Kamis, 23 Februari 2017

TITO, Punya Visi Bukan Opini

TITO BEKERJA BERDASARKAN VISI BUKAN OPINI

Pada tanggal 21 Februari 2017 kaum muslim yang tergabung dalam berbagai ormas  islam mengadakan demontrasi di depan gedung DPR RI. Mereka membawa tiga aspirsi penting, yang katanya sebagai perwakilan umat  islam Indonesia, yakni menghentikan kriminalisasi terhadap para ulama, menghentikan penagkapan mahasiswa dan menonaktifkan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai gubernur. Aspirasi para pendemo ini diterima baik oleh Bambang Soesatyo sebagai ketua  Komisi III DPR RI.  Anggota Komisi III DPR RI merasa penting dan bertanggungjawab untuk menampung aspirasi para pendemo. Inilah tugas mulia dari DPR, yakni menampung aspirasi tanpa memberikan sebuah penilaian kritis.
Jend. Pol. Tito Karnavian

Jendral Pol. Tito Karnavian, dalam rapat dengar pendapat di ruang komisi III DPR RI, memberikan jawaban dan kalrifikasi soal tiga tuntutan dari para pendemo 21 Februari 2017. Tuntutan pertama: Permintaan menghentikan kriminalisasi terhadap para ulama.  Tito Karnavian  mengajak para anggota DPR, para pendemo dan kita semua  harus  memahami secara baik dan benar tentang definisi istilah kriminalisasi. Menurut Tito Karnavian, yang dilakukan oleh Polri terhadap Rizieq Shihab, salah satunya, bukan kriminalisasi. Kriminalisasi adalah tindakan yang digunakan kalau ada perbuatan yang bukan pidana, tidak diatur dalam undang-undang, namun kemudian dilakukan seolah-olah itu pidana.

Menurut Tito Karnavian ada sejumlah tokoh agama, katanya ulama, yang terlibat dalam beberapa aksi demontrasi di Jakarta merupakan penegakan hukum. Sebab berdasarkan laporan masyarakat dan diatur dalam undang-undang. Tito Karnavian mengataan, “Tetapi  kalau seandainya ada satu perbuatan dan diatur dalam undang-undang, kami berpendapat itu bukan kriminalisasi, tetapi penegakan hukum”.

Tuntutan kedua: Menghentikan penagkapan mahasiswa. Menurut Tito Karnavian penangkapan yang dilakukan didasarkan pada pelanggaran yang dilakukan mahasiswa.  Lebih lanjut Tito Karnavian mengatakan, “Misalnya menuntut jangan sampai ada lagi penangkapan mahasiswa, kalau mahasiswanya tidak salah, tidak mungkin ditangkap. Tetapi kalau seandainya salah, tidak boleh juga atas nama mahasiswa kita tidak boleh menangkap”.

Tuntutan ketiga: Menonaktifkan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Gubernur. Menanggapi tuntutan ketiga ini, Tito Karnavian menjawab dengan diplomatis. Menurut Tito Karnavia kasus Gubernur Ahok bukan wewenang Polri melainkan tugas pengadilan dan Menteri Dalam Negeri. Oleh karena itu, kita semua sadar diri dan mengambil peran masing-masing untuk membangun bangsa ini, jangan kita sabotase semua persoalan bangsa ini.
Tito Karnavian berpendapat bahwa kita semua warga bangsa ini sama di mata hukum. Para ulama, mahasiswa, Basuki Tajhaja Purnama dan kita semua memiliki kedudukan sama di hadapan hukum. Sehingga gelar ulama, mahasiswa, gubernur, polisi, presiden dan bahkan malaekat tidak bisa membatasi Polri untuk melakukan proses hukum sejauh diatur dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Jendral yang memiliki visi -misi
untuk bangsa dan nergara

Jawaban Tito Karnavian terhadap tuntutan para pendemo ini hendak menggambarkan bahwa Kapolri kita adalah orang yang nasionalis. Ia sangat independen memimpin Polri  untuk kepentingan bangsa dan Negara Republik Indonesia. Tito Karnavian memiliki visi dan misi yang cemerlang untuk membangun dan menjaga empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD’45, Bhineka Tuggal Ika, NKRI. Tito Karnavian adalah orang cerdas dan dia mengunakan kecerdasannya untuk membangun bangsa dan negara. Tito Karnavian  adalah pribadi yang religius, imannya telah diaplikasikan dalam tugasnya, sehingga kehadiranya membahwa rahmat bagi semua.  Ahkirnya, saya harus mengatakan, “Jendral Pol. Tito Karnavian bekerja berdasarkan visi kebangsaan bukan berdasarkan opini publik.


Rabu, 22 Februari 2017

best of the best irama dero poso nostop CINTA SEJATI

Animator

Resume

Menjadi  Animator yang Penuh Sukacita dan Berbelaskasih

Bulla  Misericordiae Vultus nomor 2 berbunyi  “Kita perlu terus menerus merenungkan misteri kerahiman. Ia sumber sukacita, ketenangan, dan kedamaian. Keselamatan kita tergantung padanya. Kerahiman: mengungkapkan sungguh-sungguh misteri Tritunggal Mahakudus. Kerahiman: tindakan utama dan tertinggi yang olehnya Allah datang untuk menemui kita. Kerahiman: hukum dasar yang berdiam di hati setiap orang yang memandang dengan tulus mata saudara dan saudarinya dalam hidup sehari-hari. Kerahiman: jembatan yang menghubungkan Allah dan manusia. Ia membuka hati kita untuk menerima harapan dariNya meski kita berdosa.

Mendampingi dan membina iman kekatolikan anak bukan hobby belaka, tetapi sebuah panggilan hidup. Oleh sebab itu, perluh dipelajari dan dipahami nilai, potensi dan kebutuhan anak. Menjadi animator-animatris tidaklah  serta merta menjadikan kita seorang yang mampu menjadi Pembina yang tepat. Sering kita bertindak sebagai pusat dalam arti bahwa kitalah yang membina, mengajar, mendidik dan melatih. Kita lupa bahwa anak adalah subyek binaan, pusat dari seluruh pembinaan dan pendampingan.

Membina iman anak ada remaja adalah mutlak tugas gereja yang dipercayakan kepada orang-orang dawasa. Tujuannya menghantar anak-anak untuk menjumpai Yesus. Pencapaian tujuan ini sebagaimana ditegaskan oleh Yesus, “biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku ...” Pertemuan setiap anak dengan Yesus ini merupakan hal penting bagi mereka. Melalui perjumpaan, Tuhan Yesus mewahyukan diri dengan mereka. Tuhan Yesus mengujungi mereka dan mereka berjumpa dengan Yesus. Perjumpaan ini menjadi kesempatan baik dan tepat untuk memilihara jiwa dan raga mereka dalam Tuhan. Sebab, Yesus pernah berkata,”jangan sampai mereka disesatkan oleh zaman, oleh aliran sesat lain”.

Mengingat tugas pendampingan BIAR cukup berat maka para animator-animatris  harus belajar terus menerus menjadi animator yang penuh sukacita dan berbelaskasih. Bulla Misericordie Vultus nomor 2 mengajak para animator-animatris merenungkan misteri kerahiman Allah. Para animator menjadi rasul-rasul yang siap sedia  menyalurkan rahmat kerahiman Allah kepada anak-anak dan remaja. Melalui pendampinan dan pelatihan yang diberikan oleh para animator, anak dan remaja dapat menemukan kasih Kristus untuk diri meraka dan para sahabat mereka.

SOMA di rumah ret-ret Batam Oase Centre, 27-29 Januari 2017  diikuti oleh 65 orang yang merupakan utusan dari 7 Paroki di Kevikepan Kep. Riau. Narasumber dari Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia (BN KKI) telah memberikan pendampinan dan pelatihan bagi para peserta animator-animatris ini. Materi-materi yang disampaikan cukup menarik dan sekaligus menjawabi kebutuhan para pendamping.

Materi-materi itu meliputi; spiritualitas animator-nimatris, psikologi anak , kitab suci anak, pelatihan kreativitas, animasi gerak dan lagu. Bahan pelatihan selama kegiatan SOMA menjadi bekal untuk para animator-animatris. Mereka diharapkan untuk mengembangkannya sekaligus membagikan kepada teman mereka di paroki masing-masing.



Batam Oase Centre, 30 Januari 2017

Selasa, 21 Februari 2017

BELA SIAPA?

AKSIMU: BELA SIAPA????


Basuki Cahaya Purnama atau Ahok adalah tokoh fenomenal  yang lagi ngetern saat ini. Kedatangan Ahok dari kampong Gantung, Belitung ke Jakarta menyedot perhatian publik. Media sosial setiap hari mengupas tuntas tentang sosok Ahok ini. Mas Pur, tetangga saya pernah berujar, “Apakah  nggak ada berita lain selain berita Ahok di republik  ini?”. Seorang wartawan berkomentar di sebuah media, “lebih baik menulis berita apa saja tentang Ahok karena banyak diminati orang,  dari pada menulis berita lain yang sering “mematikan” animo orang untuk membaca”.

Ahok menjadi sosok yang terkenal ketika menjadi wakil Gubernuar DKI dan kemudian menjadi Gubernur DKI. Gaya kepemimpinan dan cara berkomunikasi Ahok membuat dia menjadi tokoh yang fenomenal.  Apa bila kita merefleksikan  pribadi Ahok dalam kajian ilmu Filsafat Manusia, maka Ahok boleh digambarkan sebagai pribadi paradoksal. Ahok selalu ditempatkan seolah-olah bertentangan atau berlawanan dengan kebenaran umum, tetapi kenyataanya gaya kepemimpinan Ahok mengandung kebenaran. Ahok adalah pribadi yang dicintai sekaligus dibenci, dipuji sekaligus dihina, dikagumi sekaligus difitnah dan dikuduskan sekaligus dikafirkan. Itulah Ahok manusia sumber berita.


Ahok memimpin DKI dengan merombak birokrasi yang korup dan nepotis. Ahok mendahulukan transparansi keuangan dan menekankan kedisiplian dan loyalitas para pegawai untuk berkerja di Pemprov DKI. Ahok menertibkan bagunan dan hunian yang tidak beraturan  dan berjuang menata kembali wajah kota Jakarta sebagai ibu kota Negara yang asri. Ingatlah, bahwa bertahun-tahun Kota Jakarta  adalah kota kumuh, dekil, jorok, kering dan selalu dilanda banjir. Selama kepemimpinanya, Ahok telah berbuat banyak untuk kesejateraan masyarakat DKI, khusunya orang kecil dan terpinggirkan.

Meskipun Ahok telah berjasa besar untuk DKI, namun tidak disambut baik oleh banyak orang. Pada umunya orang-orang melawan Ahok adalah para penjahat dan para munafik. Para penjahat  merasa terancam karena lahan untuk KKN semakin sempit, bahkan tidak ada peluang bagi mereka untuk melakukan aksi kejahatanya. Para munafik  selalu berkoar-koar bahwa Ahok adalah kafir, tidak beretika, tidak santun dan menghina para alim ulama maka Ahok tidak layak memimpin DKI. Sebenarnya  para munafik ini terancam karena tempat hiburan; bar, lokalisasi, kafe remang,  untuk mengeruk keuntungan telah ditutup dan digusur oleh Ahok. Oleh Karena itu, perlawanan yang diterima Ahok selama memimpin  DKI adalah motif ekonomi dan kepentingan bukan yang lain.


Berbagai cara telah ditempuah oleh para penjahat dan para munafik untuk menghentikan Ahok sebagai pemimpin DKI. Namun usaha mereka belum berhasil juga. Kasus penistaan agama yang dialamatkan ke Ahok diyakini ampuh untuk menghentikan  kepemimpian Ahok. Wacana hak angket DPRD dan DPR  RI untuk menghentikan Ahok sebagai gubernur karena status Ahok sebagai tersangka “penistaan”  agama. Para penjahat dan para munafik merasa menang, misi mereka akan berhasil untuk mencopot Ahok melalui kasus penistaan Agama.  Yakin? Jangan  berpesta  dan membusungkan dada, anda belum tentu berhasil. Para penjahat dan para munafik  telah memainkan isu agama, mengobok-obok agama dan menjual agama untuk mewujudkan impian jahatnya. Sadis bukan?

Peristiwa Ahok, sebagai tokoh fenomenal, kita dapat belajar dan mengerti banyak hal di Negara kita ini. Pertama: Uang dan Kekuasaan adalah prioritas utama orang Indonesia (DKI) sedangkan nilai-nilai hidup lain seperti persaudaraan, buadaya, keagamaan hanya sebagai faktor pendudkung saja dalam kehidupan. Kedua: Egoisme, sikap mementingkan diri dan golongan menjadi pilihan utama di DKI, coba kita renungkan slogan ini “yang penting bukan Ahok”. Ketiga: fungsi alim ulama sebagai penjaga moral dan perekat kesatuan bangsa telah pudar. Para alim ulama terobang ambing dalam arus kekuasaan dan mamon. Keempat: Sulit untuk memberikan apresiasi apa lagi mengakui  sebuah keberhasilan. Lebih baik mencari kelemahan dan kekurangan orang lain dari pada memuji kelebihannya.  Kelima: budaya malu hampir punah. Orang bangga jika melakukan sebuah tindakan tercela dan merasa malu dan aneh jika melakukan sesuatu yang baik. Orang merasa suci ketika menyebut nama Allah sambil memaki dan menghina orang. Keenam: kita tidak bisa membedakan rana privit agama dan rana politik/Negara. Kita jangan mencoba untuk mencampuradukannya, kalau bukan khos yang kita terima.