Jumat, 08 Juni 2018

DOSA


DOSA
(Kejadian 3)

Kitab Kejadian melukiskan tentang jatuhnya manusia ke dalam dosa. Apabila kisah ini  kita tempatkan dalam konteks kekinian rasanya sangat menarik, apa lagi berbicara tentang mentalitas dan karakter tokoh-tokoh publik zaman sekarang.

Ular dan Hawa

Lebih mudah melemparkan kesalahan  kepada orang lain atau kelompok lain daripada mengakui kesalahan sendiri atau kelompoknya sendiri. Ada dialog Tuhan, Adam dan Hawa.  

Tuhan: “Hai Adam dimanakah engaku, Apakah engkau telah memetik buah pohon yang Aku larang itu?”. 
Adam: “Bukan aku Tuhan, tetapi perempuan itu yang memetik”.
Hawa: “Ya aku yang memetik, tetapi ular itu yang menyuruh aku”. 


Dialog singkat ini menggambrkan bahwa manusia itu mudah berkelit dan mudah juga melemparkan kesalahan kepada yang lain. Walaupun sangat jelas bahwa manusia itu ikutserta dalam konspirasi kesalahan/dosa tetapi manusia masih bersilat lidah untuk luput dari kesalahan. Para publik figur bangsa (tokoh politk, tokoh agama, tokoh masyarakat dll) cendrung dan sering melakukan praktek ini, “Bukan aku,  Tuhan   tetapi mereka”.

Kisah Kitab Kejadian kita dapat melihat munculnya dosa berjemaah. Berawal dari setan kemudin ke ular dan dari ular diteruskan lagi kepada manusia Hawa dan Adam.  Kasusnya adalah memetik buah pohon terlarang. Dari kasus ini muncul rentetan peristiwa yang saling berkaitan dan menyeret manusia, hewan dan tumbuhan (seluruh tatanan ciptaan) untuk bersama-sama terjerumus dalam dosa.  Di Indonesia banyak kasus kejahatan melibatkan banyak orang. Semua orang berkeroyok mencari kenikmatan dalam satu sumber yang sama dengan berbagi peran.  Kisah kejahatan berjemaah yang dilukiskan dalam Kitab Kejadian masih aktual di Negara ini.


Dosa menyingkapkan rasa malu. Ada sepenggal dialog Tuhan dan Adam.

Tuhan: “Adam..Adam..Mengapa engkau bersembunyi?”. 
Adam:  “Tuhan…, aku merasa malu, karena aku telanjang”.   

Orang melakukan kesalahan, apa lagi diketahui  publik pasti ia merasa malu.  Ia akan hidup terisolir dari keramaian. Mentalitas manusia adalah lebih takut dan malu apabila dosa dan kesalahan diketahui publik daripada kepada Tuhan. Para publik figur di Negara ini jarang merasa malu jika aksi kejahatanya diketahui publik. Mereka tampak bangga dengan dosanya, bahkan merasa diri kudus tanpa dosa ketika mengenakan busana agamis. Bahkan ada tokoh yang mengadakan sumpah demi Allah, langit dan bumi bahwa dia tidak melakukan kejahatan dan dosa. Dosa yang paling  berat adalah merasa diri tidak berdosa dan itulah yang ada di dalam diri publik figur kita.
Adam dan Hawa merasa takut dan malu



Dosa membuat kita terusir dan terusik dari kemapanan. Ketika kesalahan dan dosa kita tidak diketahui sesama, maka kita selalu merasa nyaman. Kita membuat seakan-akan Tuhan itu tuli dan buta dengan dosa kita. Apabila tebongkar borok kejahatan, manusia  merasa terusik dan terusir dari relasi sosial. Manusia merasakan hidup tidak damai, was-was dan gelisah tiada henti. Sedangkan  kepada Tuhan manusia tidak pernah merasa menyesal. Rupanya manusia lebih takut kepada sesama ciptaan daripada Tuhan Sang Sumber Ciptaan. Ibarat Orang Indonesia pakai Helm karena takut polisi dan bukan karena  pakai Helm untuk keselamatan kepala.

Selasa, 05 Juni 2018

KBG LOKUS PASTORAL PAPIN


MODEL PASTORAL  MEMBAMBAGUN  SEMANGAT  MISIONER
GEREJA KEUSKUPAN PANGKALPINANG

(RD. Yos Patimura)


1.    Pengantar
Kaum awam adalah pelopor/perintis iman katolik di Keuskupan Pangkalpinang. Sejarah Gereja mencatat bahwa ada beberapa tokoh awam yang memiliki kontribusi besar menaburkan benih iman di Keuskupan Pangkalpinang. Salah satunya adalah Paulus Tjen On Ngie. Berawal dari Paulus inilah maka Gereja Keuskupan Pangkalpinang boleh disebut gereja kaum awam. Melihat realitas seperti itu, Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD dan penggantinya Mgr. Adrianus Sunarko, OFM menekankan pola pastoral Komunitas Basis Gerejawi (KBG) untuk Keuskupan Pangkalpinang. Melalui KBG peran serta/partisipasi umat dalam karya pewartaan Gereja semakin baik.  Melalui KBG, semua anggota mengadakan pendalaman ajaran iman, Kitab Suci dan doa bersama, yang nantinya akan membangkitkan semangat missioner umat.

2.    Semangat Misioner Umat Keuskupan Pangkalpinang
2.    1  Gereja Kaum Awam
Penabur benih iman katolik di wilayah Keuskupan Pangkalpinang dilakukan oleh kaum awam. Salah satuh tokoh awam adalah  Paulus Tjen On Ngie (1830-1871). Ia dikenal sebagai seorang tabib (sinshe/sinsang) yang berkeliling di Pulau Bangka. Selain mengobati orang sakit, beliau juga mewartakan Injil. Ia lahir di Tiongkok 1795,  kemudian merantau ke Pulau Penang (Malaysia) dan dibaptis di Penang 1872. Ia merantau lagi ke Bangka dan menetap di Sungai Selan di antara para kuli Tiong Hoa pertambangan timah.
Paulus Tjen On Ngie memberikan pengajaran iman dan mempersiapkan para katekumen. Dia kemudian mengirimkan para katekumen itu ke Singapore dan Penang untuk dibaptis.  Paulus  Tjen On Ngie sendiri belum tahu dan belum  mendengar bahwa ada uskup di Batavia.  Mgr. Vrancken dari Batavia mendapatkan informasi dari Singapore dan Penang bahwa di Sungai Selan (Bangka) ada umat Katolik. Tahun 1849 Mgr. Vrancken mengutus Pastor Claesens, Pr berkunjung ke Sungai Selan dan saat itu Pastor Claesens membabtis 50 katekumen yang telah dipersiapkan oleh Paulus Tjen On Ngie.
Pada tahun 1853 ada pastor mulai menetap di Sungai Selan dengan wilayah pelayanannya meliputi bagian timur Sumatera dan Kalimantan Barat. Paulus Tjen On Ngie diangkat menjadi Katekis, ia melayani dengan setia dan penuh semangat. Pada tahun 1867 wilayah Sungai Selan (Bangka) mengalami kekosongan pastor, Paulus Tjen berperan sebagai “pastor” sampai wafat  1871.
Komunitas nelayan katolik di Sungai Bawah (Moro) Kepulaun Riau berasal dari Fu Kien (Tiongkok), kebanyakan sudah masuk katolik di tempat asalnya dan sebagian besar dari Paroki Ping Hai. Pada tahun 1920 komunitas nelayan katolik dari Sungai Bawah mengadakan kontak dengan pastor di Singapore yang beberapa kali datang melayani mereka. Pada tahun 1950 muncul beberapa komunitas katolik yang terdiri dari pendatang asal Flores di Kepulauan Lingga (Kepulauan Riau). Mereka membawa warisan iman dari Flores untuk berkumpul pada hari Minggu dan berdoa; umumnya berdoa rosario dan menyanyikan lagu-lagu dari jubilate di kapel-kapel sederhana yang beratapkan daun rumbia yang mereka dirikan sendiri. Pada hari Raya Natal atau Paskah mereka mencari gereja di kota atau pulau lain dan pada waktu itulah mereka berjumpa dengan pastor yang kemudian datang melayani mereka secara berkala.
Banyak tempat di wilayah Keuskupan Pangkalpinang jarang mendapatkan pelayanan pastor, karena wilayahnya banyak pulau. Kunjungan pastor yang jarang, membuat umat  semakin giat mengatur dirinya baik dalam hal ibadat, pewartaan dan karya sosial lainnya. Terbentuknya komunitas-komunitas umat yang mandiri memunculkan juga peran guru agama cukup besar.  Pada awalanya guru agama/sinsang bersifat suka rela dan setelah kedatangan imam mereka ini diangkat menjadi katekis dan diberi gaji. Para katekis ini menjadi pengajar-pengajar yang tangguh di berbagai tempat, terutama di pulau-pulau terpencil di wilayah Keuskupan Pangkalpinang, seperti Paulus Tjen On Ngie di Pulau Bangka, Josef Tan Tek Hoa di Tanjung Balai, Yohanes Tjong Piang Khoen di Belitung dan beberapa tokoh awam Flores di Kep. Lingga.

2.    2  Sebutan Gereja Perantau
Terbentuknya komunitas umat katolik di wilayah Keuskupan Pangkalpinang terjadi karena para perantau. Mereka datang dari berbagai daerah ke wilayah Keuskupan Pangkalpinang. Tujuan kehadiran para perantau ini adalah ingin memperbaiki taraf hidup perekonomian mereka. Di samping mereka berkerja di tambang timah, perkebunan sawit, karet, kapal nelayan dan industri, mereka juga menyempatkan diri menyebarkan benih iman di daerah dimana mereka bekerja.
Wilayah Kevikepan Bangka Belitung sebagian umat adalah perantau dari Flores, Jawa dan Batak. Umat Tiong Hoa sudah menetap lama dan sebagai tuan tanah di wilayah Bangka Belitung.  Sedangkan Wilayah Kevikepan Kep. Riau umat katolik berasal dari  berbagai suku karena wilayah ini adalah daerah industri. Namun ada beberapa tempat umat katolik adalah penduduk setempat (penduduk asli), seperti Kep. Anambas dan Kep. Lingga.
Gereja Katolik Keuskupan Pangkalpinang masih dikenal sebagai Gereja perantau, meskipun sudah berabad-abad gereja hidup dan ada di wilayah ini.  Petugas pastoral, entah awam maupun religius, masih suka menggunakan istilah gereja perantau. Sebutan Gereja Perantau bermaksud untuk membangkitkan semangat iman umat, mengajak umat membuka diri (dialog) dengan yang lain dan menciptakan kesatuan karena merasa senasib/sepenanggungan (perantau). Namun, sebutan Gereja Perantau membawa pengaruh negatif pada pandangan orang tentang gereja itu sendiri. Orang melihat bahwa Gereja Katolik itu adalah sesuatu yang asing sehingga menimbulkan kecurigaan-kecurigaan di mata masyarakat pada umumnya. Pada Sinode II Keuskupan Pangkalpinang, mulai menyadari identitas diri bahwa Gereja Pangkalpinang telah menyatuh dengan budaya lokal. Gereja telah menjadi tuan tanah bukan lagi warga perantau di tanah sendiri. Umat katolik telah lahir turun temurun, berbahasa, berkarakter dan berbudaya dengan lokalitas yang ada. Maka 100% katolik dan 100%  Gereja Katolik Keuskupan Pangkalpinang.

