Umumnya, devosi dalam agama Katolik dapat dibedakan menjadi 3
macam:
.
1. Devosi kepada Allah (latria)
.
Dengan dan melalui praktek devosi, manusia menyadari diri sebagai makhluk terbatas, lemah, dan tidak berdaya. Karena itu, manusia mau menyerahkan seluruh diri dan segala sesuatu yang dimilikinya kepada Allah. Dengan dan melalui devosi, manusia selalu berusaha untuk mengarahkan diri dan tinggal dekat dengan Allah, hidup bersandar dan bergantung sepenuhnya pada Allah sebagai sumber kekuatan dan hidup.
.
Dalam pengertian ini, devosi sebenarnya hanya dapat ditujukan kepada Allah. Allah merupakan objek pertama dan terakhir dari segala devosi. Hanya Allah lah yang berhak dan patut dihormati, disembah, dipuji-puji dan dimuliakan. Devosi-devosi partikular lainnya, seperti devosi-devosi yang ditujukan kepada orang kudus dan para malaikat berperan sebagai sarana untuk mengembangkan, menumbuhkan dan memajukan penghormatan dan penyembahan kepada Allah sebagai objek devosi paling pertama dan paling akhir. Karena itu, devosi kepada Allah (latria) perlu dibedakan secara baik dan jelas dari devosi kepada orang kudus dan para malaikat (dulia).
.
2. Devosi kepada Orang Kudus dan Malaikat
.
Tradisi Gereja sehubungan dengan penghormatan kepada orang kudus yang sudah sangat tua usianya tetap dikukuhkan dan dipertahankan secara baik oleh Konsili Vatikan II dalam hubungan dengan peringatan dan Perayaan Suci Tahun Liturgi (SC 104, 111) dan dalam hubungan dengan persekutuan seluruh anggota Tubuh Mistik Kristus, yakni Gereja (LG 50, 51). Dalam kedua dokumen ini dikatakan bahwa Gereja memandang perlu untuk menghormati orang kudus yang dianugerahi rahmat Allah dan yang setelah mendapat keselamatan abadi mereka melakukan pujian sempurna bagi Allah di surga dan menjadi pengantara kita.
.
Dengan berdevosi kepada para kudus di surga, kita tidak melemahkan ibadat kepada Allah dengan perantaraan Yesus Kristus dalam Roh Nya, tetapi justru turut membuatnya menjadi lebih kaya. Karena itu, ajaran resmi Gereja mengenai persekutuan para kudus, peran para kudus sebagai pengantara dan ibadat penghormatan kepada mereka menegaskan bahwa para kudus hendaknya hanya menjadi objek penghormatan (veneration, dulia), tidak boleh menjadi objek penyembahan (adoration, latria).
.
3. Devosi kepada Maria, Bunda Yesus
.
Sebagai objek devosi, Bunda Maria dihormati, dikagumi, dicintai dan dimintakan bantuan pengantaraan doanya dengan cara yang tidak berbeda jauh dengan yang dilakukan terhadap para kudus lainnya. Akan tetapi, karena kedudukan dan peran Maria yang unik dalam karya penyelamatan Allah atas diri manusia, yakni dengan menjadi Bunda Yesus Kristus Putera Allah serta menyertaiNya dalam karya penebusan di dunia, dan karena ia telah menjadi model Gereja yang ditebus secara sempurna dalam dan oleh Yesus Kristus, ia menjadi lebih unggul dari semua makhluk ciptaan, baik di surga maupun di bumi. Relasinya yang istimewa dengan Yesus Kristus, Sang Penyelamat, menyebabkan Bunda Maria dihormati umat beriman pada tempat pertama di antara para kudus di surga. Jadi, karena Bunda Maria paling kudus di antara semua orang kudus maka ibadat kebaktian dan penghormatan kepadanya harus lebih tinggi daripada penghormatan kepada para kudus lainnya. Kelebihan devosi marial ini lazim disebut dengan istilah khusus “hyperdulia”.
.
Meskipun Maria mempunyai kedudukan dan peran yang istimewa dalam tata keselamatan manusia, ia tidak dihormati pada level yang sama seperti penghormatan kepada Allah. Penghormatan kepada Maria harus dibedakan dari penyembahan yang hanya pantas ditujukan kepada Allah. Dalam ajaran Bapa-bapa Gereja, perbedaan antara devosi kepada Bunda Maria dan devosi kepada Allah cukup sering ditekankan untuk diperhatikan oleh setiap umat beriman.
.
1. Devosi kepada Allah (latria)
.
Dengan dan melalui praktek devosi, manusia menyadari diri sebagai makhluk terbatas, lemah, dan tidak berdaya. Karena itu, manusia mau menyerahkan seluruh diri dan segala sesuatu yang dimilikinya kepada Allah. Dengan dan melalui devosi, manusia selalu berusaha untuk mengarahkan diri dan tinggal dekat dengan Allah, hidup bersandar dan bergantung sepenuhnya pada Allah sebagai sumber kekuatan dan hidup.
.
Dalam pengertian ini, devosi sebenarnya hanya dapat ditujukan kepada Allah. Allah merupakan objek pertama dan terakhir dari segala devosi. Hanya Allah lah yang berhak dan patut dihormati, disembah, dipuji-puji dan dimuliakan. Devosi-devosi partikular lainnya, seperti devosi-devosi yang ditujukan kepada orang kudus dan para malaikat berperan sebagai sarana untuk mengembangkan, menumbuhkan dan memajukan penghormatan dan penyembahan kepada Allah sebagai objek devosi paling pertama dan paling akhir. Karena itu, devosi kepada Allah (latria) perlu dibedakan secara baik dan jelas dari devosi kepada orang kudus dan para malaikat (dulia).
.
2. Devosi kepada Orang Kudus dan Malaikat
.
Tradisi Gereja sehubungan dengan penghormatan kepada orang kudus yang sudah sangat tua usianya tetap dikukuhkan dan dipertahankan secara baik oleh Konsili Vatikan II dalam hubungan dengan peringatan dan Perayaan Suci Tahun Liturgi (SC 104, 111) dan dalam hubungan dengan persekutuan seluruh anggota Tubuh Mistik Kristus, yakni Gereja (LG 50, 51). Dalam kedua dokumen ini dikatakan bahwa Gereja memandang perlu untuk menghormati orang kudus yang dianugerahi rahmat Allah dan yang setelah mendapat keselamatan abadi mereka melakukan pujian sempurna bagi Allah di surga dan menjadi pengantara kita.
.
Dengan berdevosi kepada para kudus di surga, kita tidak melemahkan ibadat kepada Allah dengan perantaraan Yesus Kristus dalam Roh Nya, tetapi justru turut membuatnya menjadi lebih kaya. Karena itu, ajaran resmi Gereja mengenai persekutuan para kudus, peran para kudus sebagai pengantara dan ibadat penghormatan kepada mereka menegaskan bahwa para kudus hendaknya hanya menjadi objek penghormatan (veneration, dulia), tidak boleh menjadi objek penyembahan (adoration, latria).
.
3. Devosi kepada Maria, Bunda Yesus
.
Sebagai objek devosi, Bunda Maria dihormati, dikagumi, dicintai dan dimintakan bantuan pengantaraan doanya dengan cara yang tidak berbeda jauh dengan yang dilakukan terhadap para kudus lainnya. Akan tetapi, karena kedudukan dan peran Maria yang unik dalam karya penyelamatan Allah atas diri manusia, yakni dengan menjadi Bunda Yesus Kristus Putera Allah serta menyertaiNya dalam karya penebusan di dunia, dan karena ia telah menjadi model Gereja yang ditebus secara sempurna dalam dan oleh Yesus Kristus, ia menjadi lebih unggul dari semua makhluk ciptaan, baik di surga maupun di bumi. Relasinya yang istimewa dengan Yesus Kristus, Sang Penyelamat, menyebabkan Bunda Maria dihormati umat beriman pada tempat pertama di antara para kudus di surga. Jadi, karena Bunda Maria paling kudus di antara semua orang kudus maka ibadat kebaktian dan penghormatan kepadanya harus lebih tinggi daripada penghormatan kepada para kudus lainnya. Kelebihan devosi marial ini lazim disebut dengan istilah khusus “hyperdulia”.
.
Meskipun Maria mempunyai kedudukan dan peran yang istimewa dalam tata keselamatan manusia, ia tidak dihormati pada level yang sama seperti penghormatan kepada Allah. Penghormatan kepada Maria harus dibedakan dari penyembahan yang hanya pantas ditujukan kepada Allah. Dalam ajaran Bapa-bapa Gereja, perbedaan antara devosi kepada Bunda Maria dan devosi kepada Allah cukup sering ditekankan untuk diperhatikan oleh setiap umat beriman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar