Katolik:
Menjunjung Tinggi Nilai
Perkawinan
Definisi Perkawinan Katolik
Perkawian adalah
persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita, yang terjadi karena
persetujuan pribadi, yang tidak dapat ditarik kembali, dan harus diarakan
kepada saling mencintai sebagai suami istri, dan kepada pembangunan keluarga,
dan oleh karenanya menuntut kesetiaan yang sempurna, dan tidak mungkin
dibatalkan oleh siapa pun, kecuali oleh kematian.
Dasar-dasar Perkawinan Katolik
Sebagian
besar orang dipanggil untuk kehidupan berumah tangga. Melalui Sakramen
Perkawinan, Tuhan memberikan rahmat yang khusus kepada pasangan yang menikah
untuk menghadapi bermacam tantangan yang mungkin timbul, terutama sehubungan
dengan membesarkan anak-anak dan mendidik mereka untuk menjadi para pengikut
Kristus yang sejati.
Dalam sakramen Perkawinan terdapat tiga pihak yang dilibatkan, yaitu mempelai pria, mempelai wanita dan Allah sendiri. Ketika kedua mempelai menerimakan sakramen Perkawinan, Tuhan berada di tengah mereka, menjadi saksi dan memberkati mereka. Allah menjadi saksi melalui perantaraan imam, atau diakon, yang berdiri sebagai saksi dari pihak Gereja.
Perkawinan katolik disebut sebagai Sakramen karena kesatuan kudus antara suami dan istri yang menjadi tanda yang hidup tentang hubungan Kristus dengan Gereja-Nya. Karenannya, perkawinan sakramental katolik adalah sesuatu yang tetap dan tidak diceraikan, kecuali oleh maut (Mrk 10: 1-10; Rom 7: 2-3; 1 Kor 7: 1-16).
Dalam sakramen Perkawinan terdapat tiga pihak yang dilibatkan, yaitu mempelai pria, mempelai wanita dan Allah sendiri. Ketika kedua mempelai menerimakan sakramen Perkawinan, Tuhan berada di tengah mereka, menjadi saksi dan memberkati mereka. Allah menjadi saksi melalui perantaraan imam, atau diakon, yang berdiri sebagai saksi dari pihak Gereja.
Perkawinan katolik disebut sebagai Sakramen karena kesatuan kudus antara suami dan istri yang menjadi tanda yang hidup tentang hubungan Kristus dengan Gereja-Nya. Karenannya, perkawinan sakramental katolik adalah sesuatu yang tetap dan tidak diceraikan, kecuali oleh maut (Mrk 10: 1-10; Rom 7: 2-3; 1 Kor 7: 1-16).
Dalam kanon 1055 KHK 1983, dapat dilihat
pengertian dasar mengenai perkawinan Katolik. "Dengan perjanjian, pria
dan wanita membentuk kebersamaan seluruh hidup; dari sifat kodratinya,
perjanjian itu terarah pada kesejahteraan suami istri serta kelahiran anak;
oleh Kristus Tuhan, perjanjian perkawinan antara orang-orang yang dibaptis
diangkat ke martabat sakramen.
Cinta Kristus menjadi dasar perkawinan
Katolik (bdk. Yoh 15:9-17; Ef 5:22-33). Yang menjadi dasar dalam membangun
hidup berkeluarga adalah cinta Yesus Kristus kepada Gereja- Nya. Suami dan
istri dipanggil untuk saling mencintai secara timbal balik, total dan
menyeluruh, saling memberi dan menerima yang diungkapkan dalam persetubuhan.
Persetubuhan dilakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kondisi dan
situasi pasangannya, penuh pengertian, dilakukan secara sukarela, tanpa ada
paksaan. Persetubuhan bukan hanya menunjukkan kesatuan fisik biologis, tetapi
juga kesatuan hati, kehendak, perasaan, dan visi, yakni mengusahakan
kebahagaiaan dan kesejahteraan bersama. Dengan persetubuhan, sebuah perkawinan
disempurnakan.
Tujuan dan sifat dasar Perkawinan Katolik
Segi Unity: Seorang
wanita dan seorang pria dipanggil untuk saling membahagiakan dan mencapai
kesejateraan suami-istri. Keduanya memiliki
tanggungjawab dan memberikan kontribusi untuk mewujudkan kesejateraan dan
kebahagiaan suami-istri.
Segi Prokreatif: Terarah
pada keturunan. Kesatuan pasangan suami-istri dianugerahi rahmat kesuburan
untuk memperoleh buah cinta berupa keturunan manusia baru yang menjadi makhota
perkawinan. Anak yang dipercayakan Tuhan harus dicintai, dirawat, dipelihara,
dilindungi, dididik secara katolik. Ini merupakan tugas hakiki dari suami-istri
yang keluar dari hakikat perkawinan.
Menghindari perzinaan dan penyimpangan
seksual. Perkawinan dimaksudkan juga sebagai sarana mengekspresikan cinta
kasih dan hasrat seksual kodrati manusia. Dengan perkawinan, dapat dicegah
kedosaan karena perzinaan atau penyimpangan hidup seksual. Dengan perkawinan,
setiap manusia diarahkan pada pasangan sah yang dipilih dan dicintai dengan
bebas sebagai teman hidup. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh
Paulus, "Tetapi, kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka
kawin. Sebab lebih baik kawin daripada hangus karena nafsu" (lKor 7:9).
Perlu diketahui bahwa dalam perkawinan
katolik: kemandulan, baik salah satu mau pun keduanya, tidak tidak membatalkan perkawinan, dan tidak ada
alasan untuk bercerai. Anak hanya buah kasih dari rahmat Allah melulu.
Sifat-sifat perkawinan Katolik
Unitas, artinya kesatuan antara seorang
pria dan seorang wanita menurut relasi cinta yang eksklusif. Dengan kata lain,
tidak ada hubungan khusus di luar pasutri. Sifat unitas mengecualikan relasi di
luar perkawinan, poligami, PIL, WIL.
lndissolubilitas, tak terceraikan,
artinya ikatan perkawinan hanya diputuskan oleh kematian salah satu pasangan
atau keduanya. "Apa yang sudah disatukan Allah, tidak boleh diceraikan
manusia" (bdk. Mat 19:6; Mrk 10:9). Untuk itu, dituntut adanya kesetiaan
dalam untung dan malang, dalam suka dan duka. Dalam hal inilah saling
pengertian, pengampunan sangat dituntut.
Sakramental, artinya sakramentalitas
perkawinan dimulai sejak terjadinya konsensus/perjanjian antara dua orang
dibaptis yang melangsungkan perkawinan. Perkawinan disebut sakramental, artinya
menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan. Untuk itu, dari pasangan
suami-istri dituntut adanya cinta yang utuh, total, radikal, tak terbagi
sebagaimana cinta Yesus kepada Gereja-Nya (bdk. Ef 5:22-33).
Pembelajaran
Buat Kita
Berdasarkan penjelasan singkat di atas,
akhirnya kita mengetahui bahwa Gereja Katolik menjunjung tinggi perkawinan. Bahkan
satu-satunya, agama yang menempatkan keluhuran dan martabat perkawinan luar
biasa baik dalam doktrin maupun dalam parktiknya. Berdasarkan pemahaman
tersebut, akhirnya saya memaklumi bahwa Gereja
Katolik sangat tegas dan teliti soal perkawinan selama ini.
Satu-satunya agama yang mempunyai hukum
perkawinan bersifat monogami. Hal seperti ini sangat langkah untuk dunia dewasa
ini, yang penuh dengan hedonisme, free seks, perceraian dan lain-lain. Monogami
ini juga sebagi tindakan untuk menghormati martabat manusia. Manusia bukan
hewan sehingga hari ini kawin besok cerai, lalu kawin dan cerai terus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar