Kamis, 30 Maret 2017

Anies bahas Ahok

AHOK MENATA KOTA DAN ANIES MENATA KATA

Saya  merasa  geli ketika membaca sebuah meme di sosmed. Isi meme itu adalah, “Menata kota vs menata kata : Ahok bahas Jakarta, Anies bahas Ahok”.  Meme ini muncul setelah debat  Ahok dan Anies, sebagai  Calon  Gubernur DKI, dalam acara Mata Najwa di Metro TV.  Meme tersebut  menarik dan sangat inspiratif  bagi saya.  Meme ini membangkitkan ingatan saya untuk  mengenang  kembali acara  debat  Ahok vs Anies diprogram Mata Najwa. Hampir semua segmen debat, selalu muncul kritikan dan serangan untuk memojokan dan menjatuhkan lawan. Anies menggunakan seluruh segmen dengan sangat baik untuk menyerang dan memojokan Ahok.  Anies menempatkan  strategi jitu untuk menyerang Ahok, yakni mengungkapkan sisi negatif  kepribadian Ahok.  Ahok juga menyerang dan memojokan lawan tetapi tidak sedasyat Anies. Ahok lebih banyak sibuk mempresentasikan  program kerjanya untuk DKI ke depan.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Dr. Arbi Sanit, mengatakan,  “Anies terkenal dengan santunnya, tetapi tutur katanya sangat  kasar dan sadis”.  Lebih lanjut Arbi Sanit mengungkapkan bahwa apa yang ditunjukan Anies lewat debat Calon Gubernur dalam acara Mata Najwa  menggambarkan sosok kepribadian Anies yang sesungguhnya. Apa yang dikatakan oleh Arbi Sanit ini dapat  saya mengerti  bahwa  Anies selama ini rupanya  tidak menampilkan diri aslinya.  Pada acara Mata Najwa  edisi kali ini, Anies telah membuka topengnya dan menguak  jati dirinya yang sesungguhnya.

Orang yang membuat meme ini terinpirasi oleh acara debat Ahok dan Anies. Hasil debat menampilkan bahwa Anies lebih sibuk menyerang kepribadian Ahok. Anies lebih banyak mencari kata dan meredaksi kalimat untuk menyerang kelemahan dan kekurangan diri Ahok. Anies merasa berhasil dengan cara seperti ini. Semakin banyak mengungkapkan kelemahan diri Ahok semakin menguntunkan Anies dalam pertarungan calon gubernur DKI. Namun, bisa  saja cara Anies ini merugikan dirinya sendiri. Orang-orang waras dan kritis akan berpikir dua kali untuk memilih Anies, sebab Anies kurang menonjolkan program kerjanya untuk DKI.  Anies lebih sibuk menonjolkan kelemahan pribadi lawan, pada hal itu rana privat dan tidak urgen untuk dikonsumsi umum.

Tampaknya Anies kehabisan ide untuk mengungkapkan program kerjanya dalam acara debat tersebut. Program yang diusung Anies-Sandi hampir semua sudah dikerjakan oleh Ahok-Jarot sebagai petahana.  Program rumah murah dengan down payment (DP) nol rupiah merupakan sebuah wacana tanpa data. Oleh karena itu, tidak ada cara lain bagi Anies-Sandi  untuk melawan program kerja Ahok-Jarot.  Cara paling ampuh untuk melumpuhkan Ahok adalah menyerang dengan isu sara dan sisi kepribadian Ahok.  Puncak penyerangan paling sadis yang ditunjukkan oleh Anies adalah rencana memecat Ahok dari jabatan gubernur. Anies juga menuduh Ahok sebagai biang kerok menciptakan isu sara. Pada hal Anies tidak menyadari bahwa yang suka menghembuskan isu sara selama ini adalah pendukungnya sendiri, seperti  Rizieq dan kawan-kawannya. Pesan meme ini sangat jelas sebagai ungkapan kekecewaan para fans kepada Anies. Anies telah insaf dan kembali kepada jati dirinya yang asli, seperti kata Dr. Arbi Sanit, “Anies terkenal santun tetapi sadis dalam berkata-kata”.


Senin, 20 Maret 2017

RIZIEQ ingin Syahid

PERTARUNGAN RIZIEQ SHIHAB


Melalui harian JITUSNEWS.COM, Rizieq Shihab, ketua Front Pembela Islam (FPI), mengatakan bahwa Pilkada DKI putaran II, 19 April 2017 bukan hanya soal politik, melainkan pertarungan antara pembela agama dan pembela penista agama. Oleh karena itu, Rizieq menginginkan agar masalah ini yang harus menjadi perhatian dan kepedulian umat Islam. Lebih lanjut Ketua Dewan Pembina Gerakan Nasioanl Pengawal Fatwa (GNPF) MUI juga mengingatkan agar seluruh umat  Islam Jakarta  ikut mengkawal Pilkada agar tidak ada kecurangan apapun. Perlu diperhatikan bersama bahwa FPI dan GNPF telah melakukan gerakan tamasya Al’maida 51, yakni  blususkan disetiap masjid di Jakarta dan mengajak umat untuk mendalami pesan Al’maida 51, seperti umat Islam dilarang untuk memilih  kaum  non-muslim  menjadi pemimpin.

Isi ceramah  Rizieq bahwa “Pilkada DKI,  19 April 2017, adalah pertarungan antara pembela agama dan pembela penista agama “ di Lapangan Ahmad Yani, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini sungguh sangat menarik. Rizieq ingin menampilakan eksitensi dirinya bahwa dialah penjaga keutuhan dan kemurnian iman islam  di Indonesia.  Segala sesuatu yang bertentangan dengan konsep Rizieq dan ormasnya harus dilawan, walaupun datang dari sesama muslim sendiri.  Pilkada DKI  putaran kedua ini adalah arena bagi Rizieq untuk memaklumkan visi pribadinya ini.

Rizieq melawan penista agama, dan  penista agama adalah Rizieq juga, maka Rizieq melawan dirinya sendiri. Ini adalah sikap terbaik dan terpuji yang akan ditujukan oleh Rizieq pada 19 April 2017. Rizieq dikategorikan sebagai “martir atau syahid” yang akan memerangi dirinya sendiri karena telah menistakan agamanya.  Rizieq telah insaf bahwa selama ini dia dan ormasnya telah banyak melakukan aksi teror kepada masyarkat dengan dalil agama. Rizieq gemar mengkafirkan segala sesuatu bila itu bertentangan dengan apa yang dikonsepkannya. Rizieq telah menampilan islam yang berwajah garang dan intoleran dengan siapa pun, pada hal katanya hakekat islam adalah  rahmatan lil ‘alamin.

Pada tanggal 19 April 2017  akan terjadi dua peristiwa besar di Jakarta: Pertarungan  Anies melawan Ahok menuju DKI I, dan Pertarungan Rizieq melawan dirinya sendiri sebagai penista agama.  Dua momentum ini menjadi goresan sejarah yang akan terpatri di pusaran ibu kota negara.  Momentum Anies melawan Ahok sebagai kontestasi politik menuju DKI I. Momentum Rizieq melawan dirinya sendiri sebagai bentuk Metanoia.


Jumat, 17 Maret 2017

DEMI ALLAH...

“DEMI ALLAH SWT SAYA TELAH DIZALIMI”



Masyarakat Indonesia sekarang mengenal dua kata ternd yang sering dipakai oleh banyak orang, namun, lebih banyak dipakai oleh para politikus, yakni KRIMINALISASI dan DIZALIMI atau ZALIM. Pada tulisan ini saya ingin mencoba memaparkan kata DIZALIMI  atau ZALIM saja. Kata DIZALIMI atau ZALIM ini lazim dan sering dipakai oleh banyak orang. Kata ini dipakai terutama yang berhubgungan dengan dunia politik dan hukum. Merasa DIZALIMI dipergunakan sebagai alasan pembenaran atas tindakan atau peristiwa yang tengah dihadapi, dan melemparkan kesalahan kepada pihak lain atau ZALIMIN. Masih terkenang dalam bayangan saya ketika PATRIALIS AKBAR ditangkap dan diperiksa oleh Komisi Pemberantas Korupsi (KPK). Waktu keluar dari gedung KPK, Patrialis Akbar mengenakan rompi orange lalu diwawancari oleh awak media. Patrialis Akbar mengacungkan tangan dan mengatakan, “DEMI ALLAH SWT, HARI INI SAYA TELAH DIZALIMI”.

Terminologi  ZALIM bisa dipergunakan untuk menggambarkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan,  bahagia melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan. Kata ini juga mengandung arti tindakan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda. Intinya bahwa kata ini melukiskan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan  moralitas dan fitra manusia. Jika saya menghubungkan  terminologi kata ini dengan ucapan Patrialis Akbar, maka saya menyimpulkan bahwa Patrialis Akbar menempatkan diri sebagai korban kemungkaran dan kekejian yang dilakukan oleh  pihak lain. Sumpah dengan menyebut, “DEMI ALLAH SWT….” juga ingin menegaskan bahwa yang bersangkutan tidak bersalah, tetapi hanya sebagai tumbal dari kejahatan pihak lain, dan lihatlah ! ALLAH SWT sebagai saksinya. Patrialis Akbar berani bersumpah “DEMI ALLAH SWT….” Ingin membuktikan kepada publik, ingin memproklamirkan kepada dunia bahwa dia tidak bersalah, tetapi hanya sebagai korban dari rekayasa pihak lain.

Kembali kepada judul “ DEMI ALLAH SAYA TELAH DIZALIMI”.  Saya memakai judul ini untuk menggambarkan beberapa hal: 1). Orang-orang yang gemar memakai  slogan  ini biasanya  mereka yang berada dalam tekanan atau ancaman. 2) Sumpah ini sebagai suatu ungkapan reaktif dari orang tertentu  atas tuduhan kejahatan yang dialamtkan kepadanya. 3) Sumpah ini sebagai sutau bentuk mencari simpati publik, agar publik tidak cepat menjustifikasi bahwa orang ini adalah penjahat/perampok. 4)  Menempatkan ALLAH sebagai saksi dan pembela bagi orang-orang yang telah DIZALIMI. 5) Hendak mengatakan bahwa dia adalah pribadi yang baik, jujur, setia, taat beragama, maka tidak mungkin dia berani melakukan sesuatu yang bertentangan dengan iman dan fitra manusia.

Terminologi  DIZALIMI  lalu dirumuskan dalam bentuk sumpah “DEMI ALLAH SAYA TELAH DIZALIMI”  menjadi ritus  yang sangat trend di Indonesia dewasa ini. Pada umumnya mereka yang memakai ritus ini adalah orang-orang terjerat kasus hukum yang sedang ditangani oleh KPK, kepolisian dan kejaksaan. Mereka yang berani melakukan sumpah “DEMI ALLAH SWT SAYA TELAH DIZALIMI”  pada umumnya tidak pernah lolos dari jeratan hukum.  Justru orang-orang yang bersumpah ini ketika di pengadilan terbukti syah dan meyakinkan telah melakukan korupsi dan aksi  kriminal lainnya. Contoh paling  up to date adalah Patrialis Akbar dengan sumpahnya  “DEMI ALLAH SWT SAYA TELAH DIZALIMI”.   Ternyata di balik  sumpahnya yang luhur dan mulia itu, Patrialis Akbar telah melakukan korupsi yang merugikan banyak pihak.  Anas Urbaningrum juga pernah mengatakan bahwa dia telah DIZALIMI oleh KPK, tetapi ketika dipengadilan terbukti Anas  melakukan tindakan korupsi miliaran rupiah. 

Saya merefleksikan bahwa orang-orang yang melakukan kejahatan dengan bersumpah “DEMI ALLAH SWT SAYA TELAH DIZALIMI”  adalah FITNAH yang sungguh sangat kejam. Mereka telah melakukan sumpah palsu dan membohongi publik  dengan menyebut ALLAH SWT. Mereka telah merendahkan martabat Allah yang Mahatinggi  dengan tindakan mereka yang keji dan merugikan banyak orang. Mereka telah menyebut nama Allah yang Kudus dengan tidak hormat. Seharusnya orang-orang ini didemo besar-besaran dan dituntut hukum seberat-beratnya sebab mereka telah melakukan FITNAH terhadap nama Allah dengan sumpah palsu. Melihat fenomena seperti ini seharusnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa untuk melarang sumpah seperti itu. Sedangkan pihak Front Pembela Islam (FPI) menjadi garda terdepan untuk mengawal fatwa MUI itu. 



Senin, 13 Maret 2017

Kitab Suci Perjanjian Baru

Mengenal Isi Kitab Suci Perjanjian Baru

Hii....Guyssss....ketemu lagi kita......nih bagian akhir bahan-bahan kita. To the point aja yahhh....kali ini kita  mulai dengan info sekilas tentang Injil, terussss...  baru dilanjutkan dengan info secukupnya saja tentang kitab lainnya dalam Perjanjian baru. By the way.... Guysss... harap ingat baik-baik yahhh, kalo disebut kata “kitab” itu artinya “buku”.

















Nah...jadi apa ya sebenarnya Injil itu?  Istilah "Injil" berasal dari bahasa Arab إنجيل‎ ʾInǧīl, yang diturunkan dari bahasa Yunani ευαγγέλιον (euangelion) yang berarti "Kabar Baik" atau "Berita Kesukaan" (Coba lihat di 1 Peter 1:25). Arti ini tentu bukan maksudnya sejenis info gosip gitu, tapi menunjuk langsung pada seseorang, yaitu “Yesus Kristus”. Alasannya karena Yesus itulah pemenuhan rencana penyelamatan Allah. Upss....kalo begitu.....seharusnya kan bisa dikatakan orang Kristiani memiliki SATU saja Injil, yaitu Yesus Kristus, Anak Allah (Mar. 1:1). Yaaahh...memang begitu seharusnya, tapi... kalau kata Injil yang dimaksudkan adalah kitab, ya ada empat yang diakui oleh Gereja kita hingga sekarang sebagai yang sah. So...kalau begitu kita bisa mengatakan, Gereja Katolik menerima dan mengakui SATU INJIL (kabar gembira), yaitu Yesus Kristus -Anak Allah, dalam EMPAT KITAB (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes).

Tahukah kamu Guysss....sebenarnya pemakaian kata “Injil” dengan maksud kitab Injil, baru muncul pada awal abad 2 Masehi (± 110) dan maksudnya yaaa... “kabar baik” yang termuat di dalam kitab itu. Atau jelasnya “Kabar yang mengisahkan bagaimana Allah dengan cara-Nya sendiri mengerjakan keselamatan, dalam dan melalui Yesus Kristus.”

Kalau begitu Guysss.....kita harus ingat bener nih yang berikut ini...

a.       Injil itu suatu penafsiran (refleksi iman) atau gambaran tentang diri Yesus dan “Kabar Gembira” yang dibawa-Nya.
b.      Hanya empat Injil saja lhooo...yang diakui Gereja kita: Injil tulisan Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
c.       Injil berisi sabda dan karya Yesus yang ditulis sekitar 65 sd 90 Masehi sesudah Yesus wafat dan bangkit.
d.      Injil bukan riwayat hidup Yesus.
e.       Seluruh hidup dan pewartaan Yesus adalah pemenuhan semua janji Allah.
f.        Yesus merupakan pusat pemberitaan Injil.
g.      Tanpa pribadi Yesus, tidak akan ada Injil Perjanjian Baru.

