. 1-4:17).
Kemarahan Allah atas banyak alasan dan keberatan Musa sempat membuat Allah ingin membunuh Musa. Hal itu terjadi ketika dalam perjalanan ke Mesir, Allah memakai Zifora untuk rencana-Nya. Namun Zifora tidak mau melakukan dan memilih untuk menjadikan Musa sebagai “pengantin darah” baginya. Sambil membawa keluarganya sendiri, Musa ke mesir menjumpai Harun dan keduanya menghadap Firaun dengan peringatan seperti yang telah dikatakan Allah kepada Musa. Berulang kali Musa dan harun meminta supaya Firaun membiarkan orang-orang Ibrani keluar dari Mesir, tetapi sebanyak itu pula Firaun menolak dan menindas lebih kejam lagi. Demikian pula orang-orang Ibrani tidak mendengarkan Musa. Hingga Allah sendiri menurunkan sepuluh tulah (air menjadi darah, katak, nyamuk, lalat pikat, penyakit sampar pada ternak, barah [gelembung air-nanah pada tubuh manusia dan binatang], hujan es, belalang, gelap gulita, dan anak sulung mati) atas bangsa Mesir sebagai peringatan keras bagi mereka.
Menjelang berakhirnya masa perbudakan di Mesir, Allah menetapkan aturan peribadatan yang harus dipelihara dan dilaksanakan oleh seluruh orang Israel, dan juga oleh orang asing yang telah disunatkan dan diterima sebagai bagian dari orang Israel. Allah menetapkan tentang peraturan perjamuan Paskah (= Tuhan lewat – dan dengan kekuatan tangan-Nya Tuhan membawa keluar israel dari perbudakan di Mesir) atau hari roti tak beragi; dan penetapan hari sabat sebagai hari Tuhan di mana orang tidak boleh bekerja, kecuali menyiapkan sekedar yang dibutuhkan untuk makan (baca Kel. 12:1-39. 43-50).
Pada akhirnya, dengan bimbingan tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari Israel dituntun Allah keluar dari Mesir, melewati jalan di padang gurun menuju Laut Teberau. Dan Musa sambil membawa tulang-tulang Yusuf memimpin peristiwa keluaran itu. Peristiwa pembebasan sungguh menjadi kisah legendaris yang sangat melekat di hati bangsa Israel, khususnya ketika dengan kuasa Allah, Musa membelah Laut Teberau hingga menjadi tanah kering bagi Israel, sementara bagi Firaun dan tentaranya Laut Teberau telah menjadi kuburan masal.
Ketika menyaksikan atas segal yang sudah lakukan, Miryam (saudara perempuan Harun dan Musa) memimpin para wanita menyanyikan puji-pujian sambil menabuh rebana. Warisan pujian bangsa Israel atas peristiwa dasyat itu sekarang kita lanjutkan dalam bentuk madah paskah, yang setiap perayaan malam Paskah setelah bacaan III dari Kitab keluaran 14:15 – 15:1 selalu kita nyanyikan.
Setelah peristiwa pembebasan, terjadilah beberapa kali sungut-sungut dan pikiran jahat orang Israel. Sungut-sungut pertama, ketika setelah selama tiga hari dalam pengembaraan dari tepi Laut Teberau melewati padang gurun Syur, tidak menemukan air untuk diminum, kecuali hanya sebuah kolam air payau di Mara yang pahit rasa airnya. Sungut-sungut kedua, setelah dari Elim dan tiba di gurun Sin (di antara Elim dan Gunung Sinai), orang Israel kehabisan bekal roti. Keluhan dijawab Allah dengan menurunkan roti “manna” dari langit pada pagi hari dan burung puyuh pada petang hari. Sungut-sungut ketiga, dalam perjalanan dari gurun Sin mereka kehabisan air untuk orang-orang maupun untuk ternak mereka. Allah memberi air dari gunung batu di Horeb. Tempat itu kemudian dinamai Masa dan Meriba, karena Orang Israel sudah bertengkar dan mencobai Tuhan dengan berkata, “adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?” (baca Kel. 15: 22 – 17:7).
Pada bulan ketiga orang Israel sampai di padang gurun Sinai. Di tempat inilah terjadi peristiwa-peristiwa penting. Di antaranya Allah menegaskan perjanjian-Nya, jika Israel sungguh berpegang pada Firman dan perjanjian dengan Allah, maka Israel akan dijadikan harta  kesayangan Allah sendiri dari antara segala bangsa. Israel akan dijadikan kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Untuk maksud itu, Allah memberikan 10 perintah-Nya untuk ditaati.
Selain itu masih ada lagi peraturan-peraturan lain yang diberikan untuk orang Israel (yaitu tentang: Kebaktian, budak ibrani, jaminan nyawa sesama, jaminan harta sesama manusia, orang-orang yang tidak mampu, dosa yang keji, hak-hak manusia, dan hari-hari raya). Pada kesempatan lain, Allah memanggil lagi Musa dan Yosua (dia adalah keturunan dari suku Efraim yang sebelumnya bernama Hosea bin Nun, nantinya dia terpilih sebagai salah satu dari 12 pengintai ke Kanaan dan saat itu Musa mengganti namanya dengan Yosua) naik ke puncak Sinai. Allah ingin memberikan dua loh batu yang padanya tertulis hukum dan perintah, untuk diajarkan kepada orang Israel.
Selain dua loh batu itu, Allah menyuruh Musa untuk mendirikan baginya kemah suci dan tabut perjanjian, lalu aturan tentang roti sajian dan tentang kandil lampu dari emas murni (tentang kandil inilah yang sering menjadi dasar perdebatan antara Gereja Katolik dan Protestan, menyangkut jumlah kitab dalam Kitab Suci PL [baca Kel. 25:31-40]. Protestan memakai perikop itu untuk mengatakan kitab PL hanya berjumlah 38, karena mereka membuang ayat 37 pada perikop itu. Sedangkan Katolik menegaskan ada 45 kitab PL, dengan menafsirkan ayat 37 sebagai simbol 7 kitab Deuterokanonik yang tidak boleh ditinggalkan atau dalam tafsiran berikut terang lampu itu adalah simbol Roh Kudus.) Selain itu, ada juga aturan tentang busana peribadan untuk para imam, lalu cara penahbisan imam dan sebagainya.
Setelah itu, Musa dan Yosua turun sambil membawa dua loh batu itu. Tetapi karena Musa terlalu lama di puncak Sinai, bosanlah orang Israel menunggu dan mereka mendesak Harun untuk membuat “allah” yangg bisa mereka lihat dan berjalan di antara mereka. Maka mereka membuat anak lembu emas tuangan, dari bahan perhiasan emas yang ada pada mereka. Dengan itu Israel sungguh telah berdosa berat, karena mengingkari perjanjian yang baru saja diingatkan Allah. Sebagai peringatan Musa menghancurkan dua loh batu yang ada di tangannya dan membakar patung anak lembu emas tuangan. Pelanggaran itu harus dibayar dengan nyawa, sebagai bentuk pembersihan, maka musa mengumpulkan orang-orang yang masih mau setia kepada Allah (keturunan bani Lewi) lalu membinasakan semua yang tidak setia kepada Allah.
Sejak saat itu Allah bersumpah tidak akan pernah lagi berjalan di antara orang Israel, sebab di mata Tuhan mereka adalah bangsa yang tegar tengkuk. Sebagai gantinya Musa diperintahkan untuk membangun kemah suci, dan memahat dua loh batu, lau membawanya ke puncak Sinai. Di sana Musa tinggal selama 40 hari dan 40 malam untuk menulis ulang 10 perintah Allah pada dua loh batu itu. Itulah kelak sebagai tanda kehadiran Allah di antara bangsa Israel. Demikianlah dibuat dan diselesaikan Musa segala yang diperintahkan Allah kepadanya (baca Kel. 19-40).
4. Perebutan Kanaan – Zaman Hakim-hakim
            Masa ini mulai sekitar tahun 1225 – 1030 sM. Sejumlah tokoh terkemuka dan sangat menonjol perannya antara lain: Yosua dan sejumlah orang Israel yang dipanggil Allah sebagai hakim atas bangsa itu (di antaranya yang terkenal adalah: Gideon, Debora, Barak, Yefta, Simson dan Samuel). Yosua berperan penting memimpin Israel memasuki, merebut dan menduduki Kanaan. Sementara itu para hakim berperan penting sebagai pemimpin karismatis dalam usaha pemurnian kembali hidup beriman bangsa Israel (sebab setelah Israel menjalani hidup di Kanaan, tidak bisa dihindarkan lagi merekapun pelan-pelan terpengaruh dengan segala bentuk kebiasaan orang Kanaan dan bangsa-bangsa sekitar). Selain peranan di atas, “Hakim” juga dimaksudkan sebagai gelar dan otoritas bagi seseorang yang secara khusus diberi wewenang untuk menyelesaikan segala persoalan entah menyangkut keamanan dari bangsa sekitar, atau juga persoalan internal di antara suku-suku Israel sendiri. Kekuasaan Hakim terbatas pada satu atau beberapa suku saja.
1.   Perebutan Kanaan
            Sebelum ke periode zaman hakim-hakim, masih tersambung satu bagian penting sebagai pelaksanaan janji kedua Allah bagi segenap keturunan Abraham, Ishak dan Yakub, yaitu memasuki negeri yang berlimpah susu dan madu, Kanaan. Belum jauh meninggalkan
Sinai, orang Israel kembali bersungut-sungut dan mengeluh. Mereka merasa bosa hanya makan manna; mereka ingin daging, ikan, buah-buahan, dan sayur-mayur. Sikap serakah dan rakus yang nanti membuat mereka terhukum dan mati. Allah menjawab dengan menyediakan burung puyuh yang bertumpuk di sekitar perkemahan mereka hingga tiga meter tingginya. Orang Israel yang rakus berebut memperoleh sebanyak-banyaknya tanpa mengucap syukur kepada Allah. Allah menghukum mereka dengan tulah. Tempat itu dinamakan Kibrot-Taawa, artinya kubur untuk mereka yang rakus (baca Bilangan 11:4-23. 31-35). Hati jahat dan iri hati juga ada pada Harun dan Miryam (saudara kandung Musa). Mereka mempertanyakan kelebihan Musa daripada orang lain, dan memperguncingkan tentang perempuan Kush yang diperistri Musa. Allah marah dan mengutuk Miryam sehingga tubuhnya penuh kusta dandikucilkan 7  hari di luar kemah orang Israel (baca Bil. 12:1-15).
Ketika berkemah di padang gurun Paran, Allah menyuruh Musa memilih 12 orang mewakil 12 suku Israel untuk menjadi pemimpin, yang akan ditugaskan sebagai pengintai ke Kanaan. Satu di antaranya Hosea bin Nun (suku Efraim). Musa mengganti namanya dengan Yosua (kelak dialah yang terpilih memimpin Israel masuk Kanaan). Dari hebron, para pengintai melihat tempat itu ditinggali oleh tiga suku (Ahiman, Sesai, dan Talmai) keturunan Enak, yaitu suku dengan perawakan tinggi, besar dan berotot kuat. Namun di sana berlimpah hasil bumi, sungguh negeri yang berlimpah susu dan madu.
Kabar ini membuat orang Israel memberontak terhadap Musa dan Harun dan mulai bersungut-sungut, “Tuhan membawa mereka ke negeri ini hanya untuk mati oleh pedang dan istri-anak menjadi tawanan”. Karena itu mereka ingin mengangkat seorang pemimpin dan kembali ke Mesir.
Tetapi tidak begitu dengan Yosua dan Kaleb bin Yefune (seorang utusan dari suku Yehuda). Sebagai hukuman orang-orang Israel itu tidak akan pernah masuk ke tanah Terjanji, kecuali Yosua dan Kaleb, bersama anak dan cucu orang Israel. Jadi atas kehendak Allah, orang Israel dihukum mengembara di padang gurun selama 40 tahun lamanya, sehingga angkatan orang Israel yang berdosa itu mati semuanya tanpa pernah bisa masuk ke tanah Kanaan (baca Bil. 13:1-14:45; Ulangan 1:34-36). Musa mati di usia lebih seratus tahun, masih kuat, penglihatan dan pikiran masih baik. Musa memberi nasihat terakhir dan membuat satu nyanyian tentang kasih Tuhan, dan untuk terakhir kalinya, Musa meminta Tuhan agar diperbolehkan melihat Kanaan. Tuhan mengijinkannya lewat puncak gunung Nebo, tetapi tidak mengijinkan Musa ikut memasuki negeri itu (baca Ulangan 31:1-34:7).
            Setelah Musa mati, Allah memilih Yosua untuk memimpin Orang Israel. Berpuluh tahun sesudahnya, ketika mereka telah berkemah di tepi Sungai Yordan, Yosua memilih dua orang terlatih untuk memata-matai kota Reriko. Atas pertolongan seorang perempuan Yerikho (Rahab) mereka berhasil lolos dari pengejaran tentara dan kembali kepada Yosua, dengan informasi bahwa orang Yerikho takut terhadap orang Israel. Selang beberapa hari kemudian orang israel dengan dipimpin Tabut Perjanjian yang diusung para imam menyeberangi Sungai Yordan. Peperangan pertama terhadap orang Yerikho, Allah membuat mukjizat dengan merobohkan tembok kota, tanpa sedikitpun orang Israel berlelah-lelah, kecuali para imam saja yang terus meniup sangkakala selama tujuh hari. Pada hari ketujuh ketika Israel mengelilingi yang ke tujuh kali, tembok pun runtuh dan direbutlah Kota Yerikho. Hanya satu keluarga orang Yerikho yang selamat, yaitu keluarga Rahab yang pernah menolong mata-mata suruhan Yosua (baca Yosua 3:14 – 6:27).
            Bangsa Israel akhirnya mendiami tanah yang dijanjikan. Berkat Tuhan melindungi dan memberi keberhasilan bagi Israel. Sejak itu Israel yang semula suku seminomad, penggembala ternak dan hidup di kemah-kemah, berubah menjadi suku bangsa yang hidup menetap dan berladang. Selama kepemimpinan Musa dan Yosua Israel telah menundukkan 31 raja dan menguasai kerajaan mereka. Sebelum kematiannya, Yosua mengingatkan kembali, bahwa semua berkat dan keberhasilan telah mereka dapatkan dari Tuhan, maka selayaknya mereka mengingat tentang hal itu dan tidak meninggalkan Tuhan nenek moyang mereka, dengan menyembah patung allah orang asing. Seluruh bangsa Israel itu setuju dan pada hari itu juga Yosua mengikat perjanjian dengan bangsa itu, serta membuat ketetapan dan peraturan bagi mereka di Sikhem. Inilah pembaharuan perjanjian, yang dulu pernah dilakukan antara Allah dan para bapa bangsa, serta antara Allah dan Musa, leluhur mereka. Sejak itu, orang Israel mulai mengenal identitas dirinya sebagai suatu bangsa, dan bukan lagi sebagai suku-suku yang terpisah (baca Yosua 21:43 – 24:33).
2.   Zaman Hakim-hakim
Setelah sekian lama tinggal di tanah yang baru, Israel tidak lagi mematuhi perintah Tuhan. Mereka melupakan semua kisah tentang sejarah keselamatan juga tentang pembaharuan perjanjian di Sikhem. Ada bahaya serius menyangkut keagamaan mereka, sebab selama ini agama nenek moyang pada Yahwe belum cukup dipahami, apakah juga bisa menjamin kesuburan tanah, ternak dan manusia ? Sementara itu kebutuhan mereka sekarang sebagai petani yang telah menetap, berbeda dengan ketika dulu masih sebagai suku seminomad yang terus mengembara.
Pada saat yang sulit itu, muncullah orang-orang yang menjadi pemimpin karismatis, yang diterima oleh satu atau beberapa suku Israel sebagai pemimpin religius dan politis. Secara religius mereka mengingatkan Israel akan kasih setia dan kekuasaan Tuhan, yang diikat dalam perjanjian kesetiaan antara Allah dan Israel. Secara politis mereka mengambil keputusan untuk kedua belas suku itu, serta sekaligus sebagai pejuang yang hebat. Secara berurutan yang dipilih Tuhan sebagai Hakim adalah: Otniel (suku Yehuda), Ehud (suku Benyamin), Debora dan Barak (suku Naftali), Gideon (suku Abiyezer), Yotam (suku Gilead), Simson (suku Dan), dan Samuel (anak Elkana dan Hana dari Ramataim Zofim di pegunungan Efraim. Pada masa ini, terjadi pasang – surut situasi keberimanan Israel. Di samping Yahweh, Israel juga mengambil alih sistem keagamaan kesuburan di Kanaan; jadi terjadilah sinkretisme, menerima Yahweh sekaligus ada praktek kepada dewa-i kesuburan (Baal dan Astarte).
Persoalan sinkretisme menjatuhkan Israel ke dosa melupakan perjanjian kesetiaan di Sikhem dan perjanjian kesetiaan antara Allah dengan nenek moyang Israel. Ketika Israel meninggalkan Yahweh diserahkanlah mereka kepada musuh dan ditindas, namun ketika mereka ingat dan kembali ke Yahweh diutuslah seorang hakim untuk mereka. Demikian selalu terulang. Pesan utamanya, Yahweh tetap setia pada perjanjian-Nya dan memelihara Israel dengan berkat yang telah dijanjikan, tetapi setiap orang yang berdosa tetap harus dihukum.
Dari sekian kisah para hakim, ada beberapa di antaranya cukup terkenal. Salah satunya adalah tentang Gideon. Ia dipilih Tuhan sebagai hakim bagi Israel setelah masa Debora dan Barak. Saat Debora dan Barak masih hidup, Israel bisa hidup dengan aman selama 40 tahun. Namun sesudahnya Israel kembali berdosa. Segeralah Tuhan menyerahkan mereka ke tangan orang Midian. Ratapan Israel kepada Tuhan dijawab dengan hadirnya Gideon anak Yoas dari suku Abiezer. Karena Gideon itu termuda dari antara orang sesukunya, dan sukunya adalah yang terkecil daripada suku lainnya, ia merasa tidak yakin dengan rencana Tuhan atas dirinya. Gideon meminta tiga tanda dari Tuhan, bahwa ia memang akan berhasil melawan orang Midian, yaitu: terbakarnya daging persembahan karena sentuhan tongkat malaikat Tuhan, embun tebal hanya pada bulu domba yang dibentangkan di atas tanah kering, embun di seluruh tanah namun tidak membasahi bulu domba yang dibentangkan di atas tanah. Memulai karyanya, Tuhan memerintahkan Gideon untuk membuat mezbah baru dan persembahan di atasnya, dengan merobohkan mezbah Baal yang dipakai orang Israel. Inilah alasannya Gideon diberi nama baru Yerubaal (baca Hak. 6:11-40). Kemenangan yang diberikan Tuhan melalui Gideon sangat menakjubkan, yaitu mengalahkan orang Midian hanya dengan 300 orang tentara saja dan dengan bunyi sangkakala serta obor di tangan. (baca.  Hak. 7:1-8).  Tuhan memberi Gideon umur panjang dengan 70 putra, yang salah satunya bernama Abimelekh (baca Hak. 7:1 – 8:29).
Setelah Gideon meninggal, Abimelekh ingin menjadi penguasa. Ia mengumpulkan seluruh kerabat dari ibunya di Sikhem, yang kemudian menyetujuinya menjadi raja. Karena itu, Abimelekh membunuh seluruh saudaranya, kecuali satu orang, Yotam (anak bungsu Gideon) yang berhasil menyembunyikan diri. Upacara pentahbisan sebagai raja bagi Abimelekh dilakukan di dekat tugu perjanjian di Sikhem. Pada saat itu Yotam melihat dari gunung Gerizim dan berteriak lantang mengucapkan kutukan, yaitu bila apa yang dilakukan orang Sikhem ini benar biarlah sukacita ada pada mereka, tetapi jika keliru api akan membakar habis seluruh orang Sikhem. Dan apa yang terjadi setelah tiga tahun pemerintahan Abimelekh, rakyat Sikhem memberontak kepada Abimelekh dan menuntut agar darah 70 saudara Abimelekh yang terbunuh dibalaskan atas Abimelekh dan semua orang Sikhem yang membuat persetujuan atas peristiwa itu. Para pemberontak ditumpas oleh Abimelekh dengan membakar hidup-hidup semua penduduk kota menara Sikhem. Abimelekh sendiri mati pada saat mengejar penduduk Tebes, yang bersembunyi di menara kota. Saat itu ditimpakan batu kilangan pada kepala Abimelekh hingga pecah, lalu ia dibunuh dengan pedang atas permintaannya sendiri demi menutupi rasa malu (baca Hak. 9:1-54).
Hakim berikutnya yang juga terkenal adalah Simson. Yang dipilih Tuhan setelah Yefta mati dan Israel kembali hidup sesat. Tuhan menyerahkan Israel ke tangan orang Filistin selama 40 tahun. Manoah (suku Dan) hidup di Zora telah beristri tetapi lama tidak punya anak. Tuhan melepaskan aib mereka dengan lahirnya Simson, yang kelak akan menjadi nazir Allah. Sebagai persiapannya orang tua Simson tidak boleh mabuk atau makan yang haram selama mengandung. Dan kelak tidak ada pisau cukur yang boleh menyentuh rambut Simson. Selama 20 tahun Simson menjadi hakim bagi Israel, tidak ada musuh yang berani mengganggu. Simson mengajari bangsanya cara untuk mengikuti hukum Tuhan. Simson jatuh hati pada seorang perempuan bernama Delila dari lembah Sorek. Perempuan ini amat jahat dan bersekutu dengan orang Filistin untuk membunuh Simson, dengan upah 1100 uang perak. Karena diperdaya oleh Delila, Simson memberi tahu pantangan yang akan menghilangkan kekuatannya. Delila memberitahukan kepada orang Filistin dan mereka berhasil menangkap Simson. Akhirnya Simson mati bersama dengan orang Filistin tertimpa reruntuhan bangunan, yang dirobohkannya setelah Tuhan memulihkan kekuatan Simson (baca hak.13:1 - 16:31).
5. Zaman Raja – Raja
            Di akhir periode Hakim-hakim, di Israel tampillah seorang Tokoh, Samuel namanya (anak Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, dari suku Efraim. Samuel adalah anak dari istri pertama, Hana). Samuel adalah hakim terakhir dan terbesar bagi Israel. Ia mempersiapkan dan mendampingi pergantian dari masa hakim-hakim (1200-1030) ke masa kerajaan (1030-930). Menurut tradisi, ia bekerja sebagai imam di tempat suci di Silo, sebagai nabi, dan pemimpin suku-suku dalam melawan orang Filistin. Ancaman yang semakin kuat dari Filistin menuntut Samuel dan Israel, untuk memilih lembaga kerajaan. Ada pula kekhawatiran bahwa dengan peralihan itu akan dipandang sebagai tanda kurang percaya kepada kepemimpinan Tuhan. Namun pada kenyataannya, Israel tidak cukup kuat menghadapi tekanan bangsa asing, khususnya Filistin. Secara berurutan tampillah orang-orang yang dipilih Allah, demi memenuhi permintaan Israel untuk mempunyai raja yang memerintah mereka. Tiga raja pertama yang sangat termasyur, yaitu: Saul, Daud, Salomo. Setelah itu Israel terpecah menjadi dua kerajaan.
a.   Kelahiran Samuel         
Kisah tentang Samuel termasuk satu bagian yang amat tersohor di kalangan Katolik, khususnya tentang panggilannya. Bermula dari keluarga dari suku Efraim yang tinggal di pegunungan Efraim, yaitu Elkana yang mempunyai dua Istri (Hana dan Penina). Mereka rajin beribadah di Silo, yang dipimpin oleh kedua anak imam Eli, yaitu Hofni dan Pinehas. Kedua anak ini sangat kurang ajar kelakuannya, dengan sering mencuri atau merampas daging hewan kurban. Adapun Hana istri tua Elkana tidak mempunyai keturunan, sementara madunya Penina memberi beberapa anak ke Elkana. Ini menjadi alasan Penina selalu menyakiti hati Hana dan menumpahkan iri hatinya karena Elkana lebih sayang Hana. Pada saat imam Eli memimpin upacara di tempat ibadat itu dilihatlah olehnya Hana berdoa tanpa kata sambil menangis. Eli memberkati Hana. Beberapa saat kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki, Samuel.  Setelah berusia tiga tahun dibawalah Samuel ke Silo dan diasuh oleh imam Eli. Dari sejak kecil Samuel sudah bersama Eli mempersembahkan kurban bagi Tuhan. Hingga suatu malam Samuel mendengar panggilan Tuhan. Samuel tumbuh menjadi nabi besar. Ia menyampaikan kepada Israel yang dikehendaki Tuhan. Samuel juga menjadi hakim atas seluruh orang Israel seumur hidup. Setelah ia menjadi tua diangkatkal anak-anaknya (Yoel dan Abia) menjadi hakim pengganti, tetapi mereka tidak hidup sebagaimana ayahnya. Kedua anak Samuel itu hanya mengejar lana bagi diri sendiri. Karena itu berkumpullah tua-tua Israel dan menemui Samuel di Rama, untuk mengangkat seorang raja atas Israel. Seperti kehendak Tuhan, Samuel meluluskan permintaan itu dan memberitahu lima konsekuensi yang harus mereka penuhi sebagai hak raja (baca 1 Sam. 8:11-18). Para tua-tua Israel menolak semua perkataan Samuel dan tetap menuntut seorang raja manusia bagi mereka.
b.   Raja-raja Pertama
Saul seorang dari suku Benyamin. Ia anak dari Kish bin Abiel, bin Zeror, bin Bekhorat, bin Afiah. Bermula dari hilangnya keledai-keledai betina Kush, disuruhlah Saul dengan seorang bujang untuk mencarinya ke pegunungan Efraim dan sekitarnya. Pengembaraan ini mempertemukan Saul dengan Samuel. Setelah Saul sempat menumpang di rumah Samuel; esok paginya Samuel mengurapi kepala Saul dengan minyak. Samuel pun menyatakan segala yang difirmankan dan ditetapkan Tuhan atas Saul. Setelah Saul diperkenalkan dan dilantik sebagai raja atas Israel di hadapan Tuhan di Mizpa, dituliskanlah oleh Samuel tentang hak-hak kerajaan pada suatu piagam lalu diletakkan di hadapan Tuhan (baca 1 Sam. 9:1 – 10:27). Pada hari setelah Saul berhasil memimpin Israel memperoleh kemenangan atas orang Amon yang mengancam suku Yabesh, berkumpullah orang Israel bersama Saul dan Samuel di Gilgal. Di sana diperbaharuilah pengangkatan dan pengakuan Saul atas raja Israel, sebab sebelumnya masih ada pula yang menolak Saul sebagai raja karena berasal dari suku yang kecil, Benyamin. Saul bersama seorang dari anak laki-lakinya yang bernama Yonatan telah berhasil memukul mundur banyak musuh. Sebagaimana difirmankan Tuhan Saul memang harus menumpas seluruh musuh dan segala ternak yang ada pada mereka. Namun suatu ketika, Saul melanggar perintah itu dengan mengambil rampasan, yaitu raja Agag orang Amalek,  beserta ternaknya yang gemuk-gemuk. Samuel menjadi seorang yang tamak dan mementingkan diri sendiri. Tuhan menyesal telah memilih Saul menjadi raja. Samuel menyampaikan penyesalan Tuhan itu kepada Saul. Sejak itu dan sampai kematiannya, Samuel tidak pernah lagi berjumpa dengan Saul (baca 1 Sam. 11:1 – 15:35).

