BAHAN
IV
Penanaman
Iman Katolik Kepada Anak-anak
sebagai
Wujud Penghayatan Kerahiman Ilahi
Pengantar
Selain berbagai
hal yang telah didalami pada pertemuan sebelumnya, nilai penting lain yang penting untuk ditanamkan dalam
diri anak-anak
adalah Iman Katolik. Orang tua dengan keyakinan iman yang mantap mau mewariskannya kepada anak-anaknya. Oleh karena itu, Gereja sangat
menganjurkan agar
orang tua sejak usia dini sudah memperkenalkan Tuhan
kepada anak-anak dengan menanamkan keutamaan-keutamaan religius kepada mereka. Anak-anak mulai dibiasakan untuk tertarik dan mencintai Tuhannya, rasa
sayang kepada makluk ciptaan, dan membiasakan setia berdoa dan Misa Kudus.
(Hening
sejenak ………………..)
F: Bapak-ibu, saudara-saudari yang dikasih
Yesus. Mari, kita mulai pertemuan keempat kita bulan ini. Kita buka pertemuan
kita ini dengan menyanyikan sebuah lagu, (diharapkan
lagu yang dipilih itu dapat diketahui oleh semua anggota KBG).
PS No. : ....................
F: Mari, kita berdiri dan memberikan
penghormatan kepada Kristus, Sang Sabda yang hadir di tengah-tengah kita. (semua
anggota KBG memberikan hormat dengan menundukan kepala).
Langkah-langkah
Sahring Injil
1.
Doa Mengundang Tuhan
F Saya persilahkan salah seorang dari kita
membuka pertemuan ini dengan doa mengundang Tuhan.
2.
Code
Tak kenal
maka tak sayang
Perkenalkan nama saya Melly Puspita, biasa dipanggil
Melly. Saya anak kedua dari tiga bersaudara. Saya dilahirkan dan dibesarkan
dalam keluarga Katolik, namun saya baru menjadi
Katolik ketika kelas IX. Itupun karena saya berkeinginan belajar sendiri. Orang tua tidak membaptiskan saya menjadi katolik waktu bayi, karena menurut
orang tua saya masih kecil dan tidak bisa mempertanggungjawabkan iman katolik.
Alasan kedua adalah beragama itu sebuah pilihan bebas, maka saya dibiarkan
dewasa untuk memilih salah satu agama
atau keyakinan yang ada. Sejak bayi sampai
kelas IX ini saya tidak mempunyai satu keyakinan yang tetap, saya
selalu ikut-ikutan teman kadang ke Masjid, Gereja, dan Wihara. Waktu kelas VIII saya memilih menjadi Katolik, karena saya sekolah di
sekolah katolik dan diwajibkan untuk memilih salah satu agama untuk mencantumkan identitas dalam KTP, buku Rapor dan Ijasa.
Sebelum menjadi katolik saya mengikuti masa katekumenat
hampir setahun. Setiap minggu saya menghadiri pendalaman iman katolik.
Pelajaran yang diberikan adalah
menghafal doa-doa, tata gerak liturgis, sakramen, nyanyi
dan tari-tarian. Semua pembinaan ini saya ikuti sampai saya dibaptis waktu malam Paskah tahun 2004. Karena saya baptis dewasa maka saya terima tiga sakramen sekaligus, yakni Babtis, Ekaristi
dan Krisma. Setelah dibabtis saya merasa lega karena saya merasa tidak wajib lagi
mengikuti pembinaan iman, yang kadang melelahkan dan membosankan itu.
Setelah perstiwa pembabtisan itu,
saya sendirian terus berusaha aktif ke gereja, sesekalii bersama orang tua. Saya ingin mengikuti kegiatan Areka, OMK, Legio Maria dan koor tetapi tidak ada yang
mengarahkan. Orang tua saya sendiri mengatakan untuk apa mengikuti hal-hal seperti itu hanya menghabiskan banyak waktu,
lebih baik kamu menggunakan waktu untuk bimbel,
kursus musik, dan bahasa inggris. Saya menuruti saran orang tua. Meskipun kami keluarga
katolik, orang tua tidak pernah mengajarkan iman katolik kepada saya. Apa bila
saya bertanya tentang iman katolik kepada orang tua, mereka selalu menjawab
belajar sendiri atau cari sendiri
di internet. Kebiaasaan keluarga katolik, seperti doa bersama, Misa bersama di gereja, dan
sharing Injil di KBG sangat jarang saya jumpai dalam keluarga saya. Kedua orang tua saya sibuk dengan
bisnis, mereka hanya peduli pada prestasi akademik saya tetapi tidak pada iman
katolik saya.
Saya sekarang sudah hidup
terpisah dengan orang tua, saya tinggal di kota lain untuk melanjutkan sekolah. Akhir-akhir ini saya mengalami kebinggungan dan saya
merasa hampa dengan iman katolik. Banyak orang bertanya kepada saya tentang
iman saya ini dan saya tidak mampu menjawabnya. Kecuali itu saya juga
merasakan iman katolik ini
tidak begitu menarik dan sangat monoton. Banyak simbol dan ritus dalam agama katolik
sangat sulit saya pahami, apa
lagi doktrin-doktrinnya. Sekarang saya menyesal mengapa dahulu
saya begitu muda
memutuskan menjadi katolik, pada hal sekarang ada agama atau gerakan pembaharu dari protestan yang luar biasa mengugah hati.
Akhirnya dalam kebinggungan, saya memutuskan untuk meninggalkan iman katolik, dan saya telah mengiktui gerakan pembaharu protestan.
Pertanyaan
Pendalaman kasus
1.
Peristiwa apa yang dialami oleh Melly Puspita dalam Kisah
ini?
2.
Sebutkan masalah-masalah yang dialami Melly Puspita!
3.
Anda sebagai orang tua, bagaimana menilai masalah Melly
Puspita?
4.
Apakah kisah ini masih cocok direfleksikan untuk saat ini ?
5.
Apa pesan dari kisah Melly Puspita ini bagi kita sebagai
orang tua?
Penegasan
Ø Kisah Melly Puspita menunjukkan suatu kenyataan bahwa tidak
cukup mengenal (sekalipun itu sesuatu yang baik) membuat seseorang tidak
menyayanginya (tidak menerima). Keputusan Melly
meninggalkan iman katolik dikarenakan belum cukup memahaminya dengan baik. Tidak
hanya dalam kasus Melly, tetapi ada sejumlah orang katolik memutuskan hal yang
sama, juga gara-gara secara pribadi merasa tidak paham dan tertekan dengan
persoalan pribadi yang dirasa cukup berat. Bisa jadi motivasi beriman katolik
tidak cukup dibantu untuk berkembang, oleh mereka yang lebih dahulu beriman
katolik.
Ø Anggapan orang tua katolik, bahwa beriman
itu urusan pribadi lalu tidak ada usaha untuk mendidik iman anak adalah
pengingkaran atas janji perkawinan di hadapan Allah dan Gereja. Dengan bersikap
seperti itu orang tua menipu dirinya sendiri, tidak peduli dengan hakikat dan tujuan hidup perkawinan katolik. Orang tua yang membiarkan anak-anaknya memilih sendiri imannya adalah kesalahan dan kegagalan besar.
3. Membaca Kitab Suci
F Bapak-ibu, saudara-saudari yang terkasih,
Mari kita membuka teks Kitab Suci,
dari Injil Lukas 2:
41-52, (diulangi lagi sampai semua anggota KBG menemukan teks Kitab Suci
yang sama).
Saya
persilahkan salah seorang dari kita membaca teks tadi dengan suara yang lantang
dan perlahan-lahan.
Adakah
diantara kita yang membawa Kitab Suci dari versi lain? Saya persilahkan membaca
teks yang sama dari Injil Lukas, dengan suara
yang lantang dan perlahan-lahan.
Pertanyaan
Pendalaman Kitab Suci
1.
Apa yang dilakukan oleh Yesus di Bait Allah ketika Dia
berumur 12 tahun?
2.
Apa pesan dari bacaan tadi bagi anda sebagai orang tua?
3.
Langkah-langkah konkret apa yang akan anda buat untuk anak Anda berhubungan tema ini?
4.
Siapa yang harus bertanggungjawab dengan anak-anak katolik yang berasal
dari keluarga yang bukan katolik,
khususnya di KBG kita ini?
Penegasan
Ø Maria dan Yusuf turut memberikan
kontribusi besar terhadap petumbuhan, perkembangan dan pemahaman pengetahuan
iman dalam diri Yesus. Selama usia 0 -12 itu Yesus selalu bersama-sama dengan
orang tua-Nya, kebiasaan yang ada dalam keluarga diikuti oleh Yesus dengan
baik, seperti pergi bersama orang tuan-Nya merayakan Paska di Yerusalem. Itulah cara sederhana pendidikan dari Maria dan Yusuf untuk iman Yesus.
Ø Hukum Gereja (KHK kanon 867 § 1) mewajibkan orang
tua agar mengusahakan pembaptisan anak-anaknya dalam
minggu-minggu pertama sejak kelahirannya.
Ini berarti tugas mewariskan iman dan nilai-nilai kekatolikan adalah tugas utama yang
harus dilaksanakan oleh orang tua, tanpa harus menunda-nunda. Sehingga
anak-anak dalam usia dini berada dalam rengkuhan iman sama seperti orang tuannya.
Ø Penanaman
iman dan
nilai-nilai kekatolikan dari sejak usia dini
bertujuan agar anak-anak tidak hanya sekadar menjadi orang yang punya
identitas agama katolik (katolik KTP), tetapi menjadi orang beriman. Orang yang hidup
dan perbuatannya sungguh dijiwai oleh iman katoliknya.
Ø Menjadi orang beriman katolik berarti tidak
pernah berhenti belajar untuk mendengar dan pelan-pelan memahami tiga sumber
ajaran iman: Kitab
Suci, Tradisi Suci, dan
Magisterium (kuasa mengajar) Gereja. Dengan demikian kita tidak mudah
diombang-ambingkan oleh pengajaran-pengajaran lain, yang mungkin bertentangan
dengan iman Katolik. Tugas orang katolik bukanlah menghafal isi Kitab Suci,
atau ajaran gereja, tetapi menghidupinya.
TAMBAHAN
Tiga sumber ajaran iman Katolik adalah:
Kitab Suci
-
Kitab Suci disebut juga
Alkitab. Istilah “Kitab Suci” lebih akrab di hati umat Katolik. Karena Allah
dan Sabda-Nya adalah suci, maka kitab (buku) yang memuat sabda-Nya disebut
Kitab Suci. Sedangkan “Alkitab”, berasal dari bahasa Arab yang artinya sang
kitab, lebih akrab di hati umat Protestan. Kitab Suci merupakan kumpulan buku
yang ditulis oleh penulis manusia dengan ilham dari Allah. Buku-buku tersebut
berisi tulisan tentang wahyu Tuhan dan rencana keselamatan umat manusia.
-
Kitab Suci
merupakan kumpulan buku-buku, berjumlah 73 buah (Perjanjian Lama 46 buah,
Perjanjian Baru 27 buah), yang ditulis oleh penulis manusia dengan ilham Roh
Kudus.
Tradisi Suci
-
Trsadisi Suci
atau Tradisi Apostolik, yaitu tradisi yang diperoleh dari para rasul, yang diperintahkan
oleh Yesus Kristus untuk mewartakan semua perinta-Nya (bdk. Mat 28: 19-20).
-
Tradisi Suci
adalah iman Gereja terhadap Wahyu Allah
-
Para rasul
mewartakan Injil dengan dua cara, yaitu lisan dan terulis, dan yang lisan ini
disebut Tradisi Suci.
-
Contoh yang
dimaksud dengan Tradisi Suci adalah:
a.
Doktrin-doktrin
yang diajarkan Gereja Katolik melalui konsili-konsili.
b.
Doktrin/
ajaran yang diajarkan oleh Bapa Paus,
selaku penerus Rasul Petrus, dan juga diajarkan oleh para uskup dalam
kesatuannya dengan bapa Paus.
c.
Tulisan
pengajaran dari para Bapa Gereja dan para orang kudus (santo/santa).
d.
Katekismus
Gereja Katolik (KGK).
e.
Liturgi dan
Sakramen-sakramen.
Magisterum
-
Magisterium
adalah wewenang mengajar Gereja, terdiri dari
Bapa Paus (sebagai pengganti Rasul Petrus) dan para uskup (sebagai
pengganti para rasul).
-
Tugas dan
wewenang magisterium:
a.
menafsirkan
secara otentik Sabda Allah, yang kewibawaanya dilaksanakan atas nama Yesus
Kristus.
b.
Menjaga dan
memelihara keutuhan Gereja dalam kemurnian iman yang diwariskan oleh para
rasul.
c.
Mewartakan
Injil dan tradisi gereja kepada semua orang.
Hubungan
Tradisi, Kitab Suci dan Magisterium
Kitab Suci harus ditafsirkan dalam
konteks dan dalam kesatuan dengan Tradisi. Sulit membayangkan penafsiran Kitab
Suci lepas dari Tradisi, sebab sebelum Kitab Suci ditulis,
Sabda Allah itu sudah lebih dahulu dihayati dalam Tradisi. Sebaliknya, karena
penulisan Alkitab itu ada di bawah pengaruh Roh Kudus sendiri, maka Tradisi
yang dihayati Gereja di segala jaman itu harus dikontrol dalam terang Kitab
Suci. Kemudian
kuasa/wewenang untuk menafsirkan secara otentik akan Kitab Suci dan Tardisi
adalah Magisterium Gereja.
4. Aksi Nyata Kita
Ø
Aksi Nyata di dalam KBG:
a. Aksi nyata apa yang akan dilakukan untuk anak-anak katolik yang tidak berasal
dari keluarga yang bukan katolik atau tidak katolik penuh?
Ø
Aksi Nyata untuk Tahun
Yubileum Kerahiman Ilahi:
b. KBG
mengutus anak remajanya untuk ikut terlibat aktif dalam pertemuan pedalaman iman selama Yubileum
Kerahiman Ilahi 2016.
c. Doa
bersama dalam KBG – doa Koronka.
d. Mengikuti
Sakramen Tobat sebelum misa (malam minggu atau Minggu pagi atau minggu sore)
e. Akan diadakan jambore Remaja Yubileum Kerahiman Ilahi di Belinyu (apa
kontribusi orang tua di KBG untuk acara ini)
5. Kita berdoa spontan
F Bapak-ibu, saudara-saudari
yang terkasih. Mari kita ungkapkan doa-doa spontan kita yang keluar dari hati
kita. (Doa-doa disatukan dengan doa Bapa Kami).
- KBG doa bersama doa Koronka
- KBG doa bersama doa Bapa Paus Fransiskus untuk Yubeleum
Kerahiman Ilahi.
Ditutup dengan nyanyian dari PS…..