3.      KBG  Sebagai Model Pastoral
3.    1  KBG  sebagai Fokus dan Lokus Pastoral
Keuskupan Pangkalpinang menggerakkan semangat bermisi  KBG. Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD menegaskan bahwa KBG bukan sebagai salah satu alternatif pastoral atau salah satu pastoral kategorial. Tetapi KBG adalah fokus dan lokus dari seluruh karya pastoral Keuksupan Pangkalpinang, baik parokial maupun kategorial. KBG merupakan persekutuan kaum beriman kristiani, yang hidup, kecil dan basis dalam sebuah paroki, di bawah kegembalaan pastor paroki, sebagai ungkapan sejati persekutuan gerejawi, tempat kaum beriman mengkomunikasikan Sabda Allah dan mengungkapkannya dalam pelayanan serta kasih seseorang kepada yang lain. 
KBG menjadi fokus dan lokus pastoral Keuskupan Pangkalpinang bertujuan  untuk mengajak  umat beriman menimbah semangat misioner awal. Gereja Pangkalpinang adalah gereja kaum awam. Semangat kaum awam sebagai misionaris awal dengan segala keterbatasannya mampu dan gigih mewartakan injil dan menaburkan iman katolik di Wilayah Keuskupan Pangkalpinang. Kaum awam telah bekerja dengan satu keyakinan teguh bahwa Nama Tuhan harus dimuliakan dan sukacita injil harus menggapai semua orang. Semangat misioner  kaum awam masa lalu ini hendaknya menjadi spirit hidup semua umat katolik Keuskupan Pangkalpinang dewasa ini. Pastoral KBG mampu menciptakan kaum awam yang handal, militan dalam iman dan peduli akan misi karya pewartaan Gereja. KBG sebagai fokus dan lokus pastoral ini akan membentuk misionari-misonaris awam yang handal dalam tugas perutusan gereja dewasa ini. Melaui KBG semangat misioner Paulus Tjen On Ngie dkk akan terus hidup dan menyala dalam diri umat Keuskupan Pangkalpinang.
Gereja Pangkalpinang adalah bagian dari lokalitas budaya dimana gereja itu ada dan hidup. Misi umat Keuskupan Pangkalpiang adalah membangun KBG yang inklusif, dialogal, berakar pada iman dan peduli terhadap semesta. Stereotipe gereja perantau menimbulkan kesan yang kurang bagus dan sekaligus membuat gereja itu kurang berakar. Pandangan gereja sebagai warga asing akan menimbulkan juga perasaan minder dan menutup diri dengan situasi yang ada. Melaui situasi ini, pastoral KBG mampu secara perlahan-lahan membangkitkan antusiasme umat menampakan iman dan membuka diri bahwa gereja adalah bagian yang tak terpisahkan dari wilayah dimana gereja itu hidup.

3.    2  KBG Menempah  Semangat Misioner Umat
Umat Keuskupan Pangkalpinang yang berada dalam KBG-KBG telah memilih untuk melukiskan identitasnya sebagai “Umat yang dijiwai oleh Allah Tritunggal Mahakudus bertekad Membangun Gereja Partisipatif”. Visi ini mengingatkan kembali seluruh anggota Gereja, imam, awam dan religius untuk melaksanakan tugas perutusan Kristus. Persatuan para anggota Gereja dengan komunio Allah Tritunggal melahirkan suatu "keluarga" baru, sehingga terciptalah suatu persekutuan dan persaudaraan di antara para anggota Gereja, Tubuh Mistik Kristus, Umat Allah di Keuskupan Pangkalpinang. Dalam kesatuan itu semua anggota menjadi bagiannya. Pada saat yang sama semua anggota komunitas basis mengambil bagian untuk membangun suatu persaudaraan atas dasar iman, harapan dan kasih. Dan dengan cara hidup demikian umat Allah mewartakan Kerajaan Allah kepada dunia.
Dijiwai oleh Allah Tritunggal, harus dipahami bahwa Allah Tritunggal merupakan sasaran iman, dasar, sumber dan model hidup umat beriman Keuskupan Pangkalpinang. Sasaran iman umat  berarti beriman tidak kepada sembarang Allah tetapi pada Allah dengan sifat-sifat yang khas-Nya: persekutuan dalam kasih, rahim, murah hati, mencipta, mewahyukan diri, menyelamatkan manusia dan seluruh ciptaan. Allah adalah dasar iman dan sumber  kehidupan ciptaan. Dialah yang memungkinkan kita hidup dan beriman, berinisiatif  menciptakan kita semua, mewahyukan diri, mewartakan serta mewujudkan karya keselamatan kepada umat manusia dan seluruh ciptaan.  Hidup dan iman kita berasal dari Dia. Sumber hidup dan iman kita tidak hanya pada mulanya, melainkan sampai sekarang dan selalu Ia terus menerus memperkenalkan diri, mewartakan serta mewujudkan karya keselamatan kepada umat manusia serta seluruh ciptaan. Allah  sebagai model hidup umat beriman karena dalam iman dan relasi dengan-Nya, umat Keuskupan Pangkalpinang  ingin – seperti Allah Tritunggal - membangun persekutuan dan keluar berpartisipasi dalam karya keselamatan bagi manusia dan seluruh alam ciptaan.
Gereja Keuskupan Pangkalpinang menggambarkan diri sebagai sebuah Gereja Partisipatif, maka umat Allah menyadari bahwa (1) dirinya merupakan bagian dari Tubuh Kristus yang satu, kudus, katolik dan apostolik, karena berpartisipasi dalam hidup dan misi Kristus; (2) partisipasi dalam hidup Kristus menjadikan seluruh umat Keuskupan Pangkalpinang sebagai satu keluarga di mana semua anggota "ambil bagian" dalam duka dan kecemasan, derita dan kegembiraan para anggotanya; (3) dan akhirnya, diutus untuk membangun suatu keluarga yang dilandasi oleh cinta, damai dan keadilan baik di antara para anggota Gereja maupun dengan seluruh umat manusia.
Konsili Vatikan II mengungkapkan, bahwa “seluruh Gereja tampak sebagai umat yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus.” Dalam terang Konsili ini dapat dikatakan, bahwa Umat Allah Keuskupan Pangkalpinang dijiwai oleh Allah Tritunggal Mahakudus, tidak hanya mengungkapkan kekayaan “spiritualitas” hidup Gereja, melainkan dengan tegas mengungkapkan bahwa misteri iman Allah Tritunggal adalah ikon hidup bersama dalam komunitas Gerejawi yang sedang berziarah di dunia ini. Model Gereja Partisipatif  ini pada hakekatnya merupakan wujud dari Umat Allah dan Tubuh Kristus yang dibentuk, dibangun dan sakramental karena dan atas dasar persekutuan hidup dan karya Allah Tritunggal Mahakudus. Karena baptisan, semua yang berpartisipasi disatukan dengan hidup dan perutusan Yesus Kristus yang telah dimulai oleh Bapa dan diteguhkan oleh Roh KudusNya di dalam sejarah umat manusia. Partisipasi dan pengalaman kesatuan dengan Kristus itu melahirkan kesatuan setiap orang dengan sesama anggota umat Allah maupun dengan semua manusia yang diciptakan sebagai gambaran Allah. Dalam persekutuan sebagai Tubuh Kristus itu, setiap orang beriman maupun komunitas-komunitas gerejawi diutus untuk mewartakan Kabar Baik Kerajaan Allah.

3.    3  KBG adalah Tempat Pendalaman Kitab Suci, Kesaksian dan Perutusan
Sharing Injil adalah sarana yang paling tepat untuk menolong umat beriman mendengarkan Yesus. KBG adalah komunitas doa, maka dalam sharing injil, Kitab Suci menjadi buku doa dan inspirasi hidup komunitas. Umat beriman digerakan untuk berani mengisahkan kisah Yesus dalam hidupnya yang konkret. Menolong umat untuk melihat segala sesuatu dalam terang injil. Kegiatan pendalaman Kitab Suci dapat dilakukan oleh umat sendiri tanpa harus ada imam walaupun imam hadir bersama mereka.
Anggota KBG tidak hanya mengkomunikasikan pesan Injil, tetapi mereka juga akan melakukan aksi-aksi nyata dari pesan Injil untuk kebaikan bersama. KBG adalah komunitas saudara-saudari Yesus (Gereja). Tuntutan Yesus bukan hanya mendengarkan melainkan juga melaksanakan Sabda Allah. Aksi nyata membuat iman menjadi iman yang hidup, seperti kata St. Yakobus, “iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yak. 2:20). Tugas umat beriman untuk menghayati hidupnya dalam terang injil. Bersaksi tentang Yesus adalah pengabdian yang luhur. Yesus bersabda, “Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu di surga” (Mat 5:16). Isi injil disimpan oleh Gereja sebagai warisan hidup yang berharga, maka injil harus diteruskan dan dikomunikasikan, seperti lewat kesaksian hidup kristiani kepada semua orang.  Tugas umat beriman adalah mewartakan kabar gembira Yesus kepada semua orang.
KBG sangat membantu umat dan para petugas pastoral untuk mengenal satu sama lain secara mendalam. Hidup ber-KBG membuat umat beriman merasa saling memiliki, mengenal secara personal, hidup dalam satu saudara, kegembiraan dan kecemasan adalah milik bersama.  Melalui KBG umat berpartisipasi secara lebih aktif ambil bagian dalam tugas gereja dan sosial- kemasyarakatan.

4.    Prospek  Misi  Yang  Memberikan Harapan di Keuskupan Pangkalpinang

4.    1  Keluarga
Keluarga adalah sel utama keberlangsungan hidup gereja dan masyarakat. Oleh karena itu, keluarga merupakan tempat dan sarana untuk mewujudkan masyarakat  yang semakin manusiawi, yang didalamnya nilai-nilai kebajikan dipelihara, dilaksanakan dan diteruskan oleh generasi selanjutnya. Pembinaan dan perhatian pada pastoral keluarga menjadi penting. Mgr. Ardianus Sunarko, OFM pada sebuah kesempatan mengatakan keluarga yang baik menghasilkan komunitas basis  yang baik,  komunitas yang baik akan menghasilkan gereja dan masyaraat yang berkualitas. Demikian pula, ketika keluarga kristiani diperhatikan dengan baik dan menjalankan tugas perutusanya secara baik, maka keluarga-keluarga kristiani akan menjadi batu-batu hidup KBG.
Melihat pentingnaya peran keluarga dalam kehidupan Gereja, masyarakat, dan menjadi batu-batu hidup KBG (KBG merupakan persekutuan umat yang paling kecil yang terdiiri dari 15-20 keluarga), maka sangatlah penting bagi Gereja Keuskupan Pangkalpinang untuk senantiasa mendukung dan mendampingi pastoral keluarga. Munculnya kelompok-kelompok keluarga dari KBG-KBG yang siap sedia mendedikasikan diri untuk pastoral keluarga di Keuskupan Pangkalpinang. Kelompok ME dan CFC menjadi mitra komisi kelurga keuskupan yang berkarya untuk membangun dan merawat keluarga-keluarga kristiani.

4.  2  Kaum Muda
Gereja menyadari bahwa pengetahuan iman kaum muda Katolik masih kurang, sehingga, di satu sisi, mereka tidak mempunyai dasar iman yang kokoh, dan dilain pihak, mereka tidak memiliki spiritualitas hidup yang jelas. Gereja merasa harus membantu kaum muda untuk membangun iman yang kokoh dan mengakar di dalam diri kaum muda sehingga mereka mampu menghadapi masalah dan tantangan yang ada. Spiritualitas umat Keuskupan Pangkalpinang,”Kemuridan dan Hamba Allah” menjadi bekal pembinaan kaum muda. Melalui spirtualitas ini kaum muda dibina untuk menghayati kehidupan rohani yang kelak akan melahirkan semangat untuk mewartakan kabar suka cita dengan memberikan kesaksian iman di tengah masyarakat.
Pembinaan dan pendampingan orang muda selalu berjalan teratur dan terencana di Keuskupan Pangkalpinang. Tingkat  KBG, wilayah, Paroki dan Kevikepan  selalu tersedia tempat dan waktu untuk pembinaan kaum muda. Banyak modul-modul pendalaman dan pelatihan yang  disedikan oleh komisi kepemudaan. Pembinaan yang dilakukan secara rutin ini selalu menghasilkan kaum muda yang berkualitas bagi gereja dan masyrakat.

4. 3 Anak dan Remaja
Pastoral anak dan remaja sangat popular di Keuskupan Pangkalpinang. Setiap KBG mempunyai pembinaan tetap untuk anak dan remaja yang didampingi oleh fasilitor sekolah Minggu. Gereja menyadari bahwa anak dan remaja adalah generasi masa depan gereja dan masyarkat. Oleh karena itu, pembinaan  iman dengan spiritualitas 2D2K (doa, derma, kurban dan kesaksian) dan animasi anak dan remaja diberikan secara teratur. Keuskupan Pangalpinang mempunyai tradisi tahunan, yakni Jambore Anak dan Remaja. Jambore ini sebagai ajang untuk anak dan remaja berkumpul bersama, membagi suka cita dan persaudaraan satu sama lain. Melalui ajang perjumpaan ini semangat misioner di dalam diri anak dan remaja terus berkembang.

4. 4 Imigran dan Perantau
            Wilayah Keuskupan Pangkalpinang menjadi daerah tujuan untuk para pencari kerja, dan tempat  transit para TKI ke Malaysia dan Singapore. Hampir setiap tahun selalu ada cerita duka tentang nasib para pencari kerja ini. Mereka harus menanggung penderitaan lahir batin. Keuskupan Pangkalpinang merasa terpanggil untuk memperhatikan dan menyelamatkan duka dan derita para pendatang dan pencari kerja ini. Melalui Komisi Imigran dan Perantau, Keuskupan Pangkalpinang sudah banyak membantu saudara-saudari yang menderita. Gereja menyalurkan rahmat bantuan bagi semua yang menderita, tanpa melihat, agama, suku, ras dan golongan. Misi kemanusiaan ini membuat Gereja Keuskupan Pangkalpinang menjadi buah tutur kebaikan  dari banyak orang.

4.    5 Ekonomi
Ada ungkapan, “Iman umat akan semakin fokus apabila isi perut mereka terjamin dengan baik”. Ungkapan ini ada benarnya juga. Gereja boleh mengharapkan umatnya untuk bersuka cita dan bersemngat dalam misi, tetapi Gereja juga harus memperhatikan kesejahteraan hidup ekonomi mereka. Tentu  Gereja tidak menyalurkan bantuan material, uang dan barang, tetapi Gereja harus memberikan ide, solusi agar umat terbebas dari kemiskinannya.
Keuskupan Pangkalpinang menggerakan perbaikan ekonomi masyarakat melalui Cerdit Union. Keuskupan berinisiatif  mendirikan Credit Union Jembatan Kasih. Anggota dari  CU ini telah mencapai 100.000 orang dengan asset sudah mencapi 170 Miliyar. Anggota CU ini umum, tetapi visi, misi, spiritualitas tetap menampakan unsur kekatolikan. Melaui pastoral ekonomi ini misi Keuskupan untuk membangun dan mensejahterakan masyarakat tercapai.

5.    Penutup
Semangat Misioner umat terus berkembang mengikuti perjalanan sejarah Keuskupan Pangkalpinang. Melalui Sakramen Baptis setiap umat beriman dipanggil dan diutus untuk mewartakan Injil Kristus sesuai dengan karisma masing-masing. Model pastoral Keuskupan Pangkalpinang yakni KBG, tujuanya adalah memberdayakan dan membangkitkan semangat misioner dalam diri umat beriman. Misi Gereja Keuskupan Pangkalpinang sebagai pedoman pastoral, yakni misi kedalam dan misi keluar. Misi kedalam adalah membangun KBG yang inklusif, dialogal, berakar pada iman dan ajaran Gereja. Sedangakn misi keluar adalah peduli terhadap lingkungan hidup, berpihak kepada yang miskin, profetis. transformatif, kekeluargaan dan memberdayakan. Karya pastoral Keuskupan Pangkalpiang bersifat ke dalam maupun keluar bertujuan untuk menyampaikan kabar suka cita injil bagi semua orang.



Buku Sumber:
1.      Marilah Melangkah Maju Dalam Persudaraan: Pedoman Umat Katolik Keuskupan Pangkalpinang 2000-2010, Grasindo, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2000
2.      Menjadi Gereja Partisipatif: Pedoman Pastoral Keuskupan Pangkalpinang, Post Sinode II, Obor, 2012
3.      Sejarah Gereja Katolik Indonesia, Jilid 3A, Dokumentasi Penerangan KWI, 1974
4.      Sejarah Gereja Katolik indonesia, Jilid 2, Dokumentasi Penerang KWI, 1972. Hlm 98-102