c.   Daud Diurapi Menjadi Raja
Karena pelanggaran Saul, Allah menyuruh Samuel untuk menemui calon raja baru bagi Israel. Allah memerintahkannya pergi ke Betlehem untuk menemui anak-anak Isai. Isai adalah anak Obed dari keturunan Peres.  Di Betlehem, Samuel mengundang semua tua-tua untuk mempersembahkan kurban kepada Tuhan dan melakukan upacara penyucian diri. Isai dan anak-anak lelakinya juga diundang. Seturut Firman Tuhan, Samuel mengurapi Daud anak Isai yang bungsu, seorang penggembala ternak di ladang. Sejak diurapi, Daud dipenuhi dengan kuasa Roh Tuhan. Sebaliknya Saul semakin menjauhi Tuhan dengan kejahatannya, dan Roh Tuhan pun meninggalkan Saul. Daud dipanggil Saul ke istana untuk menghiburnya dengan petikan kecapi dalam perkara seringnya ia melihat berbagai hal aneh. Daud semakin terkenal karena keberhasilannya mengalahkan Goliat panglima tentara Filistin dalam suatu medan pertempuran. Dengan nama Tuhan semesta alam, Daud menghadang tentara Filistin dan menakhlukkan Goliat hanya dengan umban dan batu.