Sooo....Yesus Kristus yang pernah hidup di zaman dahulu, sekarang bisa kita kenal dan pelajari ajaran-Nya dengan membaca keempat Kitab Injil. Gereja Katolik dengan penuh keyakinan meneruskannya melalui Tradisi tertulis (Injil). Dalam Kitab Injil termuat segala ajaran dan kesaksian seluruh hidup Yesus Kristus (Sang Mesias), dari sejak lahir ke dunia sampai kenaikan-Nya ke surga (baca Kis 1:1-2).
Tahukah kamu Guyss... yang satu ini ? Dari keempat buku Injil, kita diperkenalkan dengan istilah baru nih... “Sinoptik”.  Pleaseee... ingat ya penjelasannya,  “Sinoptik” itu dari dua kata “sin” (bersama) dan “opsis”  (melihat). Jadii.... sinoptik artinya melihat bersama atau melihat dengan cara yang sama. Istilah “Sinoptik” (dipopulerkan oleh Griesbach pada tahun 1774) untuk menyebut ketiga Injil pertama, yaitu: Markus, Matius dan Lukas. Ketiganya disebut Injil Sinoptik karena memiliki banyak kemiripan, dalam struktur maupun isinya.
Sinoptik pada kitab Injil dipakai dengan tiga cara, yaitu Tripeks (3 Injil mirip), Dupleks (2 Injil mirip), dan Simpleks (teks khusus yang hanya terdapat dalam satu Injil saja). Tapiii.... buktinya apa yaa?? Nihh... perhatikan.... terdapat ± 350 ayat yang sama dalam Injil Matius, markus, dan lukas (tripeks); juga ada.... ± 170-180 ayat sama antar injil Markus dan Matius (dupleks); kemudian ada lagi.... ± 30 ayat yang sama antara Injil Markus dan Lukas (dupleks); serta ± 230 – 340 ayat sama antara injil Matius dan Lukas (dupleks).
Secara keseluruhan, ternyata Injil Markus itu yang paling tua atau paling duluan ditulis dan disusun, lalu menjadi bahan perbandingan untuk penyusunan 2 Injil lainnya, Matius dan Lukas. Tetapiii....bahan Matius dan Lukas tidak hanya dari Injil Markus. Mereka juga punya sumber masing-masing. Nahhh.... kekhasan inilah yang disebut simpleks (punya bahan sendiri yang berbeda dari dua Injil lainnya).

Okeyyy dehhh....sekarang yukkk lihat satu per satu keempat kitab Injil yang di tangan kita yaaa..... are you ready Guyssss ?????



Injil Matius
Tentang Penulis
Seperti disebut-sebut dalam Injil,  Matius (=Lewi) seorang dari kedua belas Rasul tepilih (Mar 2:14) dianggap penyusun kitab Injil ini. Lewi seorang Yahudi yang pekerjaannnya sebagai pemungut pajak untuk bangsa Romawi (Mat. 10:3). Atau Matius yang ketika dipanggil oleh Yesus, ia meninggalkan semuanya dan mengikuti Dia (Luk 5:27,28). Orang yang sama ini pula yang mengadakan jamuan makan besar untuk Yesus dan rombongan, sekalipun status pekerjaannya sebagai pemungut pajak untuk bangsa Romawi itu, cukup menjadi sandungan; makanya ia dianggap hina oleh sesama orang Yahudi (Luk 5:29).

Tetapi rupanya para ahli tidak cukup yakin dengan identitas si penulis kitab ini. Dugaan kuat, penulis adalah seorang kristen yang sangat mahir mengajar dengan cara Yahudi; kemungkinan hidup di Syria (atau tempat lain) di mana pengaruh ke-Yahudi-an sangat kuat, dan kitab ini ditulis sekitar tahun 85 Masehi.
Simbol yang dipakai untuk Injil Matius adalah “seorang manusia ilahi”, karena yang ditekankan dalam Injil Matius adalah kedatangan Yesus ke dunia. Dari awal Injil sudah ditunjukkan silsilah kelahiran Yesus Kristus, anak Daus, anak Abraham (Mat. 1:1)

Alamat Tujuan Tulisan
Dari penelitian para ahli, kitab ini sepertinya dimaksudkan terutama untuk orang kristen Yahudi. Buktinya sangat kelihatan dengan adanya perhatian khusus pada unsur-unsur ke-Yahudi-an. Misalnya: Yesus ditampilkan sebagai yang lahir dari Nazaret, keturunan bangsa terpilih (Yahudi); Yesus juga ditunjukkan ingin membenahi tradisi Yahudi dan membawa pemahaman baru.  Selain itu ada kira-kira 60 petunjuk dalam bentuk kutiban teks nubuat untuk bangsa Yahudi; dan kira-kira ada 40 kutipan dari Perjanjian Lama. Penulis juga menekankan tentang misi Yesus di antara bangsa Yahudi.
Dengan bukti-bukti itu menjadi sangat jelas, penulis kitab ini mau mendorong jemaat Yahudi-Kristen, untuk menyadari identitasnya sebagai pewaris sah dari janji Allah kepada Israel (Mat. 10:5,6 15:24). Dan sebenarnya begini Guysss...... Penulis kitab ini mau bilang siapapun yang mengakui Yesus sebagai Mesias akan mewarisi kerajaan Allah.


Kata Kunci
Guysss.... kalau kamu bener perhatiin Kitab Suci-mu, akan kelihatan ada key words (kata-kata kunci) yang dipakai penulis kitab ini, untuk menekankan pesannya. Injil ini sering memakai kata “dipenuhi”, untuk menegaskan kalau nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama telah dipenuhi di dalam diri Yesus Kristus. Selain itu ada juga beberapa kata yang diulang-ulang, seperti: Kata “KERAJAAN” dimunculkan 50 kali; kemudian “KERAJAAN SURGA” 30 kali; dan “RAJA” untuk menyebut Yesus juga sangat khas dipakai Matius (Mat. 2:2 21:5 22:11 25:34 27:11,37,42). Semua key words itu untuk memperlihatkan bahwa Yesus dari Nazaret adalah Raja Mesias dari nubuat Kitab Yahudi.

Apa Ciri yang sangat menonjol?
Yuk sekarang kita lihat beberapa ciri yang menonjol dari kitab ini. Ternyata itu terletak di permulaan dan akhir Injil. Matius berbeda dari Injil lain, ia memulai dengan saat kelahiran dan masa muda Yesus (Mat. 1-2), lalu ditutup dengan kematian dan penampakan Yesus kepada kesebelas murid di Galilea (Mat. 28:16-20).
Selain ciri di atas ada hal lain lagi, yaitu gelar-gelar untuk Yesus, seperti: Anak Daud, Mesias atau Kristus, Kebijaksanaan, dsb. Maksudnya ya mau dikatakan Yesus itu yang berkuasa (Raja). Begitu juga dengan silsilah (garis keturunan) yang lengkap, mau menunjukkan Yesus itu keturunan Raja Daud (Mat. 1:1-17).


Mau tahu Kekhususan dalam Injil Matius ?

Peristiwa yang hanya ada dalam Injil Matius
Mukjizat yang hanya ada dalam Injil Matius
Perumpamaan yang hanya ada dalam Injil Matius
a.       Kunjungan Orang Majus (Mat. 2:1)
Melarikan diri ke Mesir (Mat. 2:13,14)
Pembantaian Orang-orang yang Tak Bersalah  Mat. 2:16)
Kembali ke Nazaret (Mat. 2:19-23)
b.      Kedatangan Orang Farisi dan Saduki kepada Yohanes Pembaptis (Mat. 3:7)
c.       Khotbah di Bukit –lengkap (Mat. 5:1 - 7:1)
d.      "Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat." (Mat. 11:28).
e.       Petrus berjalan di atas air (Mat. 14:28-31)
f.        Pencelaan kepada Orang Farisi, sebagai penjabaran Tulisan (Mat. 23:1)
Tigapuluh keping perak diterima oleh Yudas (Mat. 26:15)
g.      Yudas mengembalikan ketiga puluh keping perak (Mat. 27:3-10)
Mimpi istri Pilatus (Mat. 27:19)
Penampilan orang-orang kudus yang dibangkitkan (Mat. 27:52)
Penjagaan kubur Yesus Mat. 27: 64-66)
h.      Penyuapan terhadap serdadu-serdadu (Mat. 28:12,13)
Gempa bumi (Mat. 28:2)
Wewenang/Tugas yang Besar (Mat. 28:19,20)
a.      Dua orang buta disembuhkan (Mat. 9:28-30)
b.      Uang untuk bea/pajak (Mat. 17:24-27)

a.       Lalang (Mat. 13:24)
Harta terpendam (Mat. 13:44)
Mutiara yang berharga (Mat. 13:45)
Pukat (Mat. 13:47)
b.      Hamba yang tak mempunyai belas kasihan (Mat. 18:23)
c.       Pekerja di kebun anggur (Mat. 20:1-16)
d.      Dua orang anak laki-laki (Mat. 21:28-32)
e.       Pernikahan anak raja (Mat. 22:1-14)
f.        Sepuluh anak gadis (Mat. 25:1-13)
Talenta (Mat. 25:14-30)
Domba dan kambing (
Mat. 25:31-46



Injil Markus
Tentang Penulis
Sudah umum diterima oleh orang Kristiani dewasa ini, kalau penulis Injil ini selalu dihubungkan dengan nama Markus anak Maria dari Yerusalem (Kis. 12:12). Atau yang juga disebut Yohanes Markus (Kis. 12:25), masih kerabat Barnabas (Kol.  4:10) yang bergabung dengan Paulus dan Barnabas dalam Perjalanan Misi mereka yang Pertama (Kis.  12:25; 13:5). Dan ternyata tradisi kuno menyebut bahwa Markus adalah teman pendamping Petrus. Maka ini jadi info baru untuk kamu semua Guysss...... Kitab ini sering disebut juga Injil Petrus, oleh beberapa penulis kuno. Mereka meyakini Petrus mungkin telah melengkapi, atau menyarankan banyak bahan yang ditemukan dalam kitab ini.

Oh ya...hampir lupa, simbol untuk Injil Markus itu “Singa bersayap”. Simbol ini menunjuk pada awal tulisan Injil ini yang menyebut Nabi Yesaya, yang berseru-seru di padang gurun. Suara yang berseru di padang gurun mengingatkan pada suara auman singa. Singa juga melambangkan jabatan rajawi.

Gimana dengan Alamat Tujuan Kitab ini?
Para ahli sepakat kalau Injil Markus adalah Kitab Injil yang paling tua atau pertama kali ditulis. Selanjutnya Kitab Injil inilah yang menjadi sumber rujukan untuk penyusunan kitab Injil Matius dan Lukas. Ada dugaan kuat kalau penulis kitab Injil ini mempunyai perhatian terhadap orang Kristen di abad I yang baru saja terbentuk, khususnya yang berasal dari kuturunan bangsa Romawi atau non -  Yahudi. Ada lho buktinya.... yaitu kitab ini hanya berisi sedikit referensi (kutiban) kitab Perjanjian Lama (kitab Orang Yahudi). Penulis kitab ini juga memberi penjelasan untuk beberapa kata atau istilah Yahudi, dan adat kebiasaan Yahudi. Ini semua membuktikan penulisnya memposisikan diri sebagai orang asing (non - Yahudi) sewaktu ia menulis (coba bacalah Mar. 3:17 5:41 7:1-4,11,34).



Kata Kunci dan Tema Utama

Yuk perhatikan bener-bener Kitab Suci-mu.... di Injil Markus ternyata sering pakai kata “segera”, atau bentuk kalimat yang bernada “segera” (mendesak) untuk setiap pergantian bagian kitab atau peristiwa yang sedang diceritakan. Injil ini memang bernada mendesak, dimulai dengan tiba-tiba dan bergerak dengan cepat dari episode kisah yang satu kepada episode kisah yang lain. Lalu juga dipakai 42 kali kata keterangan Yunani, yang diterjemahkan "seketika itu juga".


Tentang tema, Injil Markus punya tiga tema utama yang akan dibicarakan dalam seluruh bagian teks Injil, yaitu:

1) Kemanusiaan Yesus, misalnya: Bersikap keras (1:25); sangat susah dan sedih (3:5); marah (10:14); kecewa (Mar 3:5); kelelahan (Mar 4:38); keheranan (Mar 6:6); menarik nafas (Mar 7:34; 8:12); kasih sayang (Mar 10:21), dsb.
2) Kepercayaan sebagai unsur inti menjadi murid Yesus, sekaligus syarat mengenal siapa Yesus sebenarnya dan apa maksud segala yang dibuatnya, misal: Yesus sebagai Mesias-Penebus (6:34-44 dan 8:1-10), Hamba Allah yang menderita (10:35-45)
3) Pelayanan kepada orang lain, misalnya: Hamba dari semua, melayani daripada dilayani (10:44 dst); Kehidupan Yesus digambarkan sebagai orang yang dikerumuni karena kebaikan hatiNya, sehingga waktu ibadahNya terganggu (Mar 1:35-37); makan pun tidak sempat (Mar 3:20); konsekuen pada panggilan untuk terus melayani, sampai dikatakan tidak waras (Mar 3:21); terus menerus diikuti ketika Ia mencari kesempatan untuk istirahat (Mar 6:31-34)


Ciri yang sangat menonjol
Lalu sekarang apa ya ciri khas Kitab Injil Markus ini ? Ternyata Guysss.... Injil ini yang terpendek di antara keempat Injil. Gaya bahasanya to the point, hidup, dan memberi lukisan yang jelas. Banyak isi kitab ini dijadikan bahan untuk menyusun Injil Matius dan Injil Lukas (diperdalam penjelasannya). Penulisi kitab Injil ini menceritakan kembali peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus dengan ringkas dan tepat, gamblang dan cukup sederhana. Lagi pula ternyata,
Kitab Injil ini lebih banyak mencatat tentang kegiatan, apa saja yang dikerjakan Yesus daripada pengajaran-Nya (Markus mencantumkan 18 mukjizat Yesus dan hanya empat perumpamaan-Nya).

Penulis memulai Injil ini dengan pemberitahuan tentang keilahian Yesus Kristus, tetapi tidak seperti Injil Yohanes, Markus tidak membicarakan lebih lengkap mengenai ajaran iman (doktrin/dogma). Kemudian peristiwa di Getsemani dipakai penulis sebagai simpul penutup bagi setiap pembaca. Ini mau menunjukkan ke pembaca tentang makna dari kehidupan kristiani dan arti menjadi murid Yesus.



Kekhasan dalam Injil Markus 

Ada sentuhan pribadi
19 mukjizat untuk buktikan kuasa Yesus
8 Kuasa atas penyakit
5 Kuasa atas alam
4 kuasa atas setan
2 kuasa atas kematian
1.      "di antara binatang-binatang liar," (Mar 1:13)
2.      "Ia memberi mereka nama Boanerges" (Mar 3:17)
3.      "Yesus sangat jengkel" (Mar 10:14)
4.      "Mereka cemas; dan orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut" (Mar 10:32)
5.      "Orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan Dia dengan penuh minat" (Mar 12:37)
6.      "Bukankah Dia ini tukang kayu?" (Mar 6:3)



Injil Lukas
Tentang Penulis
Mungkin di antara kamu ada yang pernah dengar “seorang dokter” menjadi penulis kitab suci. Begitu paling tidak dulu kita diceramahi oleh guru agama sewaktu di bangku SD. Dan kali ini kita akan coba cek kebenaran ceramah sang guru kita itu ya.
Lukas seorang murid Yesus yang profesinya sebagai tabib dan disebut “yang terkasih” (lihat Kol. 4:14) memang disebut-sebut sebagai penulis kitab Injil ini. Dan nama dia sendiri ditempelkan di belakang judul untuk memberi identitas yang jelas pada kitab ini. Dialah juga yang sering disamakan dengan penulis kitab Kisah Para Rasul.
Tetapi ada sesuatu yang sangat menarik perhatian dan sepertinya patut dipertimbangkan deh. Ternyata ada banyak ajaran dalam kitab ini, yang mirip dengan gaya pengajaran Paulus. Karena itu para ahli berpendapat kemungkinan lebih pasti, bahwa penulisnya adalah seorang kristen (berbahasa Yunani), yang bisa jadi sudah bertobat karena Paulus. Sedangkan tempat penulisan kitab ini diduga berada di Antiokia (Syria) atau di Asia kecil (Turki) pada akhir abad I (80 M). Gimana Guyss.... cukup jelas infonya? Satu lagi jangan terlupakan, simbol Injil Lukas itu “lembu jantan muda bersayap”. Ini mau dipakai karena Lukas memulai Injilnya dengan pemakluman tentang kelahiran Yohanes kepada ayahnya, Zakaria yang adalah seorang imam, ketika sedang mempersembahkan kurban di Bait Suci (Luk 1). Lembu adalah bahan persembahan di Bait Suci.

Alamat Tujuan  
Nama Teofilus yang disebut di awal tulisan, seolah mau memberi tahu kalau kitab ini khususnya ditulis untuk orang-orang bukan Yahudi, atau persisnya menunjukkan tentang jemaat kristen Yunani modern, sebagai kelanjutan dari Yesus dan jemaat perdana Ibrani. Perkiraan ini diperkuat dengan bukti penulisan dengan bahasa Yunani, bukan Aram.
Kisah-kisah yang ditulis dalam kitab Injil ini banyak melukiskan tentang permulaan sejarah kekristenan; yang nantinya dilanjutkan dengan Kisah Para Rasul. Di sana diceritakan mulai munculnya dan perkembangan Gereja, juga dicatat tentang alasan-alasan penting yang mendorong misi untuk bangsa kafir (non – Yahudi).
Ayat (kata) Kunci dan Tema penting
Kata kunci tersimpan pada bagian, yang merumuskan maksud dari penulisan Injil ini, yaitu dalam Luk 1:4. Sedangkan tema-tema penting yang menjadi pokok isi dari Injil Lukas dapat kita sebut di antaranya:
1.      Keselamatan bagi semua orang
Injil Lukas punya pesan sangat penting, bahwa keselamatan itu bersifat universal, dan tidak terpengaruh dengan berbagai penolakan, sekalipun dari kalangan Yahudi.
2.      Belas kasih dan pengampunan
Tema belas kasih ini menjadi sifat khas Injil Lukas, yang ditunjukkan lewat diri Yesus, sebagai inti pengajaran penulis Injil Lukas.
3.      Kegembiraan
Penulis Injil ini juga menerangkan tentang kegembiraan keselamatan, yang mengalir dari kepercayaan terhadap kasih dan belaskasihan Allah dalam diri Yesus, misal: Kelahiran Yohanes dan Yesus (1:14; 2:10); pertobatan orang berdosa (15:7-10); kembalinya murid ke Yerusalem (24:52).
4.      Perjalanan
Lukas memakai tema “perjalanan” untuk menyusun bagian inti dari Injilnya (Yesus berjalan dari Galilea sampai Yerusalem – Luk. 9:51-19:44)
5.      Kehidupan Kristen modern
Lukas membuat ajaran Yesus bisa dengan mudah diterapkan untuk para pembaca dari kalangan masyarakat menengah, dengan situasi kosmopolitan (modern). Diajarkan bahw warga negara yang baik itu selaras dengan ajaran kekristenan. Contohnya: Yesus adalah warga negara yang taat hukum, tetapi dituduh dengan tuduhan palsu (20:25; 23:2), pesannya jangan bingung kalau kita sudah menjadi warga yang baik tetapi kadang masih diperlakukan dengan buruk, karena iman kita pada Kristus). Atau juga tentang harta benda, pesannya jangan sampai orang diperbudak oleh harta benda (12:13-43; 14:25-33).
6.      Pemenuhan nubuat (ramalan nabi untuk masa depan)
Untuk para pembaca berkebangsaan Yunani, Lukas menunjukkan bukti-bukti dari Perjanjian Lama. Misal bagi orang Yunani “Salib” adalah sesuatu yang membingungkan (Luk. 18:31-33; 24-26)
7.       Kenaikan
Injil ini menegaskan kalau simpul dari perutusan Yesus adalah “diangkat ke surga” (9:51; 24-51). Itulah poin yang menentukan tindakan penyelamatan manusia oleh Yesus, dan sejak itu Roh Kudus dicurahkan kepada Gereja, sehingga keselamatan bisa diraih oleh semua orang.

Ciri-Ciri Penting
Dante menyebut Lukas sebagai “penulis kelembutan Kristus”, karena ciri yang sangat khas dalam Injil Lukas adalah menekankan belas kasih Yesus kepada para pendosa dan kaum tersisih. Misalnya: Murid-murid dari golongan orang miskin (Luk 6:20); wanita yang berdosa (Luk 7:37); Maria Magdalena (Luk 8:2); Orang-orang Samaria (Luk 10:33); Pemungut cukai dan orang-orang berdosa (Luk 15:1); pengemis yang ditinggalkan (Luk 16:20,21); orang yang sakit kusta (Luk 17:12); pencuri/penjahat yang sekarat (Luk. 23:43), dll.
Ciri lain yang juga dapat ditemukan dalam Injil Lukas adalah sifat universal karya keselamatan (Luk 2:32; 3:6; 24:47).
Injil ini adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa di dalam kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran sampai kenaikan-Nya, dan juga kitab yang terpanjang dalam PB.
Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali.
Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya mengenai doa. Hal ini kelihatan sekali dengan dicantumkannya berbagai aktivitas doa Yesus danjuga sejumlah rumusan doa.
Injil Lukas memakai gelar untuk Yesus, khususnya adalah "Anak Manusia".
Ada sukacita besar menandai mereka yang menerima Yesus dan “berita-Nya”. Sudah dari sejak awal tulisan (kisah kelahiran Yohanes dan Yesus) menunjukkan kesan kegembiraan dan suka cita itu.
Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan umat-Nya (mis. Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk 10:21; Luk 12:12; Luk 24:49).

Kekhasan Injil Lukas kira-kira seperti ini:
Perumpaan yang hanya ada di Lukas
Perhatian pada doa-doa Yesus
Hymne / nyanyian kristen
Perhatian pada kaum wanita
Biografi Yesus lebih lengkap dicatat
Peristiwa dan perkataan Yesus yang hanya ada di Lukas
1.    Tteman tengah malam (Luk 11:5-8
2.    Hhakim yang tidak benar
(
Luk 18:1-8)
3.    Oorang Farisi dan pemungut cukai (Luk 18:9-14)

1.  saat baptisan-Nya
Luk 3:21
2.  di padang gurun
Luk 5:16
3.  sebelum pemilihan murid-murid
Luk 6:12
4.  saat transfigurasi
Luk 9:29
5.  Doa Tuhan
Luk 11:1
6.  untuk Petrus
Luk 22:32
7.  di taman Getsemani
Luk 22:44
8.  di atas kayu salib
Lu 23:46, dll

1.  Salam Maria," kata-kata Malaikat kepada Maria,
Luk 1:28-33
2.  Lagu untuk perawan Maria, nyanyian Maria
Luk 1:46-55
3.  "Nyanyian," Zakharia
Luk 1:68-79
4.  "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi," oleh malaikat- malaikat surgawi
Luk 2:13-14
5.  "Madah Simeon," Luk 2:29-32

1.                    Maria, Elisabeth;
Lu 1:1
2.                    Maria dan saudaranya Marta dalam pasal sepuluh
Lu 10:1
3.                    perempuan-perempuan Yerusalem
Lu 23:27
4.                    beberapa janda disebutkan
Luk 2:37; 4:26; 7:12; 18:3; 21:2
1.  Penarikan ikan
Lu 5:6
2.  membangkitkan anak seorang janda
Luk 7:11-15
3.  sepuluh orang kusta
Luk 17:12
4.  Malkhus yang disembuhkan
Luk 22:51

1.  Kristus menangisi Yerusalem
Luk 19:41
2.  keterangan saat percakapan Musa dan Elia di Gunung saat Transfigurasi
Luk 9:30,31
3.  keringat yang berdarah
Luk 22:44
4.  Kristus di hadapan Herodes
Luk 23:8
5.  Perkataan Kristus kepada wanita-wanita Yerusalem
Luk 23:28
6.  penjahat yang bertobat
Lu 23:40
7.  perjalanan ke Emaus
Lu 24:13-31
Injil Yohanes

Tentang Penulis
Seperti halnya dengan penulis dari ketiga kitab Injil sebelumnya, temtu kita juga pernah diyakinkan kalau Rasul Yohanes, murid yang dikasihi itulah penulis kitab Injil ini. Tetapi mungkin sekarang kita bisa memahami begini, Rasul termuda Yesus itu dalam pewartaannya telah memberi ide segar (inspirasi) kepada banyak orang Kristen di abad awal.
Dari antara mereka ada yang tergerak untuk kemudian merekam semua kesaksian itu dalam kitab ini, juga ketiga surat apostolik, yang nanti akan kita bicarakan di bagian tersendiri. Temtu saja kalau demikian si penulis bukanlah saksi mata, baik hidup maupun kebangkitan Yesus; tetapi dia mempunyai akses kepada tradisi yang berasal dari komunitas kristen awal. Lalu dilekatkanlah nama Yohanes sebagai otoritas terpercaya untuk nama tulisan kitab ini dan juga ketiga surat lainnya.

Ciri khusus dan Tema penting dalam injil Yohanes
Untuk waktu penulisannya diperkirakan sekitar tahun 95-100 Masehi. Kitab ini disimbolkan dengan Rajawali terbang tinggi. Lambang ini mau menunjukkan asal-usul Yesus kristus, yang adalah  “Sabda Allah”, atau menekankan sifat Illahi (transendensi) Yesus yang adalah Kristus, Sang Mesias. Injil Yohanes dianggap sangat istimewa oleh banyak orang sampai denan zaman kita sekarang, sebab ada banyak ungkapan kitab yang bermakna sangat dalam dan paling rohani daripada Injil lainnya.
Lebih dari satu setengah bagian kitab ini dipakai untuk menuliskan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Kristus, dan nasihat-Nya selama hari-hari terakhir.
Ada 2 rangkaian ide yang sangat penting dalam keseluruhan tulisan Injil Yohanes, yaitu:

Ciri khusus lain yang membedakan Injil Yohanes dari ketiga Injil lainnya, bisa ditemukan pada tema-tema di dalamnya, antara lain:
a.       Identitas Yesus
Ini untuk menolong pembaca Injil agar paham apa artinya menjadi seorang kristen. Caranya dengan mengenal identitas Yesus, yang berasal dari Allah dan telah naik kepada Allah.
b.      Salib sebagai Peninggian Yesus
Injil Yohanes adalah satu-satunya yang tidak menunjukkan kematian Yesus sebagai kurban bagi dosa manusia, tetapi sebagai satu peristiwa, yang kalau dimengerti dalam iman akan membawa orang pada suatu hubungan baru dengan Allah. Jadi menurut Yohanes, Salib itu peristiwa yang menjadi simbol “peninggian”, kenaikan Yesus –Anak Allah– kembali kepada Allah Bapa (Yoh. 20:17). Salib itu menunjukkan dengan jelas kalau Yesus Kristus adalah raja seluruh umat manusia (Yoh 3:14; 12:32.34); dan kematian Yesus itu kekuatan yang membawa manusia kepada diri-Nya (12:32)   
c.       Simbol Dualistik (dua hal bertentangan)
Injil Yohanes sering menyampaikan pesannya dengan cara dualistik (membandingkan dua hal yang bertentang), misalnya: terang-gelap, atas-bawah. Maksudnya sebaagi simbol antara orang yang tidak beriman dan orang yang hidup dalam iman. Orang harus memilih salah satu, tidak ada posisi tengah (Yoh. 1:5.9).
d.      Hakikat iman
Dalam Injil Yohanes, iman itu melulu karunia dari Allah (Yoh 6:44; 17:6). Orang memang bisa percaya karena mukjizat (2:11), tetapi itu bukan dasar yang kuat (4:48; 20:29). Orang yang percaya adalah orang yang mempunyai hubungan pribadi dengan Yesus (2:22).
e.      Konsep Roh
Injil Yohanes memperkenalkan “Roh” dengan pengertian baru, yaitu “Parakletos” (penghibur). Dia adalah pengganti Yesus yang membawa wahyu Bapa dalam Kristus untuk orang beriman, mengingatkan semua yang sudah diajarkan Yesus, memuliakan Kristus, dan meyakinkan dunia yang tidak percaya. Roh itu satu dengan Bapa dan Anak.
f.        Eskhaton / eskatologi (zaman akhir)
Eskaton dalam Injil Yohanes tidak hanya dimengerti sebagai zaman akhir. Menurut Injil Yohanes itu sudah mulai hadir dalam kehidupan umat beriman (3:18; 5:21.24.26). Tetapi juga sekaligus, yang akan terjadi di mana Kristus datang kembali, saat kebangkitan orang mati, penghakiman dan hidup kekal bagi orang beriman.

