Senin, 08 Oktober 2018

Bunda OPOSISI


Kesalahan Sarumpaet 
Cuci Tangan Partai Oposisi

Baru-baru ini rakyat Indonesia dikejutkan dengan peristiwa penganiayaan Ratna Sarumpaet, anggota tim kampanye kemenangan Prabowo – Sandi. Peristiwa penganiayaan ini menyita perhatian masyrakat Indonesia dan pada waktu yang sama juga terjadi gempa dan tsunami di Palu menelan ribuan korba. Perhatian publik terbagi untuk memberikan rasa empati dan simpati kepada Ratna Sarumpaet dan korban bencana di Palu. Para pembesar partai Oposis (Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat) menunjukkan reaksi keras mengutuk dan meminta kepolisian harus segerah mengusut tuntas kasus biadab yang menimpa Bunda Sarumpaet, Bunda Oposis.

Wajah Yang Menderita

Prabowo – Sandi,  bersama pembesar parati oposisi dan anggota tim kampanye nasional kemenangan mereka, mengadakan konferensi pers. Isi dari konferensi pers itu adalah ungkapan keprihatinan mereka terhadap peristiwa menimpa Sarumapet, mengutuk aksi biadab tersebut, meminta kepolisian  segerah mengusut dan mengungkapakn kasus tersebut secara terang benderang. Namun, ada satu  hal yang sangat menarik adalah mereka secara tidak langsung menuduh Jokowi sebagai dalang peristiwa Sarumpaet ini. Ada beberapa tokoh oposisi, seperti Beny K. Harman dari Demokrat, menuding Jokowi sebagai dalang dan memelihara para preman yang siap menghabisi pihak oposisi.

Pihak kepolisian merespon cepat peristiwa Sarumpaet, Bunda Oposisi. Dalam waktu 1x24 jam setelah persitiwa itu menjadi viral, kepolisian berhasil mengungkap fakta yang sebenarnya dari peristiwa Sarumpaet. Wajah Sarumpaet bengkak dan bonyok itu memang benar tetapi bukan hasil dari gebukan  para penjahat atau orang-orang suruhan Jokowi. Akhirnya Sarumpaet sendiri mengakui bahwa penderitaan yang dialami adalah hasil dari Operasi Plasit. Publik tercengang. Partai oposisi seperti kebakaran jenggot. Tidak ada lagi dalil untuk membela diri dan membela Sarumpaet sebagai Bunda Oposisi.

Mereka Sangat Simpati dan Empati

Pengakuan dan permintaan maaf Sarumpaet seakan-akan menjadi tamparan besar bagi Prabowo – Sandi. Konfernsi pers jilid II terpaksa harus dilakukan oleh pihak oposisi. Prabowo –Sandi dan para pendukungnya menampilkan raut wajah yang sedih, penuh penyesalan, geram dan menempatkan diri mereka sebagai pihak yang dikorbankan oleh Sarumpaet. Namun, rakyat Indonesia tidak begitu saja terlarut dengan sandiwara penyesalan dari pihak oposisi. Banyak orang mencurigai bahwa itu adalah skenario besar yang dibangun pihak oposisi untuk menjatuhkan Jokowi. Namun, sayang skenario jahat itu ketahuan sebelum membuahkan hasil.

Saat ini pihak oposisi sedang membangun image untuk menghapus borok yang telah menodai mereka. Prabowo – Sandi dan para pendukungnya melimpahkan kesalahan itu di pundak Sarumpaet. Status sebagai orang penting di Tim Kampanye kemenangan pun dicopot, bahkan Sarumpaet dituduh sebagai orang selundupan dari pihak lawan. Sarumapet seakan-akan menjadi pelaku tunggal dalam skenario besar ini.

Skenario Gagal "Dia Tipu Kita"

Jika skenario Operasi Palstik ini berhasil dimainkan pasti  kepolisian,  pihak Jokowi dan pengadilan akan menderita tekanan. Pihak oposisi akan menurunkan tukang demo berjilid-jilid untuk menekan pemerintahan. Peristiwa Ahok akan terulang, tetapi kali ini bukan isu agama tetapi isu “Oplas”.  Sarumapet akan ke Cili mendemontrasikan kebohonganya dan meminta suaka di negara lain dengan mengatakan pemerintahan Jokowi adalah pemerintahan tirani, anti kritik dan lain sebagainya. Dunia akan menekan pemerintahan Jokowi dan akhirnya lengser lalu pihak oposisi akan berpesta pora. Namun, syukur bahwa Tuhan tidak buta dan tuli. Dia selalu memberikan pembebasan tepat pada oarng berniat jujur dan membuka aib bagi kumpulan kawanan jahat.