Perjumpaan Daud dengan Yonatan membuat jiwa kedua orang itu berpadu dan Yonatan sangat mengasihi Daud seperti mengasihi jiwanya sendiri. Yonatan berulang kali membantu Daud terhindar dari ancaman jahat Saul, oleh  karena rasa irinya kepada Daud yang selalu menang dalam pertempuran. Daud mengalahkan Saul tanpa melukai sedikitpun. Dengan bukti potongan ujung jubah Saul, Daud membuktikan dirinya bukanlah musuh bagi Saul. Lalu dibuatlh perjanjian bahwa Saul membiarkan Daud hidup, dan supaya Daud membiarkan keturunannya tetap hidup serta tidakakan menghapuskan nama Saul dari silsilah keturunannya ketika nanti Daud menjadi raja. Tetapi rupanya kejahatan dan iri hati tetap ada di hati Saul. Ia kembali memburu Daud, hingga suatu kesempatan kembali Daud mengalahkan Saul tanpa melukai, yaitu hanya dengan mengambil tombak dan kendi air yang ada di samping Saul saat tidur. Akhir dari masa pemerintahan Saul bersamaan dengan dikalahkannya tentara Israel oleh orang Filistin. Saat itu ketiga anak Saul, termasuk Yonatan, mati dalam peperangan, sementara Saul memilih mati dengan pedangnya sendiri (baca 1 Sam. 18:1 – 31:13).

Setelah kematian Saul dan anak-anaknya, Daud berangkat ke Yehuda dan menetap di Hebron bersama kedua istrinya (Ahinoam dan Abigail). Oleh kaum Yehuda Daud diurapi menjadi raja atas mereka. Selama tujuh tahun enam bulan Daud memerintah di sana. Selama di Hebron Daud mempunyai anak-anak lelaki: Amnon (dari Ahinoam), Kileab (dari Abigail), Absalom (dari Maakha –yang diperistri di Hebron), Adonai (dari Hagit –yang diperistri di hebron), Sefaca (dari Abitail), Yitream (dari Egla –yang diperistri di Hebron).  Selain dengan para bangsa musuh, Daud juga terus berperang dengan keluarga-keluarga Saul yang tidak menerimanya. Namun pada akhirnya datanglah pula suku Israel kepada Daud dan memintanya untuk menjadi raja juga atas mereka. Daud berusia 30 tahun ketika ditetapkan sebagai raja atas Yehuda dan Israel. Sejak ditetapkan sebagai raja atas seluruh Israel (Yehuda dan Israel) Daud memerintah lagi selama 33 tahun. Pada masa itulah Israel mencapai masa kejayaan sebagai satu negara besar. Daud memilih Yerusalem sebagai pusat kerajaan, dan menamainya Kota Daud. Selain istri-istrinya yang dibawa dari Yehuda, Daud kembali mengambil gundik dan istri selama di Yerusalem dan lahirlah anak-anak laki baginya: Syamua, Sobab, Natan, Salomo, Yibhar, Elisua, Nefeg, Yafia, Elisama, Elyada, dan Elifelet. Daud pun memutuskan untuk memindahkan Tabut Perjanjian ke Yerusalem. Namun Tuhan tidak mengijinkan Daud membangun bait Allah pada masa kepemimpinannya. Tuhan memilih pada masa kepemimpinan salah seorang anak dari Daudlah, bait bagi Tuhan akan dibangun. Demikianlah Daud telah memimpin bagi seluruh Israel dan menegakkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsa (baca 2 Sam. 1:1 – 7:17).

Kebesaran Daud runtuh karena kebiasaannya untuk selalu mendapatkan perempuan yang disenanginya. Ketika Daud melihat Betsyeba istri Uria (salah seorang perwira tentara Daud dari keturunan orang Het), Daud mengambil Betsyeba dan tidur dengannya. Untuk menutupi kesalahan itu, Daud menyuruh Uria bertempur di barisan terdepan hingga mati. Setelah kematian Uria, Daud mengambil Betsyeba sebagai istri. Dosa Daud mendatangkan kutukan, yang disampaikan nabi Natan, bahwa anak-anak Daud akan saling berkelahi, dan anak pertama dari Betsyeba akan mati. Anak pertama bagi Daud pun mati. Baru setahun kemudian Betsyeba melahirkan lagi anak laki-laki, yang diberi nama Salomo. Tuhan menyuruh Natan agar anak itu diberi nama Yedija (=karena Tuhan). Sekian lama sesudahnya Israel dilanda perang saudara. Anak-anak Daud seperti dinubuatkan Natan, mereka saling berebut kekuasaan dan mengguncang kekuasaan Daud. Mereka saling membunuh. Kutukan ini berhenti setelah Daud mendirikan Mezbah dekat Yerusalem (baca 2 Samuel 11:1 – 24:25).

d.   Salomo Diurapi sebagai Raja
Pada hari tuanya, Daud memutuskan memiloh Salomo sebagai penggantinya, dan diurapilah Salomo sebagai raja pengganti. Sebelum kematiannya Daud memberi nasihat kepada Salomo: Agar dilakukan kewajiban sebagai raja dengan setia kepada Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya; supaya di habisilah Yoab anak Zeruya dan keluarganya, sebab ia telah membunuh panglima-panglima Daud pada masa pemberontakan;  supaya anak-anak Barzilai orang Gilead tetap dipelihara;  tetapi haruslah dilenyapkan Simei bin Gera yang pernah mengutuki Daud (baca 1 Raj. 1:1 – 2:12).
Ketika Salomo memerintah sebagai raja Israel, pertama kali Tuhan menampakkan diri di Gibeon dalam mimpi. Dan Tuhan mengaruniakan kebijaksanaan dalam menimbang perkara, seperti yang diminta Salomo dalam mimpi itu. Salomo berkuasa atas segala kerajaan mulai dari Sungai Efrat sampai negeri orang Filistin dan ke tapal batas Mesir. Ia dikaruniai damai di seluruh negeri. Semua orang Yehuda dan Israel berdiam dengan damai. Pada masanya, Salomo menggubah 3000 amsal dan 1005 nyanyian. Orang-orang dari segala bangsa datang untuk mendengarkan hikmat Salomo dan memberinya upeti (baca 1 Raj. 3:1 – 5:18).

Pada tahun keempat masa pemerintahannya, sebagaimana pernah dinubuatkan Tuhan kepada Daud dahulu, Salomo mendirikan rumah bagi Tuhan (Bait Suci /Allah di Yerusalem). Panjang rumah itu 60 hasta dan 20 hasta lebarnya, dan 30 hasta tingginya. Tujuh tahun lamanya rumah itu dibangun (dan mampu berdiri 400 tahun). Salomo juga membangun istananya selama 13 tahun. Setelah selesai semuanya, Salomo mentahbiskan Bait Suci dengan memindahkan Tabut Perjanjian dan menempatkannya di tempat khusus di dalam bait suci itu.

Setelah semuanya selesai dibuat oleh Salomo, Tuhan menampakkan diri kedua kalinya kepada Salomo. Kali ini Tuhan sendiri meneguhkan perjanjian-Nya dengan Salomo, kalau hidup benar di hadapan Tuhan dengan tulus seperti dahulu Daud, maka akan diteguhkanlah tahta kerajaan Salomo atas Israel untuk selamanya. Tetapi kalau ia berbalik dari Tuhan dan tidak berpegang pada seluruh perintah dan ketetapan Tuhan, lalu beribadah kepada allah-allah lain, maka Tuhan akan melenyapkan seluruh orang Israel dari atas tanah yang telah diberikan, dan Bait Suci itu akan dibuang Tuhan sehingga menjadi reruntuhan (baca 1 Raj. 6:1 – 9:9).

Kejayaan Salomo sebagai raja mulai runtuh oleh karena dia jatuh kepada penyembahan berhala-berhala. Itu terjadi karena Salomo sangat mencintai banyak perempuan asing, padahal Tuhan pernah melarang agar tidak bergaul dengan mereka. Salomo mempunyai 700 istri dan 300 gundik. Ketika Salomo sudah semakin tua, istri-istri dan gunduk dari negeri asing itu mencondongkan hati Salomo kepada allah-allah mereka, seperti Asyoret (dewi orang Sidon), Milkon (dewa kejijikan orang Amon); dan juga mendirikan kuil-kuil persembahann untuk para istrinya. Salomo tidak lagi sepenuh hati mengikuti Tuhan. Karena itu Tuhan murka dan bersumpah setelah kematian Salomo, kerajaan Israel akan dikoyakkan, dan hanya akan disisakan satu suku kecil untuk salah satu anak Salomo. Lalu Tuhan memunculkan banyak lawan terhadap Salomo. Demikianlah terjadi hingga kematian Salomo (baca 1 Raj. 11:1 – 43).

6. Kerajaan Terpecah: Israel dan Yehuda (Zaman Para Nabi)
Periode terpecahnya kerajaan dimulai sekitar 930 – 722 sM, persisnya sesudah kematian Salomo.  Pengganti setelah Salomo seharusnya Rehabeam, tetapi karena tidak terjadi kesepakatan dengan para wakil suku di Sikhem, tentang pajak dan kerja paksa yang memberatkan, terutama pada akhir masa kepemimpinan Salomo (baca 1 Raj. 11:1-24), sebagai reaksi Rehabeam ditolak oleh suku-suku itu. Mereka mengangkat Yerobeam sebagai raja di Utara. Rehabeam diakui sebagai raja di wilayah Yehuda dan suku benyamin (terpaksa, karena segera wilayahnya dikuasai Rehabeam). Sejak 930 sM, Kerajaan Israel pecah menjadi dua wilayah kekuasaan dengan rajanya masing-masing, dan bahkan saling bermusuhan.
Kalau kita bandingkan dengan teliti di antara kedua kerajaan tersebut, maka akan ditemukan beberapa perbedaan mencolok dari keduanya. Nih kita bantuin ngelihatnya dengan tabel aja,

Kerajaan Yehuda / Selatan
Kerajaan Israel / Utara
Kecil dan miskin
Lebih luas dan kaya (subur)
Pemerintahan stabil (1 wangsa)
Pemerintahan labil (9 wangsa berturut-turut)
Pengaruh unsur-unsur bangsa Kanaan tidak begitu besar
Pengaruh unsur-unsur bangsa Kanaan (budaya dan agama) sangat kuat
Pusat keagamaan pada Sion dan Perjanjian Yahweh – Daud (2 Sam. 7)
Pusat keagamaan pada tradisi perjanjian Sinai
Pusat pemerintahan di Yerusalem
Pusat pemerintahan di Samaria
Pusat keagamaan di Sion, Bait Allah Yerusalem
Pusat keagamaan di Betel juga di Dan

Jadi Guyss.... selama masa dua kerajaan inilah, kehadiran para Nabi sangat berperan penting. Peran para Nabi adalah sebagai seorang yang berbicara atas nama Tuhan dan menyampaikan apa yang menjadi pesan Tuhan kepada umat-Nya. Pesan yang disampaikan bisa saja tentang sesuatu di masa lampau (sudah terjadi), saat ini (sedang terjadi), atau juga masa yang akan datang (belum terjadi). Jadi para Nabi adalah seorang yang diterangi / dikaruniai oleh Tuhan sendiri, untuk mengatakan nubut, berkotbah menyampaikan pesan, petunjuk, perintah, dan kehendak Tuhan (baca 1 Raj. 22:7); secara khusus adalah nubuat tentang rencana kasih karunia keselamatan Allah. Kecuali itu Nabi juga menegur mereka yang menyimpang dari kehendak Tuhan.
a.   Kerajaan Israel
Di Israel pada periode awal, Raja Yerobeam berusaha membentuk kerajaan yang kuat, khususnya untuk menghadapi Yerusalem. Yerobeam juga melakukan pembaharuan dalam keagamaan, tetapi sering disalahartikan (baca 1 Raj. 12;25-32), misal supaya rakyat tidak beribadah ke Yerusalem lagi dibuatlha pusat keagamaan baru dengan mendirikan dua kenisah di tempat suci yaitu di Betel (yang dipakai pada zaman Bapa bangsa, baca Kej. 28:10-22) juga di Dan (dipakai pada zaman hakim-hakim, baca Hak. 17 – 18). Persoalannya, dimasing-masing kenisah itu dilengkapi dengan patung lembu emas (simbol dewa Baal), sebagai tahta Yahweh. Simbol ini untuk menyamai patung kerub (malaikat) sebagai tahta Yahweh,  yang ditaruh di atas tabut perjanjian, di kenisah di Yerusalem. Yang dilakukan Yerobeam memudahkan terjadinya sinkretisme dan bahkan bahaya menyembah Baal. Alasan Yerobeam karena jumlah rakyat yang berasal dari Kanaan mencapai hampir 50%.
Pada abad XIX sebelum Masehi, pada pemerintahan raja Omri (886-875 sM), israel terancam bangsa Aram. Untuk memperkuat dan memperluas kerajaannya raja Omri membangun ibu kota kerajaan yang baru di Samaria. Padahal di samaria sudah lama sebagai pusat budaya dan agama Kanaan. Tentu saja situasi ini sangat berpengaruh untuk kerajaan Israel. Selanjuntya ketika Israel diperintah oleh Ahab (875-853 sM), agama Kanaan nyaris menghapus sama sekali agama Yahwisme. Ini pengaruh kuat dari istri Ahab, yaitu Izebel (putri raja Tirus). Melawan ancaman itu, Allah mengutus Nabi Elia (orang Tisbe-Gilead). Elia berhasil mengembalikan semangat agama Yahwisme di wilayah Israel dan mematahkan pengaruh dewa-i kesuburan Kanaan. Nabi Elia mengingatkan tiga hal, bahwa: 1) Yahwehlah Allah bagi Israel, juga di bidang kesuburan; bukan Baal (1Raj. 17-18); 2) Yahweh yang berkuasa atas hidup dan mati, bukan Baal (2 Raj. 1); 3) Raja Israel tidak boleh memerintah dengan gaya Kanaan (1 Raj. 21). Keberhasilan Elia ini membuatnya sering disandingkan dengan Musa sebagai pendiri agama Yahwisme (oleh tradisi Yahudi). Ada mukjizat istimewa yang dilakukan Elia, di antaranya: menghidupkan kembali anak dariseorng janda di Sarfat (1 Raj. 17:17-23), dan mengalahkan para nabi Baal di Gunung Karmel (api dan hujan turun – baca 1 Raj. 18:37-46), dan Elia naik ke surga dengan mengendarai kereta kuda berapi (2 Raj. 2:1-12).
Nabi selanjutnya yang cukup terkenal di Israel adalah Elisa bin Sarfat. Dia dipanggil ketika sedang membajak dengan 12 pasang lembu. Tuhan ingin Elia mengurapinya menjadi Nabi untuk menggantikan Elia. Setelah peristiwa Elia terangkat ke surga, Elisa siap diutus sebagai nabi di antara bangsa Israel. Tuhan mengaruniakan roh yang sama dengan Elia. Beberapa karya mukjizat yang dibuat Elisa di antaranya: Menyehatkan air di Yerikho (2 Raj. 2: 19-22); minyak seorang janda (2Raj. 4:1-7); menghidupkan kembali anak perempuan Sunem (2 Raj. 4:8-37); maut dalam kuali (2 Raj. 4:38-41); memberi makan seratus orang  (2 Raj. 4: 42-44); penyembuhan Naaman (2 Raj. 5:1-27); kapak mengapung (2 Raj. 6:1-7). Karya Elisa dalam kehidupan politik kerajaan kelihatan sekali ketika pada peristiwa kudeta wangsa Yehu (secara rohani dipahami sebagai tindakan pemurnian bagi Israel), yang sangat kejam membunuh semua keluarga raja dan para pendukung Baalisme. Raja yangsangat terkenal pada masa itu adalah Yerobeam II, yang membawa israel mencapai masa puncak keemasan, yang menguasai bukan hanya wilayah Utara dan Selatan, tetapi juga sampai ke Timur. Bahkan disebut kejayaan yang melebihi zaman Salomo. Sayangnya itu hanya dinikmati oleh kalangan pejabat, sementara rakyat terus menderita dan kehilangan hak-haknya.
Pada situasi demikian (sekitar 760 sM) muncullah Nabi Amos (petani dari Kerajaan Selatan). Ia diutus Allah untuk menegakkan hukum yang benar dan pasti bagi Israel. Dalam karyanya yang hanya sekitar tiga bulan, Amos dengan blak-blakan membongkar segala kejahatan dan kebobrokan dalam hidup sosial dan keagamaan, di antara golongan kelas atas.
Selanjutnya tampillah Nabi Hosea (758 sM). Inti pewartaan Nabi Hosea adalah sisi vertikal perjanjian, yaitu hubungan Yahweh – Israel dan Israel – Yahweh. Hosea menegur Israel dengan cara yang sungguh mengharukan, bahwa sikap Israel sungguh tidak wajar dan bahkan tidak tahu terima kasih, atas kasih Yahweh yang begitu besar. Hosea menjadi saksi kehancuran Israel setelah masa Yerobeam II. Enam raja berganti-ganti dalam kurun waktu 25 tahun, yang terakhir adalah raja Hosea yang memberontak melawan Asyur. Pemberontakan ini berujung pada peristiwa kehancuran Kerajaan Utara (722 sM) dan peristiwa pembuangan (menjadi tawanan/budak bangsa asing), bagi masyarakat kelas bawah,  ke Mesopotamia. Sebagai gantinya, orang dari Mesopotamia dipindah ke wilayah bekas kerajaan Israel itu. Sehingga lama-kelamaan terjadi bangsa campuran, orang Israel, Orang Kanaan, dan orang Mesopotamia. Kelak bangsa campuran ini tidak diterima sebagai “sisa Israel yang sah” oleh kaum Yahudi sesudah masa pembuangan, dan mereka itu nantinya disebut sebagai orang-orang Samaria. Berikut ini daftar raja-raja di Israel:
RAJA-RAJA ISRAEL
Nama
Lama Pemerintahan (Tahun)
Ayat Alkitab
Yerobeam I
22
Nadab
2
Baesa
24
Ela
2
Zimri
(7 hari)
Omri
12
Ahab
21
Ahazia
1
Yoram
11
Yehu
28
Yoahas
16
Yoas
16
Yerobeam II
40
Zakharia
1/2
Salum
(1 bulan)
Menahem
10
Pekahya
2
Pekah
20
Hosea
9