Kekhususan dalam Injil Yohanes

Identitas Yesus yang illahi / transenden
Penyebutan Allah sebagai Bapa lebih dari 100 kali
Pengajaran & percakapan yang hanya ada di Injil ini
Ada 6 mukjizat yang hanya ada dalam Injil ini
1.    Kristus adalah Allah (1:1; 20:28)
2.    Kristus ada sebelum ciptaan (1:1)
3.    Kristus adalah pewahyuan dari Allah (8:19; 7:16-18)
4.    Kristus adalah seorang asing di dunia ini yang turun dari atas (3:13-15; 9:62; 3:31)
5.    Kristus adalah anak Bapa (3:35; 5:22; 6:38)
6.    Kristus adalah utusan istimewa Allah (10:36; 11:42; 17:8)
7.    Kristus pembuat mukjizat (2:1-11; 6:1-14)
1. Allah adalah Bapa Rohani Yoh 4:23
2. Ia adalah Bapa yang memberi hidup  Yoh 5:21
3. Ajaran berasal dari Bapa Yoh 7:16
4. Bapa lebih besar dari segala sesuatu Yoh 10:29
5. pekerjaan adalah milik Bapa Yoh 14:10
6. Allah adalah Bapa yang tinggal beserta/hadir tetap secara batiniah Yoh 14:23
7. Bapa yang Kekal Yoh 17:5
8. Bapa yang Kudus Yoh 17:11
9. Bapa yang Benar
Yoh 17:25 dll

2.    Percakapan dengan Nikodemus
Yoh 3:1-21
3.    dengan wanita Samaria
Yoh 4:1-26
4.    Ceramah kepada orang-orang Yahudi pada saat Hari Raya Pondok Daun
Yoh 7:14-39 8:3-58
5.    perumpamaan tentang Gembala yang Baik,
Yoh 10:1
6.    Satu rangkaian pengajaran pribadi kepada murid-murid, kata-kata penghiburan dan doa syafaatNya, pasal 14-17
Yoh 14:1 - 17:1
7.    Pertemuan-Nya dengan murid-murid di pantai Galilea, pasal 21, dll
Yoh 21:1

1.  Perkawinan di Kana (2:1-11)
2.  Penyembuhan pada hari Sabat di kolam betsaida (5:1-18)
3.  Orang yang buta sejak lahir (9:1-7)
4.  Lazarus dibangkitkan (11:1-44)
5.  Para murid menjala di danau Tiberias (21:1-14)
6.  Ds


Kisah Para Rasul
Kalau kita perhatikan nama kitab ini, tentu ada kesan berbeda ya. Sepintas ini terksan lebih seperti dongeng. Tetapi tahukah kalian, ternyata tulisan Kisah Para Rasul adalah satu-satunya kitab Perjanjian Baru, yang melanjutkan kisah mengenai Yesus dalam komunitas Gereja awal/perdana (yang sudah ditulis dalam Injil Lukas). Sehingga benarlah kalau dikatakan, kitab ini berperan sangat penting bagi kita untuk mendapatkan info yang cukup tentang sejarah awal Gereja Kristen. Kitab ini diperkirakan ditulis antara tahun 80 atau 90 Masehi, sekitar 20 tahun sesudah kematian Paulus.
Penamaan kitab (dalam bahasa Indonesia) dengan istilah “Kisah Para Rasul” sebenarnya tidak cukup pas, terlalu luas. Karena kalau kita baca dan perhatikan isi kitab, di dalamnya hanya melaporkan tentang beberapa rasul saja, yaitu: Beberapa laporan karya Petrus, satu kalimat singkat tentang Yakobus (Kis 12:2), beberapa informasi tentang Yakobus yang bukan anggota “duabelas rasul”. Dan bahkan lebih aneh ada satu di antara tokoh, yaitu Paulus yang tidak termasuk kelompok duabelas orang yang dipilih langsung oleh Yesus sewaktu masih hidup, sebagai Rasul-Nya. Bahkan kisah tentang Paulus paling banyak. Jadi sebenarnya kitab ini lebih sebagai “kisah orang-orang yang merasul”.
Tentang penulis tidak pernah ditunjukkan identitasnya secara jelas. Bahkan alamat yang jelas, yaitu tulisan mau disampaikan kepada Teofilus (= yang dikasihi Allah), juga tidk sangat membantu untuk mengenal si-penulis. Tradisi dari Gereja Perdana menunjuk nama Lukas, dan karena itu sekarang kita menghubungkannya dengan pengarang Injil Lukas. Kalau tentang Lukas tersebut ada informasi dalam Filemon 24 dan Kolose 4:14, lalu 2 Timotius 4:11, bahwa dia adalah teman sekerja Paulus. Dan karena Surat kolose menyebut Lukas Tabib, maka yaaa... dia inilah yang sering disebut-sebut sebagai penulis baik Kitab Kisah para Rasul, maupun Kitab injil Lukas.
Ada sejumlah maksud atau tujuan dengan dituliskannya kitab Kisah Para Rasul ini, di antaranya:
a.    Tujuan Politis
Jangan salah tanggap ya.... tentu bukan maksudnya kitab ini sebagai propaganda politik. Kitab ini ditulis pada saat ancaman pengejaran melanda seluruh Gereja (yang baru bertumbuh). Penulis mau menunjukkan kalau agama Kristen itu bukan saja secara politis tidak melanggar hukum, dan secara moral tidak bersalah; dan ternyata ada penguasa di kalangan pejabat di Roma memberi kesaksian tidak menemukan alasan untuk mempersalahkan agama Kristen.

Sebagai contohnya: Dalam pengadilan di Korintus, Galio mengatakan secara terbuka tidak ada pelanggaran yang dibuat orang Kristen (Kis. 18:4); dalam pengadilan di Efesus Panitera kota membubarkan huru-hara di dalam kota dan menyatakan orang Kristen bukan penghojat atau perusak tempat suci (Kis. 19:37); Claudius Lisias menyurati walinegeri Felix di Kaisarea, bahwa tidak ada alasan Paulus di penjara (Kis. 23:29). Coba baca juga dengan cermat dan teliti pada: Kis. 25:25; Kis. 26:32; Kis. 16:35-40; Kis. 22:25-29; Kis. 27:3-4.
Dengan sejumlah contoh itu, sering ada anggapan kitab Kisah Para Rasul malahan mirip dengan tulisan seorang ahli hukum, untuk membuat pembelaan bagi Paulus di pengadilan. Tetapi yang pasti, salah satu tujuan kitab ini ditulis, untuk menunjukkan kalau orang-orang Kristen tidak bersalah baik secara politis, maupun secara moral.
b.   Tujuan Historis
Dasar dari tujuan ini adalah perintah Yesus yang langsung dikatakan-Nya sendiri, setelah peristiwa kebangkitan. Para murid diutus menjadi saksi-Nya di Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8). Perintah Yesus ini juga menjadi pola penyusunan Kitab Kisah Para rasul. Di dalamnya ditunjukkan perkembangan agama Kristen, mulai dari Yerusalem sampai ke ujung dunia (entah Roma atau Eropa).
c.    Tujuan Teologis
Guys... kalo baca kitab ini, kita akan temukan pesan tentang meluasnya agama Kristen bukan sebagai hasil usaha manusia. Misnya, dalam Kis. 1:15 disebut jumlah orang percaya yang berkumpul (dan kemungkinan terlibat dalam pewartaan Injil) sebanyak 120 orang. Ada kesan kitab ini menjadi semacam riwayat tentang daya kekuatan Kristus yang sudah bangkit, dalam kegiatan kerasulan orang-orang percaya yang tak terbendung.
Jadi Guysss... kalau Injil Lukas menceritakan apa yang sudah dimulai oleh Yesus Kristus; maka Kisah Para Rasul menceritakan bagaimana Yesus melanjutkan semuanya itu dengan daya kebangkitan-Nya.
Dalam kitab ini tidak ada keputusan dibuat tanpa bimbingan Roh Kudus. Misalnya coba kamu baca sendiri dengan teliti dan cermat:  Kis. 1:4-5; Kis. 2; Kis. 6:3; Kis. 8:29; Kis. 13:2; Kis. 15:28; Kis. 16:6-7.
Yang terpenting sebagai tujuan ditulisnya kitab ini, adalah mau menunjukkan kepada kita, cara pewarta-pewarta pertama menyampaikan Injil. Mereka menyesuaikan kotbah dengan situasi pendengarnya. Sebagai contoh jelas pada peristiwa kotbah Paulus. Ketika berkotbah di Antiokia-Pisidia (Kis. 13:26-41), paulus berkotbah di Sinagoga dan menghadapi pendengar yang paham Kitab perjanjian Lama; maka Paulus menerangkan dengan mengutip ayat-ayat Kitab Perjanjian Lama. Kemudian ketika kotbah di Listra (Kis. 14;15-17), karena daerah ini lebih ke pedalaman atau perkampungan; maka Paulus tidak mengutip dari kitab manapun, malahan dipakailah istilah-istilah seperti: Hujan, angin, tumbuh-tumbuhan. Selanjutnya ketika kotbah di Atena (Kis. 17:22-31) dan berhadapan dengan orang yang tidak tahu sama sekali tentang kitab Perjanjian Lama, Paulus memakai sastra Yunani, budaya orang Atena.
Nah....jadi dengan itu semua, Penulis kitab ini mau mengajarkan kepada semua orang Kristen di sepanjang masa, bagaimana menghidupi iman dan meneladani Yesus Kristus dalam hidup sehari-hari sebagai seorang Kristiani.

Surat-surat Rasul Paulus

a.    Mengenal Paulus
Terlebih dulu kita akan coba mengenal identitas Paulus. Nama asli sebelumnya adalah Saulus. Dari sejumlah sumber tertulis dikatakan, ia lahir di Tarsus, sebuah kota metropolis Romawi, propinsi Kilikia (Kis 22:3). Letak Tarsus itu terletak di antara sisi utara, melalui gerbang Kilikia, tergabung dengan budaya Asia Kecil; dan di sisi timur melalui gerbang Syria berhubungan dengan negara-negara Asia; lalu di sisi selatan dengan daerah Mediterania.
Ketika terjadi pembunuhan Stefanus -kemungkinan di tahun yang sama dengan Yesus wafat- Saulus disebut sebagai seorang pemuda (lih. Kis 7:57). Dari data ini bisa disimpulkan Saulus lahir setelah Kristus (antara 3-10 Masehi). Orang tua Saulus berkebangsaan Yahudi, dari suku Benyamin (Rom 11:1; Flp 3:5). Orang tua Saulus pindah ke Tarsus dari Palestina, dan tinggal di antara kaum Yahudi yang taat (Flp 3:5). Keluarga Saulus kemungkinan cukup berada, sehingga bisa menyekolahkan Paulus di tempat yang baik.

Pendidikan lanjutan (semacam SMP) telah ada di tengah-tengah kaum Yahudi, sejak tahun 75 sM, yang didirikan oleh Simon ben Shetah. Saulus menerima pendidikan yang lebih tinggi yang ada di kalangan Yahudi sejak zaman Nabi Ezra, sejak tahun 450 sM; seperti disebut dalam Kisah para Rasul bahwa Saulus dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel  (lih. Kis 22:3). Sedangkan pendidikan formal bahasa Yunani, sekalipun masih agar meragukan, kemungkinan besar Saulus juga mengalaminya. Ini kelihatan dari banyak kutiban dengan istilah dan pengetahuan Yunani, yang sangat bagus dan fasih dipakai. Misalnya: Tentang Areopagus di Athena; memakain kutipan-kutipan yang sering digunakan dalam masyarakat: “Di dalam Dia kita hidup, kita bergerak dan kita ada” (Kis 17:28) berasal dari perkataan Epimedes dari Kreta (550-449 BC), atau kelanjutannya: “Sebab kita semua adalah keturunan Allah juga.” (Kis 17:28), adalah dari Aratus (310-240 BC) atau Cleanthes (320-230 BC).
Riwayat hidup Saulus berubah total setelah peristiwa panggilan Tuhan Yesus atas dirinya, ketika dalam perjalanan ke Damaskus (Damsyik), yang atas perintah imam besar untuk memenjarakan siapa saja para murid Yesus pertama (=penganut jalan Tuhan). Sebelum ke Damsyik, ia memberikan diri sepenuhnya kepada hukum Taurat, dan setelah peristiwa Damsyik, ia memberikan hidup sepenuhnya kepada Kristus. Lukas melaporkan hal ini sebanyak tiga kali (Kis 9:1-9, 22:6-16, 26:12-18).
Dalam tulisan Kisah Para Rasul (Kis. 13:9), pergantian nama dari Saulus menjadi Paulus terjadi beberapa saat setelah Saulus bergabung dengan para pengikut Kristus, lalu juga mulai ambil bagian dalam tugas pewartaan Injil. Ketika suatu saat di Pafos, pulau Siprus; Saulus dan Barnabas berjumpa dengan seorang pesihir, Baryesus. Pada kesempatan itu diperkenalkan nama baru “Saulus, juga disebut Paulus”. Walau demikian Yang jelas panggilan Tuhan Yesus kepada Paulus menjadi alasan kuat untuk menyebutnya sebagai Rasul, untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa lain / non- Yahudi (lih. Rom 11:13, 15:16; Gal 1:16, Kis 26:20). Ini berarti Paulus menjadi jembatan antara bangsa Yahudi dengan bangsa-bangsa lain.
Lalu bagaimana kisah keterlibatannya sebagai pewarta Injil? Di awal perjalanan imannya sebagai seorang Kristiani, setelah ia dibaptis di Damsyik, Paulus menarik diri ke daratan Arab (lih. Gal 1:16-). Kira-kira maksudnya Paulus membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri, karena pasti tidak mudah lho meninggalkan cara hidup yang sudah mapan sebagai orang Yahudi dengan segala nilai-nilai dan aturan Yahudi, dan sejak peristiwa panggilan di jalan ke Damsyik (34 Masehi)  itu; kini Paulus berbalik total 360 derajat kepada Kristus (Flp 3:7-12). Paulus sungguh berubah menjadi “manusia yang hidup secara baru” (Gal 2:20, Flp 1:21; 3:7-11). Ia tegas menyatakan kalau Injil yang diberitakannya itu tidak berasal dari manusia, tetapi dari wahyu Yesus Kristus (lih. Gal 1:11-12).
Paulus melakukan perjalanan misinya dengan berkeliling ke kawasan Mediteranian dan sekitarnya sebanyak 3 kali. Pertama, Setelah menyepi di Arab, Rasul Paulus kembali ke Damsyik, tinggal di sana sekitar 3 tahun untuk mengajar dalam khotbah, tentang Yesus adalah Putera Allah (Kis 9:20). Kemudian ia ke Yerusalem, setelah lolos dari usaha pembunuhan oleh orang-orang Yahudi yang belum percaya kalau Paulus sudah bertobat. Di Yerusalem, Barnabas memperkenalkan Paulus kepada para rasul yang lain (lih. Kis 9:26-), bertemu dengan Petrus (Kefas) selama 15 hari (tahun 36 M). Dan selama di Yerusalem inilah, para Rasul mengakui tugas yang dipercayakan Kristus kepada Paulus untuk memberitaan Injil kepada orang-orang non- Yahudi (lih. Gal 2:7-8). Kemudian Paulus kembali ke kampung halamannya di Tarsus (36-44 AD), di daerah Kilikia – Syria. Di sana Paulus juga mewartakan Kabar Gembira, sehingga Gereja bertumbuh.
Kedua, setelah mendengar Gereja berkembang di Antiokhia, Barnabas menjemput Paulus dari Tarsus, lalu mereka menuju ke Antiokhia. Di Antiokhia ini, dicatat bahwa Rasul Paulus menentang Rasul Petrus, karena Petrus tidak mau makan bersama dengan jemaat dari keturunan non-Yahudi. Sikap ini bertentangan dengan ajaran yang telah disepakati sebelumnya, bahwa di dalam Kristus tidak ada lagi pembedaan antara Yahudi dan non-Yahudi; dan orang non-Yahudi untuk menjadi Kristen tidak harus mengikuti adat Yahudi (lih. Kis 15, Gal 2:14). Para Rasul (baik Petrus maupun Paulus) telah sepakat dalam pengajaran, bahwa yang menyelamatkan adalah kasih karunia Tuhan Yesus (lih. Kis 15:7-15; Gal 2:16), bukan hukum Taurat. Saat Paulus menetap di Antiokhia ini (45-46 Masehi), sudah hampir 10 tahun ia bertobat, dan Paulus sudah mendalam iman dan pengetahuannya tentang Tradisi Gereja awal yang meyakini Kristus sebagai Mesias.
Ketiga, dari Antiokhia Paulus melanjutkan misinya untuk mewartakan Injil ke banyak tempat lainnya, sampai saat akhir hidupnya di Roma (64 - 67 Masehi), karena penganiayaan Kaisar Nero. Kalau Rasul Petrus wafat dengan disalib terbalik, Rasul Paulus wafat karena dipenggal kepalanya.
b.   Mengenal Jenis Surat
Rasanya perlu banget deh kamu semua mengenal dengan benar tentang jenis-jenis tulisan surat dari para Rasul, yang diakui termasuk tulisan suci atau Kitab Suci. Secara garis besar Surat-surat Rasul Paulus dalam kitab Perjanjian Baru dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1)      Surat-surat yang ditujukan kepada jemaat / Gereja tertentu (Roma, 1 dan 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika, Ibrani.
2)      Surat-surat yang ditujukan kepada pribadi orang tertentu, bukan ditujukan untuk komunitas jemaat tertentu (1 dan 2 Timotius, Titus, Filemon).
Selain itu jangan lupa ya ternyata dari seluruh surat-surat itu beberapa di antaranya  ditulis oleh Rasul Paulus ketika ia dipenjara, sehingga ada yang dikenal sebagai surat-surat penjara, yaitu: Kolose, Filipi, Efesus, Filemon.
Sementara menurut isinya ada beberapa surat dari Rasul Paulus yang sering disebut sebagai Surat-surat Pastoral, yaitu 1 dan 2 Timotius dan Titus. Alasannya karena surat-surat itu isinnya lebih menekankan hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan pastoral yang efektif.
Selanjutnya Guysss.... dalam Kitab Perjanjian baru ada juga surat-surat yang tidak berasal dari Rasul Paulus, tetapi ditulis oleh Rasul lainnya. Biasanya surat-surat itu disebut Surat-surat umum / Surat Katolik, yaitu: Surat Yakobus; Surat 1 dan 2 Petrus; Surat 1, 2, dan 3 Yohanes; dan Surat Yudas.
c. Tujuan Surat Paulus
Tujuan penulisan surat-surat Rasul Paulus tidak selalu untuk menyelesaikan persoalan baru dalam Gereja, karena ada juga masalah yang sudah lama terjadi di kota tersebut. Karena itu, surat-surat Rasul Paulus tidak semua berisi teguran; tetapi juga wejangan, penegasan akan ajaran iman, dan ajaran moral, ataupun pesan-pesan apostolik lainnya.
Secara garis besar maksud tujuan surat-surat Rasul Paulus kepada Gereja-gereja adalah sebagai berikut:

Surat I dan II Rasul Paulus kepada umat Tesalonika
Sebaiknya kalian ingat dengan baik kalau surat yang paling pertama ditulis oleh Paulus ya... Surat kepada Umat di Tesalonika (52 Masehi). Jadi ceritanya waktu itu Paulus sedang ada di Korintus. Tentu ada alasan serius bagi Paulus sampai-sampai mengirimkan surat ini segala. Kalau diperhatikan dari isinya sih terasa amat seris Paulus menegaskan kepada Umat di Tesalonika (khususnya dalam surat yang pertama) tentang petingnya menghargai “saat kini” atau “saat sekarang”. Bisa jadi waktu itu, banyak orang Kristiani sembrono hidupnya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Nah...dalam nasihat di surat ini ditegaskan:

1. Ajaran tentang kehidupan Kristiani (4:1-12)
2. Ajaran tentang akhir jaman (4: 13-18)
3. Anjuran untuk berjaga-jaga menjelang kedatangan Kristus yang kedua (5: 1-11)
4. Kehidupan dalam komunitas Kristen (5:12-22)
Sedangkan dalam suratnya yang kedua, Paulus rupanya bener-bener dibuat jengkel oleh cara umat di Tesalonika menaggapi pesannya dalam suratnya yang pertama, tentang “kedatangan Yesus yang kedua sudah dekat”. Ada banyak umat menafsirkan dengan keliru, dan bahkan menimbulkan salah paham. Akibatnya ada umat yang tidak mau bekerja lagi, hanya menunggu saat hari kiamat.
Menjawab persoalan ini Rasul Paulus kembali memberi penjelasan tentang maksudnya dia mengatakan “keatangan Kristus yang kedua sudah dekat”. Jadi isi surat keduanya adalah:

1. penjelasan lebih lanjut mengenai Penghakiman Terakhir (1: 5-12)
2. Penjelasan kembali tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, dan pengajaran untuk menyambut hari itu (2:1-17)
3. Nasihat untuk berdoa dan tetap bekerja (3: 1-13).
Surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia
Guysss.... harap diingat ya... dari sekian banyak surat Rasul Paulus ternyata Surat Galatia (54-55 Masehi) disebut oleh para ahli sebagai surat utama para rasul yang ditujukan pada umat non-Yahudi. Alasannya, karena dengan surat inilah Paulus dengan terang-terangan menegaskan, umat Kristen dari keturunan Non-Yahudi tidak diwajibkan untuk memenuhi hukum Taurat Yahudi, terutama sunat.
Jadi Paulus mau menjawab desakan dari umat Kristen Yahudi, yang ingin tetap menerapkan hukum sunat sebagai syarat menjadi Kristen. Maka lewat surat ini Paulus menegaskan satu pesan penting, yaitu tentang “Kemerdekaan Kristiani”.
Selain tentang sunat itu sendiri, rupanya alasan ini dikembangkan menjadi dasar untuk menggugat Paulus, yaitu tentang:
a.        Posisi Paulus sebagai Rasul dianggap tidak sah. Alasannya Paulus bukan termasuk kelompok keduabelas rasul, yang langsung dipilih Yesus. Paulus juga bukan saksi kebangkitan, bahkan Paulus malahan pernah menjadi penganiaya murid Tuhan  (Gal. 1:13.23). Paulus menjawab dengan “pukulan telak” dalam Gal.1:1, mau menegaskan dia rasul bukan karena manusia atau demi manusia, tetapi karena Yesus Kristus dan Allah bapa. Dirinya sudah diterima oleh kelompok yang duabelas itu (Gal. 2;8-10)

b.      Injil yang diwartakan Paulus dianggap tidak sah. Paulus menegaskan, Injil yang diwartakan bukanlah Injil manusia dan ia mewartakan Injil bukan berdasar perintah manusia (Gal 1:15-17).

c.        Fanatisme ke-Yahudi-an. Ini mengulangi lagi tentang tuntutan sunat. Alasannya karena Yesus adalah Mesias Yahudi (juga menjalankan sunat), Yesus milik suku bangsa Yahudi. Jadi kalau orang mau menjadi kristen, harus disunat dahulu dan menjadi orang Yahudi (menerima seluruh hukum dan aturan agama Yahudi).

Paulus melihat dengan semua tuntutan itu berarti orang Kristen harus berhenti menghayati agama Kristen sebagai agama kemerdekaan, lalu kembali ke hukum Yahudi (Gal 5:1). Maka Paulus menjawab dengan tiga dasar, yaitu: Dasar pengalaman bahwa orang Kristen menjadi merdeka dalam Roh (Gal 5:13-26), dan mereka menerima Roh bukan karena melakukan humum Taurat, tetapi karena mendengar dengan penuh iman (Gal 3:1-5); dasar ucapan nabi, “orang yang benar akan hidup oleh iman” (Gal 3:1; Hab. 2:4); dasar sejarah bahwa ketika Abraham diterima Allah, ia tidak disunat (Gal 3:10-18), jadi kalau untuk jadi Kristen harus sunat dahulu berarti apa yang dikerjakan Kristus di salib dianggap tidak cukup untuk mendapat keselamatan, sehingga harus ditambah lagi dengan sunat (gal 5:2-11; 6:11-16).

Surat I dan II Rasul Paulus kepada umat di Korintus
http://www.lib.umich.edu/files/collections/papyrus/k12/images/LIT_pauline_both_lg.jpgGereja memperkirakan Surat Pertama kepada umat di Korintus ditulis pada tahun 57 Masehi. Tujuan Surat ini untuk memberi pengajaran kepada umat di Korintus yang pada saat itu mengalami:
1.   Masalah perpecahan atau semangat golongan (1:10-11; 3:3-15)
Jemaat ribut soal kelompok (Apolos, Petrus, Paulus). Paulus menegaskan Gereja bukanlah Gereja seseorang, tetapi Gereja Kristus.
2.   Masalah kesombongan intelektual (1 Kor. 1:17.20-25; 3:18-22)
Paulus melawan keangkuhan jemaat asal Yunani yang mengandalkan kecerdasan intelek, dengan berbicara tentang wahyu Allah dalam diri Yesus Kristus. Wahyu memang harus dipikirkan dan dipahami, tetapi pertama sekali wahyu harus diterima dengan penuh iman.
3.   Kemerosotan moral (5:1-6:8)
Paulus menegaskan kedisiplinan kristiani, untuk jemaat yang beralih dari cara hidup lama ke cara hidup baru. Di dalam gereja norma-norma harus tetap diperhatikan.
4.   Masalah penyelesaian perkara (1Kor. 6:1-8)
Paulus meminta kalau ada perselisihan, hendaknya diselesaikan dalam jemaat. Orang kristen janganlah lebih dahulu menyelesaikan masalah dengan pengadilan.
5.   Masalah antinomi atau paham atas tubuh (1Kor. 6:9-20)
Kalau orang berpikir tubuh itu kotor dan jahat, Paulus menegaskan bahwa bagi orang kristen baik tubuh maupun jiwa sudah ditebus oleh Kristus, dan dengan begitu menjadi milik Allah, serta kediaman Roh. Jadi tubuh kita adalah milik Kristus.
6.   Masalah perkawinan dan hubungan seksual (1Kor 7)
Paulus mengingatkan “waktunya terlalu singkat” (1Kor. 7:29). Ini menjadi alasan untuk menantikan kedatangan kedua Yesus Kristus, yang bisa terjadi kapanpun. Jadi hidup perkawinan hanya dipilih kalau seseorang tidak tahan selibat. Begitu juga hubungan seksual adalah sesuatu yang tanpa itu manusia bisa hidup lebih baik.
7.   Maslah makan daging persembahan (1 kor. 8-10)
Bagi Paulus, tangan yang sudah menyentuh Tubuh Kristus dalam Sakramen tidak boleh menyentuh daging persembahan untuk berhala. Karena bersentuhan dengan persembahan berhala bisa membuat orang meninggalkan imannya. Karena itu bagi yang beriman kuat harus bisa memberi contoh (1 Kor. 8:13)
8.   Masalah wanita dalam Gereja (1 Kor. 11:2-16; 14:34-36)
Masalah tidak hanya sekedar apakah seorang wanita ketika beribadat harus memakai kerudung kepala atau tidak. Paulus menjumpai bahwa kaum perempuan dalam Gereja Perdana telah menuntut hak (emansipasi) terlalu jauh. Mereka menuntut kebebasan, yang waktu itu bisa menjelekkan nama Gereja.
9.   Masalah perjamuan Tuhan (1Kor. 11;17-34)
Perjamuan Tuhan harus menjadi kegiatan persaudaraan yang sejati. Masalah muncul karena dalam prakteknya; yang kaya bisa makan sampai kenyang, sedang yang miskin tetap lapar. Sehingga rasa persaudaraan mati.
10.   Masalah anugerah Roh (1Kor. 12-14)
Gereja bagi Paulus ibarat tubuh. Setiap orang adalah anggota tubuh, tidak ada bagian yang lebih tinggi atau lebih rendah. Tubuh Gereja baru akan sehat, kalau semua bagian menjalankan tugasnya. Paulus bukan menolak anugerah (khususnya bahasa asing, bahasa Roh) tetapi juga tidak menerima, sebab itu tidak bisa dipahami (walau bisa ditafsirkan), dan seseorang tidak bisa berubah menjadi baik karena sesuatu yang dia sendiri tidak mengerti. Jadi tugas yang dimaksud Paulus adalah pekerjaan-pekerjaan sederhana danbiasa dalam hidup sehari-hari, bukan yang sukar dimengerti atau spektakuler.
11.   Masalah kebangkitan badan (1 Kor 15)
Paulus menegaskan bahwa manusia diselamatkan baik jiwa maupun badannya, danbahwa seteah mati setiap orang masing-masing tetaplah dirinya sendiri, bukan berubah menjadi orang lain. Sekalipun sudah mati setiap orang tetap adalah pribadi. Jadi menerima kebangkitan badan berarti percaya akan kebangkitan pribadi, soal bagaimana nanti bentuknya, biarlah Allah yang bijaksana menentukannya.

Selanjutnya tentang Surat kedua kepada umat di Korintus ditulis sekitar tahun 57-58 Masehi. Tujuannya untuk menyelesaikan pertentangan dan membangun perdamaianPersoalan mendesaknya adalah tentang kolekte. Perbuatan derma itu sudah dimulai oleh Gereja Makedonia, padahal mereka rata-rata miskin tetapi dengan murah hati sudah memberi. Paulus ingin supaya Gereja di Korintus, yang sebenarnya jauh lebih mampu juga mencontoh perbuatan baik itu. Dasar keteladanannya adalah Tuhan Yesus sendiri, yang demi keselamatan manusia telah mengesampingkan kemuliaan-Nya dan menjadi miskin (2 Kor. 8:1-15). Maka Paulus memberi petunjuk tentang kolekte. Petunjuk yang sama juga ditemukan dalam barbagai surat dari Paulus, yaitu:
1.          Bagi orang Kristen, memberi adalah satu kewajiban (Rm. 15:27; Gal. 2:10)
2.      Walau kolekte disampaikan ke petugas gereja, tetapi itu untuk Allah (2 Kor 8:5)
3.      Yesus sendiri adalah teladan dalam berderma itu (2 kor. 8:9)
4.      Dalam memberi ada dua hal terjadi: Cinta menjelma dalam tindakan bukan hanya kata-kata (2 kor. 8:8), dan kesatuan gereja ditunjukkan (2 kor. 8:10-15)
5.      Pemberian hendaknya teratur, sedikit demi sedikit, supaya tidak memberatkan (1 Kor. 16:1-2)
6.      Kolekte hendaknya sesuai dengan keadaan ekonomi masing-masing. Seseorang tidak boleh diminta menyumbang sampai membuatnya menjadi miskin (2 kor 8:12-15)
7.      Pemberian hendaknya dijalankan dengan sukarela dan gembira, bukan terpaksa (2Kor 9:6-11)
8.      Setiap pemberian untuk orang miskin adalah satu ucapan syukur kepada Allah (2Kor. 9:12)
9.      Pengertian dalam bentuk kemurahan hati dan tanggung jawan terhadap sesama adalah satu kekuatan agama kristen (2 Kor. 9:13-15)
10.  Tata tertib pengumpulan dana dibuat demi dijalankannya dengan jujur (2 Kor. 8:16-24)
11.  Sumbangan itu hendaknya disampaikan secara pribadi (2Kor. 8:22-24).

Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma
Inilah surat terbesar dari Rasul Paulus. Ditulis sekitar tahun 58 Masehi. Tujuannya pengajaran pada umat, terutama tentang teologi keselamatan. Surat ini awalnya ditulis untuk mempersiapkan rencana kunjungannya ke kota Roma (belum pernah ke Roma), dalam perjalanannya ke Spanyol. Rencana ini terhalang dengan peristiwa penahanannya. Akhirnya Paulus memang tidak pernah ke Roma (kecuali sebagai tahanan), dan apalagi ke Spanyol.
Pengajaran tentang “teologi keselamatan” diterangkan dengan pola “hubungan manusia dengan Allah, dan manusia dengan manusia”. Ajaran ini untuk melawan paham dalam dunia kafir, di mana hubungan Allah dan manusia itu sudah putus. Dan juga Paulus mengkritik kalangan Yahudi, sebagai yang menerima paham hubungan Allah – manusia, tetapi ternyata cara hidupnya tidak lebih baik dari orang yang dianggap kafir.
Maka menjawab kedua masalah itu, Paulus lalu mengajarkan tentang “prinsip pembenaran”, bahwa:
1.      Manusia dibenarkan karena iman yang tak terlepas dari perbuatan kasih, bukan karena sunat (1:17-4:25)
2.      Pengharapan Kristiani (5:1-11:36).
3.      Kehidupan Kristiani dan pelayanan kasih adalah dua hal tidak terpisahkan, maka yang kuat imannya harus memberi contoh pada yang lemah imannya (12:1- 15:33)

Sebenarnya sebelum ajaran di atas Paulus juga menjelaskan tentang dosa asal. Bagi Paulus, dosa asal itu bukanlah kecenderungan kepada dosa, atau kecenderungan kepada warisan dosa. Dosa asal itu betul-betul berarti bahwa didalam Adam, semua orang sudah berdosa. Alasannya karena seluruh umat manusia punya ikatan solidaritas, sebagai satu anggota keluarga, klen atau bangsa tertentu. Nah...prinsip solidaritas ini harusnya juga bisa diterapkan dalam hal keselamatan. Jadi kalao karena ikatan solidaritas dengan Adam, lalu semua orang juga berdosa; maka dalam ikatan solidaritas dengan Yesus Kristus, semua orang juga dimungkinkan untuk selamat. Dan hal itu hanya bisa terjadi kalau orang punya IMAN (Rom. 4:16:25).
Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi
Ditulis pada saat Rasul Paulus pertama kali di penjara di Roma sekitar tahun 61-63 Masehi. Waktu dipenjara ia dikunjungi oleh Epafroditus, salah seorang umat Filipi. Saat mengunjungi Rasul Paulus, Epafroditus sakit dan hampir mati, namun akhirnya ia sembuh. Tujuan ditulisnya surat ini ada dua hal, yaitu: Pertama, Rasul Paulus berterima kasih kepada orang Filipi karena bantuan yang mereka berikan kepadanya (Flp. 4:14-18). Kedua, tentang Epafroditus yang membawa hadiah orang Filipi untuk Paulus, bahwa ia sedang sakit keras (Flp. 2:25-29). Surat kepada umat di Filipi menunjukkan kepada kita contoh “Gereja Kristus yang ideal”. Dari tulisan ini muncul beberapa ciri dari surat ini, yaitu:
a.    “Surat sukacita” (Flp. 1:4.18.19; 3:1; 4:1; 4:4). Surat ini menegaskan kebenaran bahwa dalam Kristus kemerdekaan yang tidak dapat dikungkung oleh penjara, atau apapun; dalam Kristus ada sukacita yang tidak dapat disuramkan oleh penderitaan apapun.
b.    “Surat dua dunia” (Flp. 1:9-11; 2:16; 3:20-21). Paulus selalu menegaskan bahwa hari kristus sedang datang. Orang Kristen adalah orang yang hidup di antara yang sudah dan yang belum. Karena itu orang kristen adalah orang yangmelihat semuanya dalam terang keabadian, dan tujuan hidupnya siap sedia pada panggilan Allah.
c.    “Mengarahkan ke masa depan”. Paulus menggambarkan dirinya sebagai pelari. Orang kristen adalah orangg yang melupakan masa lampau, dan mengarahkan perhatian ke masa depan yang baik.
d.    “Menekankan rasa cukup”, atau rasa senang dengan apa yang ada. “Aku telah mencukupkan diri dalam segala keadaan” (Flp. 4:11). Prinsip “rasa cukup” ini hanya mungkin terjadi kalau kita memiliki ketergantungan mutlak kepada Yesus Kristus.
e.    Surat orang yang rendah hati”. Ciri sangat terkenal Fil. 2:1-11 adalah perikop paling cemerlang dalam Perjanjian Baru.  Dikatakan Yesus Kristus dalam kerendahan-Nya telah mengosongkan diri dari kemuliaan-Nya danmenjadi seorang hamba, taat sampai mati, bahkan mati di salib. Dan dari kerendahan itu Ia menerima kemuliaan. Dengan ini kita diajak untuk memiliki kerendahan hati yang sama seperti Yesus Kristus.
Tekanan yang mau disampaikan adalah:
1.      Teladan apostolik (1:1-14)
2.      Wejangan untuk menjaga persatuan, kerendahan hati, dan ketaatan (2: 1-18)
3.      Ditekankan bahwa Yesuslah tujuan kita umat beriman (3:1-21)
4.         Damai dan suka cita sebagai ciri-ciri kehidupan Kristiani (4: 1-19)

Surat Rasul Paulus kepada umat di Kolose
Guyss..... kalau kita perhatikan di Bangka-Belitung mayoritas (kebanyakan) umat Katolik dulunya beragama non-katolik. Kebanyakan umat Katolik sebelumnya Kong fu chu atau Budha, agama warisan untuk masyarakat keturunan Tionghoa. Nahh... dari sekian banyak orang yang sudah Katolik ternyata tidak sedikit yang masih mempraktekkan kebiasaan-kebiasaan dari agama atau kepercayaan sebelumnya. Kalau kita mau jujur ya.. inilah sebenarnya yang sering menjadi sumber masalah sikap mendua hati (sinkretisme). Kita sudah beriman Katolik, tapi juga masih melakukan upacara-upacara agama lain.
Bagi Rasul Paulus situasi seperti itu sungguh berbahaya untuk iman Kristiani. Karena itu sekitar tahun 61-63 Masehi ditulislah Surat kepada umat di Kolose ini. Umat di Kolose adalah satu komunitas jemaat yang paling bawah posisinya di antara komunitas Gereja-gereja lainnya, dan baru saja bertobat karena pewartaan Epafras. Mereka dulunya kafir dan menjauhi Allah (Kol. 1:21), tetapi kini telah mengenal kasih karunia Allah. Maka demi menjaga iman mereka pada Kristus, Paulus perlu mengingatkan tentang bahaya-bahaya apa saja, yang muncul dari kepercayaan sebelumnya, yaitu:
a.      Bahaya Astrologi
Astrologi adalah ilmu nujum perbintangan, yang sudah ada sejak zaman bangsa Babylonia. Diyakini dalam Astrologi, bintang-bintang dan planet-planet sebagai dewa, yang punya kuasa atas manusia. Akibatnya orang pada percaya nasib, sesuai bintang kelahirannya (Kol. 2:8.20). menurut Paulus orang yang sudah percaya pada kekuatan Kristus, tidak bisa sekaligus percaya kepada bintang-bintang. Jangan-jangan ada di antara mu yang percaya juga dengan ramalan ini ya....?
b.      Bahaya Syncretisme
Untuk yang satu ini kamu harus hati-hati ya... karena zaman sekarang pun kebanyakan orang juga berpikir Syncretisme, yaitu paham yang menganut campuran agama-agama. Contohnya, anggapan semua agama sama saja (indiferentisme), yang penting tujuannya ke Tuhan yang satu dan sama. Padahal kalau ajaran iman berbeda, tentu saja juga  punya keyakinan beda tentang Tuhannya lho.
Paulus sangat menolak paham itu dan mengajarkan paham Kristologi, untuk menegaskan kalau agama Kristiani itu berbeda sama sekali dari agama lain. Sebagai orang Kristen harus hanya mengakui Kristus sebagai “gambar Allah” yang tak kelihatan. Kristus mengungkapkan seluruh kepenuhan Allah (Kol. 1:15-20). Kristus memiliki segala-galanya. Ia tidak membutuhkan orang lain atau sesuatu yang lain (Kol. 2:3. 9-10). Orang Kristen harus berpegang pada Kristus satu-satunya.
c.      Bahaya Gnostisisme
Gnostisisme adalah paham yang mengajarkan: Pertama, mendewakan ilmu pengetahuan dan menolak ajaran penciptaan dunia oleh Allah (Kol. 1:16-17). Kedua, tubuh dilihat sebagai yang jahat. Ketiga, keselamatan hanya bisa tercapai lewat pengetahuan, sehingga hanya kaum cendekiawan saja akan selamat.
Gnostisime melawan iman kekristenan, yang mengakui Kristus itu kepenuhan Allah, dalam  satu tubuh (Kol. 2:9-10). Karena itu, tubuh tidak bersifat jahat yang bisa diperlakukan semaunya (Kol. 2:20). Keselamatan bukan berasal dari ilmu pengetahuan, tetapi dari Kristus (Kol. 1:28). Maka Paulus menegaskan, bahwa:

1.      Keutamaan Kristus yang mengatasi segala kuasa (1:15-20)
2.      Misteri Gereja dinyatakan dengan kepenuhan hidup di dalam Kristus (1:24: 2:8)
3.      Agar umat waspada terhadap ajaran sesat (2:8-4:6)




Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus
Guyss..... pernah dengar enggak berita tentang maraknya praktek perdukunan, sampai-sampai ada yang menjadi kurban dan mati terbunuh karena diduga sebagai pelaku perdukunan itu? Singkatnya praktek perdukunan memang sering menjadi bibit isu yang tidak jelas. Lalu muncullah perselisihan dengan saling menuduh atau curiga, dan bisa saling membunuh lho.
Jadi ketika Paulus masih dalam penjara di Roma terdengarlah olehnya kabar buruk seperti di atas, terjadi dan membuat jemaat di Efesus terpecah belah. Surat ini dipakai oleh Paulus (sekitar musim semi thn 63), untuk mengingatkan umat di Efesus tentang pentingnya persatuan dalam Yesus Kristus (Ef. 1:9-10). Ditegaskan oleh Paulus dalam surat itu, Gereja berperan penting untuk terwujudnya persatuan:

a.       Manusia dibawa kepada persatuan dengan dirinya sendiri (mengalahkan kejahatan), dengan pertolongan rahmat Allah. Karena itu manusia butuh iman (Ef. 2:1-10).
b.       Manusia bisa bersatu dengan sesamanya (dari bangsa non Yahudi atau kafir) kalau bersatu dalam Kristus. Oleh Kristus tembok pemisah dirobohkan (Ef. 2:11-22). Tidak ada lagi orang Yahudi atau orang kafir. Semua menjadi manusia baru –sifat kemanusiaannya (Ef. 2:15).
c.       Manusia dibawa pada persatuan dengan Tuhan, oleh karena Kristus (Ef. 2:18; 3:12). Yesus Kristus dengan salib membuka jalan kepada Allah (Ef. 2:13-16).
d.      Gereja adalah alat Kristus untuk membentuk persekutuan baru dalam dunia yang sudah terpecah-belah. Karena itu Paulus berkata, “Gereja yang adalah Tubuh-Nya...” (Ef. 1:22-23). Artinya tanpa Gereja Kristus tak dapat melaksanakan karya-Nya. Hanya dengan bersatu dalam Gereja, orang mengalami dan mengenal keselamatan.

Surat kepada umat di Ibrani
Tentu kamu semua pernah mendengar ungkapan, Allah itu mahasuci dan mahatinggi, karena itu tidak mungkin terjangkau oleh manusia (transendensi mutlak). Moga saja itu tidak menjadi prinsip iman kalian ya...
Surat Ibrani yang kemungkinan ditulis sekitar tahun 66 Masehi, mau menjawab persoalan seperti di atas. Atau persisnya menyemangati dan memberi dukungan untuk umat Kristen Ibrani yang pada saat itu mengalami ‘kelesuan’ iman. Inilah alasannya kenapa kalau kita baca isi surat ini hampir seluruhnya (ada kesan mengulang-ulang) menjelaskan tentang hubungan Kitab Perjanjian Lama dengan Injil. Lalu disambung dengan dukungan bagi umat untuk mengarahkan pandangan kepada kemuliaan surga.
Dalam Surat Ibrani terdapat petunjuk tentang keunggulan-keunggulan Yesus Kristus, yaitu:
a.       Yesus lebih besar daripada para nabi (Ibr. 1:1-3). Kalau para nabi menyampaikan wahyu Allah dengan tidak sempurna; lain dengan Yesus Kristus, Dialah Putera yang dalam-Nya kesempurnaan Allah dapat dilihat dengan sempurna.
b.      Yesus lebih besar dari para malaekat (Ibr. 1:4-2:9). Hanya Yesus yang bisa disebut Sang Putera dan disembah, sementara malaikat sama seperti manusia hanya disebut putra-i Allah.
c.       Yesus lebih besar dari Musa (Ibr. 3;1-6). Seperti seorang arsitek dan pembangun rumah jauh lebih besar dan lebih dihormati dari rumah itu sendiri.
d.      Yesus lebih besar dari Aaron (imam dalam Perjanjian Lama). Coba kamu baca dalam Ibr. 5:3; 7:27, lalu lanjutkan dengan Ibr. 9:12. 26. 28.
Karena itu Penulis surat ini menunjukkan tiga julukan penting untuk menyebut Yesus, yaitu:
a.       Yesus adalah archegos (Ibr. 2:10; 12:2), yaitu perintis, orang yang menemukan jalan baru dan yang lain mengikutinya.
b.      Yesus adalah prodromos (Ibr. 6:20), yaitu peninjau atau pemandu yang berjalan lebih dahulu. Maksudnya, Yesus adalah seorang yang membuka jalan kepada Allah, sehingga orang lain bisa menyususl dan bertemu dengan Allah.
c.       Yesus adalah mesites (Ibr. 9:15; 12:24), yaitu pengantara atau orang yang berdiri di tengah. Maksudnya Yesus berdiri di antara manusia dan Allah, yang menghantar Allah kepada manusai dan yang membawa manusia kepada Allah.


Surat Paulus kepada Filemon
Ini adalah satu-satunya surat pribadi yang ditulis oleh Rasul Paulus. Sebagai suatu surat pribadi, Surat Filemon sangat pendek, dengan penomoran bab hanya satu saja dan jumlah ayat 25. Seperti nama surat ini, demikianlah pula tujuannya kepada seorang bernama Filemon, seorang kristen yang memiliki seorang budak bernama Onesimus. Tema utama surat ini adalah tentang “Hamba dan Saudara”. Sedangkan inti pembicaraan adalah tentang peristiwa larinya Onesimus dari rumah Filemon, bisa jadi karena alasan mencuri (Flm. 8-9). Dari isi surat bisa dipastikan kalau Onesimus lari ke Roma. Ia berjumpa dengan Paulus dan menjadi seorang Kristen (Flm 10).
Ada sesuatu yang sangat menarik dengan Onesimus (=berguna). Rupanya Rasul Paulus bermain kata dengan arti nama ini (Flm 11). Onesimus yang ketika dahulu sebagai budak tidak dianggap berguna bagi Filemon, namun kini bagi Paulus kehadiran Onesimus sangat berguna baginya. Menurut hukum Romawi, seorang budak itu hak sepenuhnya dari tuannya, dan kalau sampai melarikan diri berarti dia sudah berbuat kejahatan sangat besar. Ancamannya hukuman mati. Karena itu di satu pihak, sekalipun Paulus sangat mengasihi Onesimus, Paulus tentu tidak bisa menahan Onesimus untuk membantunya selama di penjara tanpa persetujuan Filemon. Dan di lain pihak Paulus mengambil resiko besar dengan mengirimkan Onesimus kembali ke tuannya. Maka dalam surat itu, Paulus memohon Filemon agar menerima Onesimus, bukan lagi sebagai hamba (seperti berlaku dalam hukum Romawi), melainkan lebih daripada hamba, yaitu sebagai saudara terkasih (Flm. 16).
           
Kesimpulan tujuan dari surat ini adalah Paulus hendak mencabut sisi buruk dari praktek perbudakan di antara orang Kristen. Onesimus harus kembali sebagai hamba, tetapi juga sebagai saudara kekasih. Dengan cara demikian, sebenarnya Paulus menaburkan bibit yang cepat atau lambat akan membawa perubahan.



Surat pertama dan Kedua Paulus kepada timotius, dan Surat Paulus kepada Titus
Ketiga surat ini dikelompokkan ke dalam satu bentuk, yaitu surat pastoral (=kegembalaan). Ketiga surat mempunyai pokok pikiran sama, yaitu tentang Gereja. Ini menunjukkan bahwa saat surat ini ditulis, Gereja sedang dalam proses menjadi satu institusi yang terorganisir dengan baik (menyangkut bentuk ibadahnya sendiri, credonya sendiri, dan liturgi serta upacaranya). Contohnya, dalam surat-surat ini terdokumentasi dengan baik penggalan-penggalan madah (nyanyian) kristen yang paling tua, misalnya dalam 1 Tim. 3:16; 2 Tim. 2:11-13, dan bahkan ada penggalan Credo paling tua dalam 2 Tim. 2:8. Untuk pertama kali juga disinggung tentang pembaptisan sebagai satu kelahiran baru (Tit. 3:5). Demikian pula disebut tentang praktek penumpangan tangan, yang olehnya anugerah ilahi turun ke atas mereka yang dilantik untuk tugas pelayanan (2 Tim. 1:6; 1 Tim 4:14).
Yang paling mendasar ditunjukkan lewat ketiga surat ini adalah terjadinya perubahan situasi, bahwa Gereja bukan lagi sebuah organisasi kecil dengan anggota yang hanya beberapa saja. Sebaliknya Gereja sudah merupakan satu institusi dan organisasi yang sangat mapan di tengah dunia.
Beberapa pokok pikiran yang dapat disarikan dari ketiga surat pastoral ini di antaranya:
a.      Tentang Institusi (Pemuka Jemaat)
Pesan yang mau ditekankan adalah pentingnya para pemuka jemaat memiliki watak sungguh sebagai seorang Kristen. Ada beberapa istilah untuk para pemuka jemaat, dengan tugas dan syaratnya masing-masing. Di antaranya adalah: Penilik jemaat, Penatua jemaat, dan Diaken. Penatua menjelaskan tentang orangnya (sudah berumur), dengan tugas mewartakan Sabda, mengajar dan memimpin jemaat. Sedangkan gelar “penilik jemaat” (episkopos) menekankan fungsinya. Lalu untuk Diaken berarti pelayan, menyangkut hal-hal praktis dalam Gereja. Selanjutnya dipaparkan berbagai persyaratan untuk menjadi salah satu dari antara jabatan itu (Tit. 1:5-9; 1 Tim. 3:1-7; 8-13).
b.      Tentang Iman
Yang mau ditekankan di sini perihal keyakinan, bahwa satu-satunya daya yang ampuh untuk melawan ajaran sesaat adalah dengan mewartakan kebenaran yang telah diwariskan Gereja. Alasannya karena dalam Gereja terjadi hal-hal yang dapat mengancam kemurnian iman (1 Tim. 1:3-7; 2 Tim. 3:1-9; 4:3-4), dan surat-surat ini untuk menghadapi ancaman itu.
Iman dijelaskan dalam dua arti. Pertama, iman berarti satu hubungan yang hidup, yang penting dan bersifat pribadi antara kita dengan Tuhan Yesus. Kedua, iman bisa berarti satu credo, satu pokok ajaran (1 Tim. 4:1; 4:6; 6:10). Dengan beberapa kali memakai kata “sehat” (ajaran sehat, pikiran sehat, orang yang sehat dalam iman), terkesan mau menegaskan makna beriman berarti mengikuti tata cara dan kebiasaan yang sudah ada, mengutamakan kepercayaan kepada ajaran Gereja yang sudah teruji kebenarannya (1 Tim. 1:10; 6:3; 2 Tim. 1;13; 4:3; Tit. 1;9; 1;13; 2;1; 2;8)
c.      Tentang Gereja
Yang mau ditekankan dalam hal ini, bahwa cara propaganda (penyebaran) yang terbaik untuk agama Kristen adalah lewat menghayati hidup Kristiani secara murni dalam segala lingkungan hidup. Untuk itu dibutuhkan pemahaman yang benar. Pertama, Gereja hendaknya menjadi Gereja yang berdoa (1 Tim. 2:1.2.8). Kedua, Gereja hendaknya menjadi Gereja yang setia membaca Kitab Suci (mencari kehadiran Allah dan mendengarkan Sabda merupakan hal terpenting).
Surat-surat ini juga menegaskan tentang gambaran kehadiran Gereja dalam dunia. Pertama, orang Kristen harus menjadi warga negara yang baik dan selalu berdoa untuk para penanggung jawab pemerintahan (1 tim. 2:1-2), patuh pada hukum dan hidup sederhana (Tit. 2:1-2). Kedua, orang Kristen harus setia pada tugasnya sehari-hari (sesuai profesinya masing-masing), tidak boleh dengan dalih sesama Kristiani lalu dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak terpuji (1 Tim. 6:1-2).



Surat Yakobus
Seperti disebut pada penamaan kitab ini, Yakobus -saudara Yesus, sering disebut sebagai penulisnya. Dari seluruh Kitab dalam Perjanjian Baru, inilah kitab yang paling cocok (relevan) dengan dunia modern. Seluruh isi dalam surat Yakobus sangat mudah dipahami oleh manusia zaman modern.
Skema Surat Yakobus bisa disebut amat buruk, sebab sulit mempertemukan antara pokok pikiran yang satu dengan yang lainnya. Tetapi sebagai metode berkotbah gaya Yahudi, memang begitu umumnya, supaya kelihatan lebih menarik. Dan kemungkinan sekali bahwa awalnya surat ini adalah bahan kotbah di synagoga Yahudi. Buktinya adalah terlalu sedikit hal-hal khas Kekristenan disingung, misalnya hanya dua kali menyebut nama Yesus Kristus (Yak. 1:1; 2:1).
           
Pengajaran-pengajaran penting dalam Surat Yakobus:
a)      percobaan mendatangkan ketekunan (Yak. 1:2-4). Ketekunan yang dimaksud bukan sikap tabah dan sabar menunggu saja, tetapi ketahanan batin menghadapi kesulitan sambil berusaha mengatasinya.
b)      Kejahatan dan percobaan tidak berasal dari Allah (Yak. 1:13-15), karena itu tidak boleh menyalahkan Allah kalau jatuh dalam percobaan lalu menderita. Orang tidak boleh berkeyakinan, karena Allah yang menciptakan semuanya, maka Allah juga yang menciptakan kejahatan dan percobaan.
c)      Di hadapan Tuhan tidak ada perbedaan status orang. Yakobus mengutuk keangkuhan dan sifat pandang muka atau membeda-bedakan menurut status sosial (Yak. 2:1-7). Kecenderungan di segala zaman adalah menghormati orang menurut status sosial, keadaan ekonomi, kasta atau pekerjaannya. Bagi Yakobus semua orang sama di hadapan Tuhan, yaitu orang berdosa yang patut mendapat hukuman.
d)      Cemas pada bahaya kekayaan (Yak. 1:10; 5:1-6). Menurut Yakobus, sehebat-hebatnya kekayaan pasti akan musnah, dan seburuk-buruknya kekayaan hanya akan menjadi bibit kejahatan kalau dipakai oleh orang yang mementingkan kekayaan.
e)      Yakobus melihat agama dari segi praktis. Hidup beragama yang benar adalah mengunjungi yatim-piatu, memelihara janda-janda, dan melakukan peri hidup yang murni (Yak. 1:27). Perhatian kepada sesama itu harus bersifat utuh, jiwa dan badan (keselamatan dan kesejahteraan). Ciri orang Kristen adalah “prihatin”, yaitu rasa belas kasih yang dipraktekkan dalam tindakan nyata yang baik (Yak. 2:15-16)
f)       Dua macam kebijaksanaan atau hikmat menurut Yakobus, yaitu: hikmat yang membuat orang bijaksana seacra duniawi, dan hikmat yang membuat manusia hanya memikirkan hal-hal surgawi (Yak 3:13-17). Berkat dalam hidup adalah pikiran yang murni dan hati yang merendah. Sedangkan kutukan hidup adalah ambisi yang tamak  Mak (Yak. 4:1-10).
g)     Dosa lidah (Yak 1:26; 3:1-12). Menurut Yakobus, lidah itu kekuatan paling berbahaya di dunia.
h)      Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:14-26). Sehubungan dengan ajaran ini ada tiga hal harus diperhatikan:

1)      Kalau bagi Paulus perbuatan itu berarti melakukan hukum dan adat Yahudi. Sedangkan bagi Yakobus yang disebut perbuatan adalah: Cinta, keadilan, belas kasih, murah hati, dan keprihatinan (solidaritas).
2)      Iman sering dihubungkan dengan keyakinan. Ada dua jenis keyakinan, yaitu keyakinan intelektual (soal akal budi semata-mata), dan keyakinan moral yang sanggup membimbing hidup manusia kepada kebenaran.
3)      Langkah kehidupan Kristiani. Pertama, orang Kristen diselamatkan hanya oleh iman, sebab manusia tidak bisa berusaha sendiri tetapi butuh rahmat Allah. Kedua, orang dapat menerima rahmat Allah kalau mempunyai keyakinan bahwa apa yang dikatakan dan dibuat Kristus itu benar. Ketiga, setelah menerima Kristus, hidup kita haruslah merupakan usaha yang tak kenal henti, untuk memanfaatkan rahmat Allah itu. Hidup kita haruslah merupakan usaha tanpa henti untuk mengikuti jejak Kristus.

Kesimpulannya, manusia tidak diselamatkan oleh perbuatan baik, tetapi diselamatkan untuk berbuat baik. Dan iman yang benar tidak cukup hanya diterima saja, tetapi harus dilakukan dalam hidup.



Surat Pertama Petrus
Ini adalah surat yang paling mudah dimengerti, karena isinya yang hangat dan mendorong orang supaya tetap tabah dan setia menjalankan tugas walau dalam situasi sulit. Secara garis besar surat ini bisa dibagi menjadi dua (mirip dua kotbah yang disatukan), yaitu 1 Ptr. 4:11 dan 1 Ptr. 5:14). Bagian pertama berbicara tentang permandian; dan bagian kedua ditujukan kepada Gereja yang terancam pengejaran, yang dilengkapi dengan dorongan agar tetap tabah dan setia dalam iman.
Petrus membuka suratnya dengan keyakinan dasar, bahwa orang Kristen adalah manusia yang sudah “dilahirkan kembali” (1 Ptr. 1:3; 1:23). Inilah yang menempatkan orang kristen dalam hubungan-hubungan:
a)      Hubungan dengan Yesus Kristus. “Kelahiran baru” terjadi karena karya Yesus yang sebagai energi moral menggerakkan manusia, sehingga sanggup berubah menjadi “manusia baru”. Dengan cara itu Yesus Kristus menunjukkan satu teladan, yang bisa kita contoh. Misalnya, tentang “ketaatan” (bacalah: 1 Ptr. 1:2; 1Ptr. 1:13-21; 1 ptr. 2:1-3; 1 Ptr. 2:9-10; 1 Ptr. 4:1-6; 1 Ptr. 4:7-11). Petrus juga memberi tiga gambaran tentang Yesus:
1)      Yesus sebagai Domba Paskah  (1Ptr. 1:19). Kalau darah domba Paskah melindungi rumah dan penghuninya dari malaikat maut, Darah Yesus melindungi kita dari kematian dosa.
2)      Yesus sebagai hamba yang menderita (1 Ptr.2:21-24)
3)      Yesus sebagai “kambing penghapus dosa”. Yesus telah menanggung dosa kita pada kayu salib (1 Ptr. 2:24)

b)      Hubungan dengan dunia. Setiap orang Kristen harus melihat dirinya dengan kehidupan nyata di sekitar, yaitu:
1)      Dalam kehidupan rumah tangga, kalau ada pasangan suami-istri di mana salah satunya bukan Kristen, maka hidup orang yang Kristen harus menjadi contoh bagi yang tidak Kristen, yaitu tenang tetapi kuat daya tariknya.
2)      Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang Kristen harus hidup dalam semangat pengabdian yang total, seperti Yesus Kristus sendiri (1 Ptr. 2:11-17).
3)      Sebagai warga negara,  orang Kristen harus bisa hidup dengan benar sehingga bisa menunjukkan kepalsuan hidup para penentangnya (1 Ptr. 2:11-17). Kekristenan hanya bisa dibuktikan lewat cara hidup orang Kristen itu sendiri. Jadi cara terbaik membela dan menyebarkan iman Kristen adalah dengan hidup sebagai orang Kristen yang baik.

Selanjutnya di bagian kedua, Petrus menegaskan beberapa hal sebagai nasihat bagi umat Kristen yang dalam bahaya pengejaran,
a)      Pengejaran membuktikan kemurnian iman (1 Ptr. 1:6-7)
b)      Mengadapi tindakan sewenang-wenang dari orang jahat, orang Kristen tidak perlu melawan atau membalasnya, tetapi tetaplah melakukan perbuatan baik. Kebenaran tidak dibuktikan dengan kata-kata tetapi dengan cara hidup.
c)      Menderita adalah keharusan bagi orang Kristen, harus ditanggung demi kebenaran (1 Ptr. 3:13-17).
d)      Setelah Salib datang mahkota kemuliaan (1 Ptr. 4:12-19). Penderitaan akan berubah menjadi kemuliaan, kalau kita menghadapi penderitaan itu demi Kristus.
e)      Arti Yesus turun ke dunia orang mati adalah: Yesus menjalankan karya keselamatan; dengan itu Yesus juga membawa keselamatan untuk orang yang sudah mati sebelum Yesus; Yesus benar-benar mengalami kematian dan turun ke dunia orang mati, Ia tidak hanya bermimpi atau ‘trance”.

Surat Kedua Petrus dan Surat Yudas
Guyss... harap kamu semua paham ya, kalau ternyata hampir bisa dipastikan kedua surat ini yang paling kurang diminati atau kurang dibaca. Alasannya sederhana banget, ternyata ada kesan isi kedua surat ini tidak lebih dari sekedar mengulangi Surat pertama Petrus. Hemn... koq bisa begitu ya?
Surat Kedua Petrus memulai suratnya dengan peringatan, supaya orang Kristen tidak semakin buta akan kebenaran, tidak semakin menjauh dan tidak semakin lupa kalau sudah “dibersihkan” (2 Ptr. 1:3-11). Dengan itu, pembaca serasa diharuskan memulai membaca kitab ini dengan penuh iman. Yang kalau ditafsirkan ya... mengikuti Yesus Kristus itu harus secara mutlak begitu.
Surat kedua Petrus juga menyelipkan ajaran yang berisi tuntutan cara hidup sebagai orang Kristen, yaitu: Pertama, harus hidup dengan pakai akal budi. Tujuannya supaya bener-bener tahu maksudnya, mengapa beriman itu berarti harus berbuat sesuatu dan tahu bagaimana caranya. Kedua, kesalehan haruslah bersifat mempersatukan orang Kristen dengan orang lain dalam persahabatan yang baik.
Guyss..... nih ada info menarik dari kedua Surat ini, yaitu tentang  ciri-ciri orang jahat:

1)      Menafsirkan dengan salah dan memutarbalikkan pesan Kitab Suci, sesuai selera mereka sendiri (2 Ptr. 1:20)
2)      Menolak Yesus yang sudah menebus mereka (2 Ptr. 2:1)
3)      Hidup berdasar nafsu ingat diri dan mencemarkan agama Kristen dengan cara hidup yang seolah-olah Kristiani (2 Ptr. 2:2-3. 13-22 Yud. 2. 10-16)
4)      Mencemoohkan iman Kristen karena akhir zaman belum juga tiba (2 Ptr. 3:3-15; Yud. 10).
Surat Pertama Yohanes
Wewwww..... enggak sia-sia Guyss.... perjuangan kita, sekarang sudah sampai di bahasan kitab terakhir dalam bentuk surat dalam kelompok Kitab Perjanjian Baru. tentang penulis kita tidak usah singgung lagi, karena udah dijelasin pada bahan Kitb Injil Yohanes. Jadi kita langsung aja ya bongkar isi kitab ini.
Surat Pertama Yohanes ini berbicara tentang ujian iman dan hidup. Hemnnn..... dari maksud ini saja kita dah bisa buat perkiraan nih... bisa jadi surat ini ditulis, yahh.... kira-kira karena situasi Gereja sungguh dalam situasi terancam lah begitu kali ya?  Yess.... memang benar begitu adanya. Jadi Waktu itu ada  bahaya dari pengaruh pikiran Gnostisisme. Masih ingatkan apa itu Gnostisisme ? Surat ini mau menegaskan, Gnostisisme itu merusak banyak hal. Di antaranya yang terpenting adalah: Merusak pengertian inkarnasi (ajaran tentang penjelmaan Allah menjadi manusia), lalu juga merusak moral, dan merusak makna persahabatan antar manusia.
Lagi-lagi kita mendapat info baru yang penting banget, di surat ini ditunjukkan Empat pokok ajaran tentang Allah dengan sangat jelas,
1)     Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan (1 Yoh. 1:5). Terang berarti bisa dan ada supaya dikenal. Begitulah Allah bagi manusia. Allah adalah yangmewahyukan diri-Nya melalui Yesus Kristus, kepada semua orang, baik Yahudi maupun non Yahudi dan semua orang dari segala kepercayaan.
2)      Allah adalah benar (1 yoh. 2:29). Ia benar dalam sifat dan perbuatan-Nya. Yohanes menegaskan orang Kristen berasal dari Allah, maka tidak boleh berdosa; kalau berdoa ia menjadi milik setan.
3)      Allah adalah kasih (1 Yoh. 4:8). Inilah kebenaran paling dalam, paling menggembirakan, dan paling mempengaruhi manusia. Kasih adalah sikap Allah kepada manusia, yang harus menjadi sikap manusia kepada Allah. Kasih juga harus menjadi sikap yang menjadikan semua manusia bersaudara.
4)      Allah adalah hidup (1 Yoh. 5:20). Ia itu sumber hidup dan pemberi hidup yang abadi.  Hidup abadi bukanlah hidup menurut ukuran waktu, tetapi hidup menurut cara tertentu, yaitu di hadapan Allah.

Dan nih.... satu lagi info bagus untuk kita semua orang muda, yaitu tentang cara hidup sebagai Orang Kristiani. Dikatakan sebaiknya memang harus mengalami berbagai ujian. Whaduhhh.... capek deh jadi murid Yesus. Tapi ujian apa ya maksudnya ?

1)      Ujian ketaatan (1 Yoh. 2:3-6; 3:10). Kalau orang mengaku mengenal Allah tetapi tidak mentaati perintah-Nya; orang itu penipu. Jadi.... ketaatan adalah bukti kasih sejati.
2)      Ujian kesediaan mendengarkan kebenaran (1 Yoh. 4:5-6). Orang yang mendengarkan kebenaran Kristiani adalah berasal dari Allah. Ajaran  Kristiani sangat berbeda dan berlawanan dengan kemauan duniawi.
3)      Ujian kasih (1 Yoh. 2:11; 3:14-18). Orang yang hidup dalam kebencian berarti hidup dalam kegelapan. Yohanes mengajak setiap orang mengasihi tidak dengan kata-kata, tetapi dengan perbuatan dan kebenaran (1 Yoh. 3:17-18).
4)      Ujian tentang sikap terhadap Roh (1 Yoh. 3:24; 4;13). Memiliki Roh bukanlah gejala abnormal. Bagi orang Kristen; Roh berarti satu situasi, tempat diam dan bekerja, kekuatan dan tempat bergantung, yang memungkinkan kita mengenal Kristus; dan Roh itu pribadi yang menjadi kawan di jalan hidup.
5)      Ujian iman yang benar di dalam kristus (1 Yoh. 4:15). Orang Kristen harus mengimani dengan sungguh kalau Yesus adalah Putera Allah. Ia harus dimengerti sebagai yang bersifat ilahi. Dan Yesus itu bagi orang beriman adalah:

a)      Pengantara pada Bapa (1 Yoh. 2:1)
b)      Perdamaian untuk dosa kita (1 Yoh. 2:2; 4;10)
c)      Juruselamat (1 Yoh. 4:14)

Surat Kedua dan Ketiga Yohanes
Guysss..... kalau di Surat Pertama Yohanes sebelumnya itu ada beberapa info baru, dalam bentuk ajaran penting untuk iman; beda banget deh setelah membaca kedua surat terakhir ini. Berdasar isinya sih, kalau kamu juga baca dengan baik, terkesan waktu itu lagi ada konflik di tengah jemaat begitu. Ternyata enggak hanya di zaman kita ya Guyss... ada konflik dalam komunitas orang beriman. Lucu ya jadinya, komunitas orang beriman koq ada konflik gitu lho.... lebih aneh lagi kalau yang konflik tuh para pelayan umatnya hehehee..... ibarat pepatah “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Yuk kita cermati aja deh isi kedua surat ini, yahh daripada ngegosip para pelayan umat yang konflik hiiihiiii....
Tapi memang benar lho Guyss.... (jadi ngeri ngebayanginnya), kedua surat ini dapat disimpulkan isinya dengan istilah “konflik dalam pelayanan”. Latar belakang masalahnya tuh, pada masa Gereja Purba ada dua bentuk pelayanaan untuk jemaat. Pertama adalah pelayanan yang tidak terikat dengan wilayah atau tempat tertentu. Artinya petugas palayanan berpindah-pindah dari satu komunitas jemaat ke komunitas jemaat yang lain.  Inilah bentuk pelayanan yang juga dipraktekkan para rasul dan nabi. Kedua adalah pelayanan lokal, yaitu yang terikat dengan tempat atau wilayah tertentu, mereka adalah penatua dan pengajar yang menetap dan biasanya memimpin suatu komunitas jemaat (mirip paroki begitulah).
Nahh... jadi begini ceritanya, waktu itu mulai dirasakan, ternyata pelayanan yang dilakukan dengan berpindah-pindah tempat itu sering menimbulkan masalah-masalah di dalam komunitas Gereja, baik yang ditinggalkan maupun yang baru didatanginya. Contohnya ada pelayan hanya mau hidup enak dan tidak mau pusing dengan persoalan, maka berpindah-pindah terus. Kalau ada enaknya tetap lama-lama di situ, tapi kalau ada masalah langsung ditinggalkan begitu.
            Sementara pelayanan yang menetap, memang mula-mula dipandang tidak lebih baik, tetapi kemudian merekalah yang menjadi tulang punggung kehidupan komunitas Gereja setempat. Karena peranan merekalah jemaat setempat dibangun menjadi satu kesatuan yang kuat. Situasi yang begitu itu, menjadi alasan pelayanan berpindah-pindah mulai dipandang sebagai bentuk pelayanan yang sudah usang, dan hanya dianggap cocok untuk daerah misi atau yang baru menerima Kabar Gembira Injil saja.
Karena persoalan seperti di ataslah surat kedua Yohanes memulai dengan mengangkat persoalan tentang sikap terhadap orang asing dan tentang keramahan menerima tamu. Bisa jadi saat itu para pelayan yang berpindah-pindah masih ngetren. Para pelayan itu mengeluh soal keramahan jemaat tidak cukup baik. padahal waktu itu yang namanya “sikap ramah” baru lebih dikenal di antara jemaat Kristen. Orang pada umumnya tidak cukup ngerti apa artinya “bersikap ramah”. Di sisi lain keadaan yang tidak selalu bisa dijamin aman untuk mereka yang sering melakukan perjalanan jauh, membuat para pelayan yang berpindah-pindah mengalami banyak kesulitan.  
Kemudian ada juga persoalan lain, yang mau enggak mau setiap komunitas jemaat Kristiani harus berhati-hati, yaitu tentang orang yang telah menjadi Kristen, tetapi lalu meninggalkan ajaran Kristen dengan sikap yang buruk (2 Yoh. 9). Mereka itu kelompok progresif, yang menganggap ajaran Kristiani sudah usang dan tidak masuk akal. Bayangin Guyss.... pada zaman itu masak sih sudah ada orang yang berpikir kalau ajaran kristen itu udah ketinggalan jaman alias jadul ?
Tentang orang-orang itu jemaat dinasihati untuk tiak menerimanya. Kesulitannya itu bagaimana kalau orang tersebut ternyata juga seorang pengajar umat?  Yohanes tidak memberi jalan keluar, tetapi hanya memberi nasihat dengan menegaskan: Pertama, inti ajaran iman tentang Yesus adalah bahwa kita harus percaya Yesus Kristus telah menjadi daging, dan bahwa Ia Putera Allah (2 Yoh. 7-9). Kedua, inti hidup Kristiani adalah kita harus hidup saling mengasihi (2 Yoh 5).
Lalu Guyss.... Surat Ketiga melanjutkan persoalan yang diangkat di surat kedua dan memperdalam maksudnya, yaitu menyangkut para pelayan jemaat dan bagaimana harus memperlakukan mereka. Ditampilkan seorang tokoh pelayan jemaat setempat, Diotrefes. Tokoh ini ditegur oleh Yohanes karena menolak untuk menerima dan melahan melarang jemaat untuk membantu para pelayan yang berpindah-pindah. Singkatnya timbul ketegangan antara bentuk pelayanan keliling dan pelayanan yang menetap. Kalau sebelumnya setiap saran Yohanes menjadi ajaran kebenaran yang dituruti oleh siapapun, tetapi ketika surat ketiga ini ditulis, pemikiran Yohanes sudah dianggap usang dan ditinggalkan. Penulisan surat ketiga Yohanes menandai akhir dari masa cara pelayanan berpindah-pindah dan dimulailah babak baru cara pelayanan yang menetap.

Wahyu kepada Yohanes
Ini dia Guyss... kitab terakhir dalam Kitab Perjanjian Baru. Namanya Kitab Wahyu kepada Yohanes. Ada pribahasa hati-hati dengan bagian “ekor” biasanya “ekor itu berbisa”. Pribahasa ini Guyss... cocok banget untuk kitab terakhir yang akan kita bicarakan ini.
Para ahli pada sepakat tuh kalau Kitab Wahyu kepada Yohanes pantas disebut menempati posisi khusus dalam seluruh kitab Perjanjian Baru. Tidak ada satupun kitab di Perjanjian baru yang mempunyai bentuk gaya bahasa dan cara penulisan yang sama dengan kitab ini. Hemnn.... apa yaaa maksudnya ?? Ternyata berdasar isinya, kitab Wahyu Yohanes sering disebut sebagai kitab apokalips (mengungkapkan rencana Allah di masa depan yang tak terpahami). Maksud julukan ini akan jelas kalau kita menyandingkan kitab Wahyu ini dengan Kitab Para Nabi. Kitab para Nabi menulis tentang pembaharuan dunia, sedangkan kitab apokalips menyampaikan apa yang akan terjadi kalau dunia ini diperbaharui, kalau dunia dilenyapkan.
           
Biar lebih jelas, yukk... kita kenali aja ciri-cirinya, antara lain: Pertama, sulit dimengerti. Yahhhh....... kirain apaan. Sebab kitab ini berusaha menjelaskan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, lalu juga menampilkan gambaran-gambaran yang belum pernah dilihat mata, yang belum pernah didengar telinga, dan yang belum pernah dibayangkan oleh pikiran manusia.
Ciri kedua adalah kebencian meluap-luap terhadap kekaisaran Roma. Bagi penulis kitab ini, Roma adalah pelacur ulung, mabuk oleh darah orang-orang kudus dan martir (Why. 17:1-6). Alasan kebencian adalah praktek pemujaan Caesar. Jadi ceritanya, pada awal kekaisaran Roma,  orang mengagung-agungkan semangat Roma yang membawa perdamaian dan keadilan ke seluruh dunia, yang disimbolkan dengan Caesar. Ada aturan sekali setahun setiap orang wajib membawa kurban bakaran untuk patung Caesar dan berseru: “ Caesar adalah Tuhan”. Praktek ini dipaksakan kepada semua orang pada akhir abad pertama. Tetapi bagi orang Kristen tidak mungkin, sebab satu-satunya Tuhan adalah Yesus Kristus. Jadi dengan penolakan itu terjadilah ancaman, yang digambarkan dalam seluruh Kitab Wahyu, khususnya bab 13.

Kesimpulannya, untuk memahami kitab ini harus diperhatikan dua hal.
Pertama, Kitab Wahyu membuka bagi kita gambaran-gambaran kejadian yang akan terjadi di Hari Tuhan (kiamat).
Kedua, sebagian dari kekacauan dan percobaan yang timbul pada akhir zaman itu adalah ancaman terhadap Gereja, seperti pernah terjadi dahulu berhubungan dengan paksaan memuja Caesar.


Tambahan informasi

Guyss..... nih ada sedikit tambahan informasi, gak baru-baru amat sih. Tapi bagus untuk segarkan pengetahuan kita, yaitu tentang tokoh-tokoh dalam Kitab Perjanjian Baru. selamat membacaaaa.......


Keluarga kudus dan keluarga dekat
12 Rasul
Tokoh yang jadi Nama Kitab
Para Diakon
Yesus, Yosef, Maria
Simon Petrus
Matius
Stefanus
Yohanes, Elisabeth, Zakaria
Andreas
Markus
Filipus

Yakobus anak Zebedeus
Lukas
Prokhorus

Yohanes anak Zebedeus
Yohanes
Nikanor

Filipus
Paulus/Saulus
Timon

Matius
Petrus
Parmenes

Thomas
Titus
Nikolas

Bartolomeus/Natanael
Filemon


Yakobus anak Alfeus
Timotius


Tadeus/Yudas anak Yakobus
Yakobus (saudara Yesus)


Simon orang Zelot
Yudas (Tadeus)


Yudas Iskariot (diganti Matias)