Kesalahan Sarumpaet
Cuci Tangan Partai Oposisi
Baru-baru
ini rakyat Indonesia dikejutkan dengan peristiwa penganiayaan Ratna Sarumpaet,
anggota tim kampanye kemenangan Prabowo – Sandi. Peristiwa penganiayaan ini
menyita perhatian masyrakat Indonesia dan pada waktu yang sama juga terjadi
gempa dan tsunami di Palu menelan ribuan korba. Perhatian publik terbagi untuk
memberikan rasa empati dan simpati kepada Ratna Sarumpaet dan korban bencana di
Palu. Para pembesar partai Oposis (Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat) menunjukkan
reaksi keras mengutuk dan meminta kepolisian harus segerah mengusut tuntas
kasus biadab yang menimpa Bunda Sarumpaet, Bunda Oposis.
Prabowo
– Sandi, bersama pembesar parati oposisi
dan anggota tim kampanye nasional kemenangan mereka, mengadakan konferensi
pers. Isi dari konferensi pers itu adalah ungkapan keprihatinan mereka terhadap
peristiwa menimpa Sarumapet, mengutuk aksi biadab tersebut, meminta
kepolisian segerah mengusut dan
mengungkapakn kasus tersebut secara terang benderang. Namun, ada satu hal yang sangat menarik adalah mereka secara
tidak langsung menuduh Jokowi sebagai dalang peristiwa Sarumpaet ini. Ada beberapa
tokoh oposisi, seperti Beny K. Harman dari Demokrat, menuding Jokowi sebagai
dalang dan memelihara para preman yang siap menghabisi pihak oposisi.
Pihak
kepolisian merespon cepat peristiwa Sarumpaet, Bunda Oposisi. Dalam waktu 1x24
jam setelah persitiwa itu menjadi viral, kepolisian berhasil mengungkap fakta
yang sebenarnya dari peristiwa Sarumpaet. Wajah Sarumpaet bengkak dan bonyok
itu memang benar tetapi bukan hasil dari gebukan para penjahat atau orang-orang suruhan Jokowi.
Akhirnya Sarumpaet sendiri mengakui bahwa penderitaan yang dialami adalah hasil
dari Operasi Plasit. Publik tercengang. Partai oposisi seperti kebakaran
jenggot. Tidak ada lagi dalil untuk membela diri dan membela Sarumpaet sebagai
Bunda Oposisi.
Pengakuan
dan permintaan maaf Sarumpaet seakan-akan menjadi tamparan besar bagi Prabowo –
Sandi. Konfernsi pers jilid II terpaksa harus dilakukan oleh pihak oposisi. Prabowo
–Sandi dan para pendukungnya menampilkan raut wajah yang sedih, penuh
penyesalan, geram dan menempatkan diri mereka sebagai pihak yang dikorbankan
oleh Sarumpaet. Namun, rakyat Indonesia tidak begitu saja terlarut dengan
sandiwara penyesalan dari pihak oposisi. Banyak orang mencurigai bahwa itu
adalah skenario besar yang dibangun pihak oposisi untuk menjatuhkan Jokowi. Namun,
sayang skenario jahat itu ketahuan sebelum membuahkan hasil.
Saat
ini pihak oposisi sedang membangun image untuk menghapus borok yang telah
menodai mereka. Prabowo – Sandi dan para pendukungnya melimpahkan kesalahan itu
di pundak Sarumpaet. Status sebagai orang penting di Tim Kampanye kemenangan
pun dicopot, bahkan Sarumpaet dituduh sebagai orang selundupan dari pihak
lawan. Sarumapet seakan-akan menjadi pelaku tunggal dalam skenario besar ini.
Jika
skenario Operasi Palstik ini berhasil dimainkan pasti kepolisian, pihak Jokowi dan pengadilan akan menderita
tekanan. Pihak oposisi akan menurunkan tukang demo berjilid-jilid untuk menekan
pemerintahan. Peristiwa Ahok akan terulang, tetapi kali ini bukan isu agama
tetapi isu “Oplas”. Sarumapet akan ke
Cili mendemontrasikan kebohonganya dan meminta suaka di negara lain dengan
mengatakan pemerintahan Jokowi adalah pemerintahan tirani, anti kritik dan lain
sebagainya. Dunia akan menekan pemerintahan Jokowi dan akhirnya lengser lalu
pihak oposisi akan berpesta pora. Namun, syukur bahwa Tuhan tidak buta dan
tuli. Dia selalu memberikan pembebasan tepat pada oarng berniat jujur dan
membuka aib bagi kumpulan kawanan jahat.