b.   Kerajaan Yehuda
Di kerajaan Selatan para nabi yang muncul di antaranya: Yeremia, Mikha, Nahum, Zefanya, Yeremia dan Habakuk. Bagi kerajaan Yehuda situasi politik tidaklah gemilang. Segala usaha merebut Israel di Utara selalu gagal, bahkan sebaliknya sering menjadi bawahan Israel. Kekuatan kerajaan Yehuda di selatan cukup mapan hanya pada masa raja Azarya (782-742 sM) dengan keberhasilan memperluas wilayah dari Timur, Selatan dan Barat. Dalam keagamaan tidak lebih baik dari kerajaan Utara, ada masa pasang-surut. Salah satu masa surut keagamaan di Utara adalah pada zaman raja Ahaz (735-716 sM). Raja mempersembahkan anak kandungnya kepada dewa Molok (2 Raj. 16:3) dan menolak pewartaan nabi Yesaya yang muncul saat itu (Yes. 7). Persekutuan Ahaz untuk menolak sekutu israel dan Aram demi melawan Asyur, berbuah buruk menjadikan Yehuda taklukan Asyur, bersama Israel dan Aram. Selain Nabi Yesaya (tampil di kota Yerusalem), ada juga Nabi Mikha (tampil di daerah). Kedua nabi diutus Allah mewartakan pertobatan, dengan menekankan bahwa kekudusan Yahweh, dosa bangsa Israel (umat Allah), dan sikap iman. Ini menandakan hidup keagamaan dan sosial di Yehuda amat menyedihkan. Nabi Yesaya sangat berpengaruh karena ia berasal dari lapisan masyarakat kelas atas. Dari mulut Nabi Yesaya terucap banyak nubut, baik tentang hukum perjanjian, kehancuran kerajaan Yehuda, dan juga tentang akan datangnya Sang Mesias (baca Yes. 7:14; 9:5; 11:1-2). Sementara Nabi Mikha lebih mirip dengan Nabi Amos di Utara. Mikha berulang kali menuntut kasih setia Israel terhadap Yahweh sebagaimana tertera dalam perjanjian. Ia juga mengecam kejahatan dan ketidakadilan sosial yang menghancurkan hubungan Yehuda-Israel, sebagai sesama anggota bangsa terpilih. Kritik sosial dari Mikha amat pedas, sebab ia merasakan penderitaan masyarakat bawah atau pinggiran. Masyarakat kelas atas sungguh menindas orang kecil. Karena itu Mikha menubuatkan hukuman berat bagi Yehuda. Seperti Yesaya, Mikha juga pernah bernubut tantang akan datangnya raja Mesian (Mik. 5:1).

Setelah kerajaan Israel di Utara runtuh, sejarah Yehuda di Selatan selama 135 tahun sangat terpengaruh oleh Mesopotamia. Ini dikarenakan Asyur sangat berkuasa atas politik, kebudayaan, dan juga keagamaan. Baru di tahun 625-605 sM, pengaruh itu berkurang sebab perebutan kekuasaan antara dua kerajaan besar Babel dan  Asyur. Kekisruhan politik mereda ketika Babel berhasil merebut ibu kota Asyur, Niniwe tahun 612 sM. Babel mantab sebagai kerajaan berkuasa di wilayah Siria-Palestina pada tahun 600 sM. Runtuhnya Israel membawa situasi shock besar untuk Yehuda, sebab para nabi menubuatkan kehancuran itu sebagai hukuman Yahweh atas ketidaksetiaan pada perjanjian. Karena itu raja Hizkia ketika menggantikan Ahaz ayahnya, segera mengumumkan pembaharuan keagamaan. Hizkia dengan tegas menolak segala unsur sinkretis dari agama asing, yang efeknya kepada pemberontakan terhadap kekuasaan Asyur (705 sM). Akibatnya Yehuda dihancurkan Sanherib raja Asyur (701 sM), seluruh kota termasuk Yerusalem. Hizkia menyelamatkan Yerusalem dengan membayar uang tebusan yang mahal, 300 talenta perak dan 30 talenta emas (2 Raj. 18:14-16).
Sejak itu seluruh kebijakan di Yehuda (termasuk tentang keagamaan) diubah, terutama setelah Manasye tampil sebagai raja. Manasye mempromosikan agama sinkretik, di samping Yahwisme, agama Asyur dan Kanaan diberi tempat. Ini demi mengurangi tekanan Asyur atas Yehuda. Secara politis Manasye cakap sebagai raja karena kehancuran Yehuda pada masa Ahaz berhasil dipulihkan, hingga diwariskan ke anaknya raja Amon kelak dalam keadaan makmur. Tetapi bagi para nabi, Manasye adalah raja paling jelak, sebab sudah tidak setia pada perjanjian Sinai. 
Setelah Manasye, kerajaan Yehuda dipimpin oleh Yosia. Saat dia dilantik sebagai raja baru berumur 8 tahun. Selama 10 tahun lebih Yosia di bawah bimbingan tokoh politik dan imam. Mereka ingin menjadikan Yosia raja yang ideal, seperti Daud leluhurnya. Katika Yosia mulai memerintah secara penuh (625 sM), pengaruh Asyur mulai melemah karena perang saudara. Kesempatan ini dimanfaatkan dengan cepat, yaitu dengan merebut kembali sebagian bekas kerajaan Utara, dan berusaha keras memulihkan agama nenek moyang, Yahwisme murni. Maka segala bentuk sinkretisme disingkirkan. Kegiatan ibadat hanya boleh dilakukan di Kenisah Allah di Yerusalem. Setelah usaha itu, pada tahun 622 sM, ditemukan di antara di Kenisah yang dipugar suatu naskah kuno tentang perjanjian Sinai. Isi naskah sebagaimana tertulis dalam Kitab Ulangan 5-28 (yang sekarang). Kemungkinan itu adalah naskah kuno yang berhasil di bawa lari ke Yehuda di Selatan oleh orang-orang Israel di utara pada saat penghancuran oleh Asyur. Naskah itu dijadikan pedoman untuk pembaharuan agama, bahkan dijadikan sejenis undang-undang dasar kerajaan. Yosia mengerahkan seluruh petugas agama dan aparat pemerintah untuk mendukungnya. Sayangnya tetap ada juga yang tidak setuju, khususnya kelompok Lewi paramantan petugas ibadat di Yerusalem, yang masih sangat berpengaruh di masyarakat. Akibatnya pembaharuan hanya di tingkat permukaan saja, tidak sampai kepada mentalitas masyarakat, karena orang hanya takut pada sangsi raja. Nabi Yeremia tampil dan mengecam keras atas situasi di atas. Ia menubuatkan hukuman Allah atas bangsa durhaka itu dengan keruntuhan dan pembuangan (selama 70 tahun). Yeremia juga pernah menubutkan tentang Tunas Daud yang adil (Yer. 23:5).


Setelah Yosia mati dalam peperangan melawan raja Mesir di dekat kota Moab, Yoyakim menggantikannya. Yoyakim menghentikan segala usaha pembaharuan, dengan demikian segala bentuk kekafiran muncul kembali. Bahkan penyembahan berhala masuk dan sampai menguasai kenisah di Yerusalem ( baca Yeh. 8).

Sejak masa Yoyakim ini dan selama 20 tahun terakhir berikutnya, Yehuda dipimpin oleh para raja, dengan berbagai kebijakan bodoh, karena pengaruh dari para penasihat yang terpecah, yaitu pro-Babel dan pro-Mesir (2 Raj. 23:31 – 25:26 dan seluruh Kitab Yeremia). Ini penyebab runtuhnya Kerajaan Yehuda. Tahun 600 sM (pada tahun ketiga pemerintahannya) Yoyakim memberontak terhadap Babel, padahal sejak 602 sM Babel sudah menguasai seluruh Siria-Palestina.

Akibat kekalahan itu, dari Yehuda dibawalah sejumlah orang dari kaum bangsawan dan para pemuda yang cakap dan pandai. Para pemuda ikut dibawa ke Babel untuk memperoleh pendidikan yang baik, untuk menjadi kaum terpelajar di Babel. Termasuk di antaranya adalah Daniel (Betsazar) dan tiga temannya yaitu Hananya (Sadrakh), Misael (Mesakh), dan Azarya (Abednego), dari keluarga Yahudi terkemuka (Daniel 1:1-6). Mereka dipaksa belajar sejarah dan bahasa Babel, dan juga disediakan makanan dari meja raja, makanan haram menurut hukum Yahudi. Kecerdasan ketiga pemuda ini menarik hati raja dan menjadikan mereka penasihatnya. Daniel mempunyai kelebihan menafsirkan mimpi. Berbeda dengan nasib ketiga sahabat Daniel, karena kesetiaan mereka pada agama nenek moyang, berakibat ketiganya dibakar hidup-hidup. Sedangkan Daniel semakin dipenuhi roh kebijaksanaan sebagai nabi (Daniel 1:7 – 3:30).

Setelah Nebukadnezar mati terbunuh dalam peperangan melawan bangsa Persia, Darius dari Media berkuasa sebagai raja. Darius juga mengagumi Daniel dan ingin memberinya kuasa atas seluruh kerajaan. Karena hasutan para penasihat yang iri, Darius melemparkan Daniel ke gua singa. Tuhan menyelamatkan Daniel dan ia semakin dihormati oleh raja. Selama karyanya Daniel banyak menyerukan tentang nubuat-nubuat di masa depan, termasuk tentang akhir zaman.

Setelah Yoyakim mati, Yoyakin (putranya) menggantikan sebagai raja. Saat itu Babel menguasai Yehuda, tetapi Yerusalem tidak dihancurkan, hanya saja raja dan seluruh pejabat yang berpendidikan (militer, pegawai, imam, tukang) dibuang ke Babel, termasuk Nabi Yehezkiel. Hanya sedikit sekali cendikiawan yang disisakan di Yehuda untuk membantu raja baru (Zedekia) yang diangkat oleh Babel. Zedekia ini sebenarnya kakak raja Yoyakim, putra tua raja Yosia. Waktu itu tidak dipilih sebagai raja karena dia dinilai tidak mampu. Karena hasutan Mesir, Zedekia memberontak terhadap Babel (589 sM). Dengan mudah Nebukadnezar raja Babel kala itu, menghancurkan Yehuda (587 sM). Penduduk yang masih tersisa dibuang ke Babel. Inilah yang disebut pembuangan kedua atau pembuangan besar (2 Raj. 25:8-24; 2 Taw. 36:18-21; Yer. 39:8-14, 40:1-6,  52:12-30).  Inilah daftar para raja di Yehuda:

RAJA-RAJA YEHUDA
Nama
Lama Pemerintahan (Tahun)
Ayat Alkitab
Rehabeam
17
Abiam
3
Asa
41
Yosafat
25
Yoram
8
Ahazia
1
Atalya
6
Yoas
40
Amazia
29
Azarya (Uzia)
52
Yotam
18
Ahas
19
Hizkia
29
Manasye
55
Amon
2
Yosia
31
Yoahas
1/4
Yoyakim
11
Yoyakhin
1/4
Zedekia
11




7. Masa Pembuangan dan sesudahnya
Yess.... inilah periode terakhir dalam sejarah Perjanjian Lama Guysss...... sebaiknya jangan dilewatin ya. Pada periode ini terjadi peralihan situasi, dan semakin jelas terjadinya ramalan para Nabi bahwa akan datang Sang Juru Selamat. Itu terasa banget ketika di dua abad terakhir sebelum kelahiran Yesus Kristus, Tuhan kita lhooo.... okeyy lah kalau begitu yukkk dilanjutkan aja ya baca sejarahnya......
Masa ini terjadi sekitar tahun 587 – 539 sM. Setelah peristiwa penghancuran dan pembuangan besar-besaran ini, secara yuridis (hukum wilayah) Yehuda digabungkan dengan Samaria. Situasi sangat menyedihkan. Lama-kelamaan masyarakat kecil yang tersisa, bersama beberapa kaum terpelajar yang berhasil meloloskan diri (587 sM), mereka kembali mengatur pelan-pelan kehidupan di Yehuda dan membentuk kader baru (kaum terpelajar baru). Di antara mereka yang tidak diangkut ke babel adalah nabi Yeremia. Tetapi karena jumlah sangat kecil, pembangunan sangat lamban.
Orang-orang Yehuda sebenarnya mengalami dua kali pembuangan, yaitu di tahun 597 sM dan 587 sM. Raja Yoyakin masuk dalam kelompok buangan pertama. Jumlah mereka yang dibuang ke babel pada periode kedua hanya mencapai 20.000 – 30.000 orang. Tetapi karena mereka adalah kelas sosial atas atau kaum terpelajar, maka itu membawa akibat buruk untuk Yehuda yang ditinggalkan. Pengalaman tragis ini sempat membuat kaum Yehuda mengalami krisis iman, sehubungan dengan pemenuhan janji Allah bagi para bapa bangsa dan keturunan Daud. Tujuan pembuangan oleh Asyur dan Babel adalah untuk melumpuhkan suatu bangsa, supaya tidak memberontak. Sementara itu para kaum buangan Yehuda di Babel ternyata tidak diperlakukan seperti tahanan perang yang dipenjara. Di Babel mereka boleh mengatur hidup mereka sendiri di wilayah yang diberikan, dengan pengawasan longgar. Mereka dikumpulkan di satu daerah, yaitu Tel Aviv dekat ibu kita Babel. Jadi mereka lebih mirip sebagai transmigran, dan mereka juga boleh memilih pemimpin dari antara mereka sendiri. Awalnya mereka bekerja sebagai petani, lalu selanjutnya boleh masuk ke ibu kota untuk berdagang atau bekerja sebagai tukang yang ahli. Dengan demikian setelah beberapa saat orang buangan yang sudah berhasil, bisa mendapat kedudukan dan terpandang. Ada sebagian yang segera menyesuaikan diri dengan budaya dan agama Babel, tetapi ada juga yang tetap mempertahankan identitas sebagai kaum Yehuda.
Sekitar tahun 550 sM, situasi di Timur Tengah mulai berubah sejak raja Koresy (Cyrus) dari Persia berkuasa, termasuk atas bangsa-bangsa taklukan Babel. Sekitar tahun 546 sM, muncullah di pembuangan di Babel seorang nabi yang tidak dikenal namanya. Menurut tradisi kemudian dikenal dengan Yesaya kedua (Deutero-Yesaya), sebab pewartaan nabi itu kemudian disatukan dalam kitab Yesaya, yaitu Yesaya 40-50. Nabi itu mewartakan bahwa penyelamatan akan terjadi dalam waktu dekat, masa hukuman akan segera berakhir, keselamatan sudah di ambang pintu. Keraguan orang-orang buangan dijawab dengan dua dasar keyakinan, yaitu: Yahwe adalah Pencipta dan Tuhan yang menguasai sejarah. Menurutnya Yahweh akan memakai Koresy untukmembebaskan orang Yehuda. Nubuat itu terbukti ketika Koresy berhasil menundukkan Babel dan menjadikan dirinya raja di Babel (539 sM). Kebijaksanaan Koresy adalah memberikan otonomi seluas-luasnya dalam hal kebudayaan dan agama, bagi semua bangsa bawahannya. Tahun 538 sM, Koresy mengeluarkan izin resmi (Dekrit Koresy) bagi orang-orang Yehuda untuk kembali ke Yerusalem dan membangun kota itu (2 Taw. 36:22-23).
8. Masa sesudah Pembuangan
Masa ini terjadi sekitar tahun 538 – 200 sM. Dekrit Koresy ternyata tidak dimanfaatkan sepenuhnya oleh seluruh kaum buangan di Babel (Ezra 1:2-4) untuk kembali ke Yehuda. Tidak sedikit mereka yang sudah mapan secara sosial-ekonomis memilih untuk tetap tinggal di Babel. Mereka yang menetap di Babel ini menjadi asal-usul kelompok Yahudi di Mesopotamia dan memelopori perkembangan Yudaisme (Kis. 2:9). Sementara kelompok yang kembali ke Yehuda umumnya adalah yang tidak cukup berhasil selama di pembuangan di Babel. Tetapi ada pula yang kembali ke Yehuda karena dipengaruhi pewartaan Nabi Yeremia, Yehezkiel, dan Deutero-Yesaya. Mereka kembali ke Yehuda dengan semangat besar, tetapi kemudian menjadi sangat kecewa setelah tiba di Yehuda hanya menemukan puing-puing dan miskin.
Pembangunan kembali Yerusalem dilakukan dengan cukup berat, walaupun diharuskan oleh Dekrit Koresy (Ezra 6:3-5). Koresy memberikan biaya khusus dan mengembalikan segala perlengkapan yang pernah dirampas oleh raja Babel. Kesulitan juga karena ada perselisihan antara kelompok bekas orang buangan dengan “kaum negeri”(yang tidak ikut dibuang), dan juga antara kelompok bekas orang buangan dengan orang-orang Samaria (bangsa campuran keturunan orang-orang kelas bawah dari kerajaan Israel di Utara, dengan kelompok pendatang dari Mesopotamia yang dipindahkan oleh raja Asyur setelah penghancuran israel tahun 722 sM – baca 2 Raj. 17:24-34). Perselisihan dikarenakan perkara klaim siapa yang lebih pantas disebut sebagai “sisa Israel” sejati. Kaum bekas orang buangan, setelah proses pertobatan, memang lebih berkembang dalam hidup keagamaan.
Perselisihan antara kaum bekas orang buangan dengan orang Samaria semakin tidak terdamaikan, ketika orang Samaria membangun sendiri kenisah mereka di Gunung Gerizim (abad 4 sM). Sedangkan perselisihan kaum bekas orang buangan dengan “kaum negeri” semakin tajam karena soal hak tanah dan rumah, yang dulu ditinggalkan sewaktu peristiwa pembuangan dan diambil alih oleh mereka yang tidak ikut dalam pembuangan. Menurut Kitab Ezra dan Nehemia, baik kaum bekas orang buangan maupun “kaum negeri”, masing-masing lebih mementingkan diri sendiri daripada membangun kembali Bait Allah di Yerusalem.
Yerusalem mulai dibangun lagi dengan serius di masa gubernur Zerubabel dan Imam Agung Yosua, juga karena didesak oleh pihak ibu kota Persia (kota Susa), dan atas dukungan dua orang nabi di Yerusalem (Hagai dan Zakharia). Bait Allah yang baru selesai dan ditahbiskan tahun 515 sM. Namun demikian penduduk belum juga merasa aman, sebab sebagai suatu nagara Yehuda tidak memiliki tembok perlindungan. Nehemia (seorang keturunan Yahudi, pejabat di Persia) meminta untuk diangkat sebagai gubernur di Yerusalem, supaya orang Samaria atau bangsa tetangga lainnya tidak bisa lagi mengganggu. Sebagai gubernur, Nehemia memang berhasil menjadikan Yehuda kuat dan aman, tetapi dalam keagamaan tidak.  Baru tahun 430 sM, dengan bantuan imam Ezra, Nehemia membaharui hidup keagamaan di Yehuda dengan paksa (tentang sabat dan sunat). Hukum Taurat dijadikan dasar pembaharuan Perjanjian Sinai, dan paksaan untuk menceraikan istri-istri dari bangsa asing (Ezra 9-10). Mereka yang keberatan dengan pembaharuan secara paksa ini akan muncul pada masa Ptolomeus menguasai wilayah Yehuda, setelah kerajaan Yunani pecah.
Situasi sangat berubah ketika dengan munculnya Alexander Agung sebagai raja di Makedonia (334-323 sM). Ia sukses membangun kerajaan raksasa, dari Yunani Utara sampai India Utara. Ia berambisi menakhlukkan seluruh kerajaan di muka bumi, dan menyebarkan segala unsur budaya Yunani   (helenisme), termasuk bahasa dan agama. Sayangnya ia mati muda (32 tahun) sebelum mencapai semuanya dan tidak meninggalkan pewaris tahta. Kerajaan raksasa terpecah-pecah di antara para panglima yang kuat. Yehuda dari 323 – 200 sM berada di bawah penguasaan Ptolomeus dari Mesir. Ptolomeus memberi kelonggaran yang cukup bagi Yehuda menyangkut adat dan agama.
Kelonggaran bagi kaum Yehuda tidak cukup dimanfaatkan karena sudah terlalu tertarik dengan helenisme. Inilah kelompok anti pembaharuan paksa. Dalam Kitab Rut ditampilkan seorang wanita saleh dari Moab, yang setia pada agama Yahwisme.  Rut (inilah nenek raja Daud) yang menikah dengan Boas adalah kritik terhadap kebijakan yang keras dari Ezra dan Nehemia, menyangkut istri-istri asing.  Tokoh lain yang juga ditampilkan sebagai kritik adalah Nabi Yunus, yang sendirian menghadapi bangsa kafir Yunani. Ternyata semua orang kafir itu lebih terbuka dan setia kepada yahweh daripada nabi itu. Kisah yang tersimpan dalam Kitab Yunus ini ditutup dengan keprihatinan Allah terhadap semua orang, termasuk orang bukan Yahudi.
9. Dua Abad Terakhir sebelum Masehi
Wilayah Palestina selanjutnya dikuasai Wangsa Seleukus (dari Siria-Babel) sejak tahun 200 sM di masa raja Antiokhus III (dari Wangsa Seleukus) mengalahkan Ptolomeus V. Kebijakan atas adat dan agama tetap sebagaimana masa Alexander dan ptolomeus, namun budaya Helenis telah terlanjur melekat di hampir sebagian besar masyarakat Palestina. Khususnya di kalangan masyarakat atas budaya helenis menjadi kebanggan tersendiri. Lebih lagi ketika masa Antiokhus III dan sebelumnya Ptolomeus menjadikan pendidikan helenis sebagai syarat bagi calon pejabat. Alexandria dan Antiokhia menjadi pusat belajar budaya Helenis. Mereka yang kembali dari belajar pun telah meninggalkan agama Yahudi. Situasi ini yang menjadi keprihatinan dalam Kitab Putra Sirakh (185 sM). Kitab ini memandang negatif pada Helenisme, sebab dengan menerimanya berarti meninggalkan agama dan tradisi Israel.
Sejak naik sebagai raja  Antiokhus IV Epifanes (175 sM) mempunyai dua cita-cita, yaitu pertama, mempersatukan seluruh kerajaan dan mewajibkan agama dan kebudayaan Helenis. Kedua, memperluas wilayah kerajaan dengan aksi militer. Inilah akar banyak konflik dengan orang Yahudi. Niat Antiokhus, yang  didukung oleh para imam agung, dilakukan dengan paksaan. Terbukti pada 168 sM dalam Bait Allah dibangun satu mezbah untuk Zeus (Dan. 9:27; Mat 24:15), lalu disusul dengan larangan praktek agama Yahwisme. Ini memicu pembrontakan yang dipimpin imam Mattatias (+166 sM), dan dilanjutkan oleh anaknya, Yudas (yang diberi julukan Makabe = bahasa Aram maqqaba berarti palu); yang didukung ribuan petani, termasuk kedua saudaranya, Yonatan Makabe dan Simon Makabe. Tahun 164 sM Yudas Makabe berhasil memaksa raja Antiokhus V menyetujui oran yahudi mengambil alih Yerusalem, untuk mentahirkan kenisah. Tahun 142 sM Yudas Makabe menjadi raja tanpa mahkota (etnarkh), dan tahun 104 sM resmi sebagai raja.
Tahun 142 sM kemerdekaan kerajaan Yehuda diakui oleh raja Siria. Keturunan Simon Makabe (Wangsa Hasmone) tampil memimpin dalam keagamaan (sebagai imam agung) dan politik (sebaagi raja). Tahun 85 sM wilayah kerajaan Yehuda bisa semakin diperluas hampir sebesar kerajaan inti Daud, sekaligus proses pemurnian “keyahudian” kembali dilakukan dengan paksa. Kerajaan Yehuda melemah dan kacau karena perselisihan dalam keluarga raja. Permohonan dukungan kepada penguasa Romawi, mendorong Pompeyus menjadikan Yehuda bagian propinsi Romawi-Siria (63 sM). Mulai saat inilah kemerdekaan Yehuda berakhir hingga tanggal 15 Mei 1948, ketika negara israel memproklamasikan diri atas peran PBB.
Tahun 37 sM Herodes Agung diangkat oleh senat Roma menjadi raja atas Yehuda. Herodes (dari Idumea) adalah anak dari perempuan keturunan Yahudi, yang lalu dinikahkan dengan putri Marianne. Herodes unggul dalam politik, militer dan budaya. Selama kekuasaannya kenisah Yerusalem dibangun dengan sangat megah. Tujuannya untuk menarik simpati orang Yahudi, tetapi tetap saja ditolak karena tidak murni Yahudi. Herodes juga dikenal sebagai raja terkejam dalam sejarah. Istri dan pangeran-pangeran muda tidak luput dari kekejamannya. Walau begitu Herodes tidak pernah disingkirkan Roma, sebab ia sangat setia dan menjadi penopang kekuasaan di wilayah Timur Tengah (baca Mat. 2, kisah pembunuhan di Bethlehem).

Pada dua abad terakhir ini, muncul tiga golongan dalam bangsa Yahudi, yaitu: Farisi (= terpisah), Saduki (= Sadok, nama imam agung pada zaman Daud), dan Eseni (= kaum saleh).  Perbedaan mendasarnya adalah menyangkut sikap mereka terhadap Hukum Taurat.  Kelompok Saduki setia mempertahankan semua aturan dan hukum yang tertulis dalam Taurat, serta menolak segala bentuk pembaharuan. Eseni memilih untuk mengasingkan diri dan hidup di Qumran (tepi laut Mati), menyepi seperti cara hidup para leluhur dulu. Farisi terbuka spada tuntutan zaman, menafsirkan dan menyesuaikan Taurat dengan situasi baru yang dihadapi (Taurat lisan). Bagi mereka Allah berkehendak agar Turat berlaku untuk sepanjang zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar