Mengenal Isi Kitab Suci Perjanjian
Baru
Hii....Guyssss....ketemu lagi kita......nih bagian akhir
bahan-bahan kita. To the point aja
yahhh....kali ini kita mulai dengan info
sekilas tentang Injil, terussss... baru
dilanjutkan dengan info secukupnya saja tentang kitab lainnya dalam Perjanjian
baru. By the way.... Guysss... harap ingat baik-baik yahhh, kalo
disebut kata “kitab” itu artinya “buku”.
Nah...jadi apa
ya sebenarnya Injil itu? Istilah "Injil"
berasal dari bahasa Arab إنجيل ʾInǧīl,
yang diturunkan dari bahasa Yunani ευαγγέλιον (euangelion) yang berarti "Kabar Baik" atau "Berita Kesukaan" (Coba lihat
di 1 Peter 1:25). Arti ini
tentu bukan maksudnya sejenis info gosip gitu, tapi menunjuk langsung pada seseorang,
yaitu “Yesus Kristus”. Alasannya karena Yesus itulah pemenuhan rencana
penyelamatan Allah. Upss....kalo begitu.....seharusnya kan bisa dikatakan orang
Kristiani memiliki SATU saja Injil, yaitu Yesus Kristus, Anak Allah (Mar. 1:1).
Yaaahh...memang begitu seharusnya, tapi... kalau kata Injil yang dimaksudkan
adalah kitab, ya ada empat yang diakui oleh Gereja kita hingga sekarang sebagai
yang sah. So...kalau begitu kita bisa mengatakan, Gereja Katolik menerima dan
mengakui SATU INJIL (kabar gembira), yaitu Yesus Kristus -Anak Allah, dalam
EMPAT KITAB (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes).
Tahukah kamu Guysss....sebenarnya pemakaian
kata “Injil” dengan maksud kitab Injil, baru muncul pada awal abad 2 Masehi (±
110) dan maksudnya yaaa... “kabar baik” yang termuat di dalam kitab itu. Atau
jelasnya “Kabar yang mengisahkan bagaimana Allah dengan cara-Nya sendiri mengerjakan
keselamatan, dalam dan melalui Yesus Kristus.”
Kalau begitu Guysss.....kita harus ingat bener
nih yang berikut ini...
a. Injil itu suatu penafsiran (refleksi iman) atau
gambaran tentang diri Yesus dan “Kabar Gembira” yang dibawa-Nya.
b. Hanya empat Injil saja lhooo...yang diakui Gereja
kita: Injil tulisan Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
c. Injil berisi sabda dan karya Yesus yang ditulis
sekitar 65 sd 90 Masehi sesudah Yesus wafat dan bangkit.
d. Injil bukan riwayat hidup Yesus.
e. Seluruh hidup dan pewartaan Yesus adalah
pemenuhan semua janji Allah.
f.
Yesus merupakan pusat pemberitaan Injil.
g. Tanpa pribadi Yesus, tidak akan ada Injil
Perjanjian Baru.
Sooo....Yesus
Kristus yang pernah hidup di zaman dahulu, sekarang bisa kita kenal dan
pelajari ajaran-Nya dengan membaca keempat Kitab Injil. Gereja Katolik dengan penuh keyakinan meneruskannya melalui Tradisi
tertulis (Injil). Dalam Kitab Injil termuat segala ajaran dan kesaksian seluruh
hidup Yesus Kristus (Sang Mesias), dari sejak lahir ke dunia sampai kenaikan-Nya
ke surga (baca Kis 1:1-2).
Tahukah kamu Guyss... yang satu ini ? Dari
keempat buku Injil, kita diperkenalkan dengan istilah baru nih... “Sinoptik”.
Pleaseee... ingat ya penjelasannya, “Sinoptik” itu dari
dua kata “sin” (bersama) dan “opsis”
(melihat). Jadii.... sinoptik artinya melihat bersama atau melihat
dengan cara yang sama. Istilah “Sinoptik”
(dipopulerkan oleh Griesbach pada tahun 1774) untuk menyebut ketiga Injil
pertama, yaitu: Markus, Matius dan Lukas. Ketiganya disebut Injil Sinoptik
karena memiliki banyak kemiripan, dalam struktur maupun isinya.
Sinoptik pada kitab Injil dipakai dengan tiga cara,
yaitu Tripeks (3 Injil mirip), Dupleks (2 Injil mirip), dan Simpleks (teks khusus yang hanya
terdapat dalam satu Injil saja). Tapiii.... buktinya apa yaa?? Nihh...
perhatikan.... terdapat ± 350 ayat yang sama dalam Injil Matius, markus, dan
lukas (tripeks); juga ada.... ±
170-180 ayat sama antar injil Markus dan Matius (dupleks); kemudian ada lagi.... ± 30 ayat yang sama antara Injil
Markus dan Lukas (dupleks); serta ±
230 – 340 ayat sama antara injil Matius dan Lukas (dupleks).
Secara keseluruhan, ternyata Injil Markus itu yang
paling tua atau paling duluan ditulis dan disusun, lalu menjadi bahan
perbandingan untuk penyusunan 2 Injil lainnya, Matius dan Lukas. Tetapiii....bahan
Matius dan Lukas tidak hanya dari Injil Markus. Mereka juga punya sumber
masing-masing. Nahhh.... kekhasan inilah yang disebut simpleks (punya bahan sendiri yang berbeda dari dua Injil lainnya).
Okeyyy dehhh....sekarang yukkk lihat satu per
satu keempat kitab Injil yang di tangan kita yaaa..... are you ready Guyssss
?????
Injil Matius
Tentang Penulis
Seperti disebut-sebut dalam Injil, Matius
(=Lewi) seorang dari kedua belas Rasul tepilih (Mar 2:14) dianggap penyusun kitab Injil ini. Lewi seorang Yahudi yang
pekerjaannnya sebagai pemungut pajak untuk bangsa Romawi (Mat. 10:3). Atau Matius yang ketika dipanggil oleh Yesus, ia meninggalkan
semuanya dan mengikuti Dia (Luk 5:27,28). Orang yang sama ini pula yang mengadakan jamuan makan besar
untuk Yesus dan rombongan, sekalipun status pekerjaannya sebagai pemungut pajak
untuk bangsa Romawi itu, cukup menjadi sandungan; makanya ia dianggap hina oleh
sesama orang Yahudi (Luk 5:29).
Tetapi rupanya para ahli tidak cukup yakin dengan identitas si
penulis kitab ini. Dugaan kuat, penulis adalah seorang kristen yang sangat
mahir mengajar dengan cara Yahudi; kemungkinan hidup di Syria (atau tempat
lain) di mana pengaruh ke-Yahudi-an sangat kuat, dan kitab ini ditulis sekitar tahun
85 Masehi.
Simbol yang dipakai untuk Injil Matius adalah “seorang manusia
ilahi”, karena yang ditekankan dalam Injil Matius adalah kedatangan Yesus ke
dunia. Dari awal Injil sudah ditunjukkan silsilah kelahiran Yesus Kristus, anak
Daus, anak Abraham (Mat. 1:1)
Alamat Tujuan
Tulisan
Dari penelitian para ahli, kitab ini
sepertinya dimaksudkan terutama untuk orang kristen Yahudi. Buktinya sangat kelihatan dengan adanya perhatian khusus pada
unsur-unsur ke-Yahudi-an. Misalnya: Yesus ditampilkan sebagai yang lahir dari Nazaret,
keturunan bangsa terpilih (Yahudi); Yesus juga ditunjukkan ingin membenahi tradisi
Yahudi dan membawa pemahaman baru. Selain
itu ada kira-kira 60 petunjuk dalam bentuk kutiban teks nubuat untuk bangsa
Yahudi; dan kira-kira ada 40 kutipan dari Perjanjian Lama. Penulis juga menekankan
tentang misi Yesus di antara bangsa Yahudi.
Dengan bukti-bukti itu menjadi sangat jelas, penulis kitab ini mau
mendorong jemaat Yahudi-Kristen, untuk menyadari identitasnya sebagai pewaris
sah dari janji Allah kepada Israel (Mat.
10:5,6 15:24). Dan sebenarnya begini
Guysss...... Penulis kitab ini mau bilang siapapun yang mengakui Yesus sebagai
Mesias akan mewarisi kerajaan Allah.
Kata Kunci
Guysss.... kalau kamu bener perhatiin Kitab Suci-mu, akan
kelihatan ada key words (kata-kata
kunci) yang dipakai penulis kitab ini, untuk menekankan pesannya. Injil ini
sering memakai kata “dipenuhi”, untuk menegaskan kalau nubuat-nubuat dalam
Perjanjian Lama telah dipenuhi di dalam diri Yesus Kristus. Selain itu ada juga
beberapa kata yang diulang-ulang, seperti: Kata “KERAJAAN” dimunculkan 50 kali;
kemudian “KERAJAAN SURGA” 30 kali; dan “RAJA” untuk menyebut Yesus juga sangat
khas dipakai Matius (Mat. 2:2 21:5 22:11 25:34 27:11,37,42). Semua key words itu
untuk memperlihatkan bahwa Yesus dari Nazaret adalah Raja Mesias dari
nubuat Kitab Yahudi.
Apa
Ciri yang sangat menonjol?
Yuk sekarang kita lihat beberapa ciri yang
menonjol dari kitab ini. Ternyata itu terletak di permulaan dan akhir Injil.
Matius berbeda dari Injil lain, ia memulai dengan saat kelahiran dan masa muda
Yesus (Mat. 1-2), lalu ditutup dengan kematian dan penampakan Yesus kepada
kesebelas murid di Galilea (Mat. 28:16-20).
Selain ciri
di atas ada hal lain lagi, yaitu gelar-gelar untuk Yesus, seperti: Anak Daud,
Mesias atau Kristus, Kebijaksanaan, dsb. Maksudnya ya mau dikatakan Yesus itu yang
berkuasa (Raja). Begitu juga dengan silsilah (garis keturunan) yang lengkap, mau
menunjukkan Yesus itu keturunan Raja Daud (Mat. 1:1-17).
Mau tahu Kekhususan dalam Injil Matius ?
Peristiwa yang
hanya ada dalam Injil Matius
|
Mukjizat yang
hanya ada dalam Injil Matius
|
Perumpamaan yang
hanya ada dalam Injil Matius
|
Pembantaian Orang-orang yang Tak Bersalah Mat. 2:16)
b. Kedatangan Orang Farisi dan Saduki kepada Yohanes Pembaptis (Mat. 3:7)
d. "Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban
berat." (Mat. 11:28).
f.
Pencelaan kepada
Orang Farisi, sebagai penjabaran Tulisan (Mat. 23:1)
Tigapuluh keping perak diterima oleh Yudas (Mat. 26:15)
g. Yudas mengembalikan ketiga puluh keping perak (Mat.
27:3-10)
Penampilan orang-orang kudus yang dibangkitkan (Mat. 27:52)
|
|
b. Hamba yang tak mempunyai belas kasihan (Mat. 18:23)
|
Injil Markus
Tentang Penulis
Sudah umum diterima oleh orang Kristiani dewasa ini, kalau penulis Injil
ini selalu dihubungkan dengan nama Markus anak
Maria dari Yerusalem (Kis. 12:12). Atau yang juga disebut Yohanes Markus (Kis. 12:25), masih kerabat Barnabas (Kol. 4:10) yang bergabung dengan Paulus dan Barnabas dalam Perjalanan
Misi mereka yang Pertama (Kis. 12:25; 13:5). Dan ternyata tradisi kuno menyebut bahwa Markus adalah teman
pendamping Petrus. Maka ini jadi info baru untuk kamu semua Guysss...... Kitab
ini sering disebut juga Injil Petrus,
oleh beberapa penulis kuno. Mereka meyakini Petrus mungkin telah melengkapi,
atau menyarankan banyak bahan yang ditemukan dalam kitab ini.
Oh
ya...hampir lupa, simbol untuk Injil Markus itu “Singa bersayap”. Simbol ini
menunjuk pada awal tulisan Injil ini yang menyebut Nabi Yesaya, yang
berseru-seru di padang gurun. Suara yang berseru di padang gurun mengingatkan
pada suara auman singa. Singa juga melambangkan jabatan rajawi.
Gimana dengan
Alamat Tujuan Kitab ini?
Para ahli sepakat kalau Injil Markus adalah Kitab Injil yang paling tua atau pertama kali ditulis. Selanjutnya
Kitab Injil inilah yang menjadi sumber rujukan untuk penyusunan kitab Injil
Matius dan Lukas. Ada dugaan kuat kalau penulis kitab Injil ini mempunyai perhatian terhadap orang Kristen di abad I
yang baru saja terbentuk, khususnya yang berasal dari kuturunan bangsa Romawi
atau non - Yahudi. Ada lho buktinya....
yaitu kitab ini hanya berisi sedikit referensi (kutiban) kitab Perjanjian Lama
(kitab Orang Yahudi). Penulis kitab ini juga memberi penjelasan untuk beberapa kata
atau istilah Yahudi, dan adat kebiasaan Yahudi. Ini semua membuktikan penulisnya
memposisikan diri sebagai orang asing (non - Yahudi) sewaktu ia menulis (coba
bacalah Mar. 3:17 5:41 7:1-4,11,34).
Kata Kunci
dan Tema Utama
Yuk
perhatikan bener-bener Kitab Suci-mu.... di Injil Markus ternyata sering pakai kata
“segera”, atau bentuk kalimat yang bernada “segera” (mendesak) untuk setiap
pergantian bagian kitab atau peristiwa yang sedang diceritakan. Injil ini memang
bernada mendesak, dimulai dengan tiba-tiba dan bergerak dengan cepat dari
episode kisah yang satu kepada episode kisah yang lain. Lalu juga dipakai 42
kali kata keterangan Yunani, yang diterjemahkan "seketika itu juga".
Tentang tema,
Injil Markus punya tiga tema utama yang akan dibicarakan dalam seluruh bagian
teks Injil, yaitu:
2) Kepercayaan sebagai unsur inti menjadi murid Yesus, sekaligus
syarat mengenal siapa Yesus sebenarnya dan apa maksud segala yang dibuatnya,
misal: Yesus sebagai Mesias-Penebus (6:34-44 dan 8:1-10), Hamba Allah yang
menderita (10:35-45)
3) Pelayanan kepada orang lain, misalnya: Hamba dari semua, melayani
daripada dilayani (10:44 dst); Kehidupan Yesus digambarkan sebagai orang yang
dikerumuni karena kebaikan hatiNya, sehingga waktu ibadahNya terganggu (Mar
1:35-37); makan pun tidak sempat
(Mar 3:20); konsekuen pada panggilan untuk terus melayani, sampai
dikatakan tidak waras (Mar 3:21); terus menerus diikuti ketika Ia mencari kesempatan untuk
istirahat (Mar
6:31-34)
Ciri yang
sangat menonjol
Lalu sekarang apa ya ciri khas Kitab Injil Markus ini ? Ternyata
Guysss.... Injil ini yang terpendek di
antara keempat Injil. Gaya bahasanya to
the point, hidup, dan memberi lukisan yang jelas. Banyak isi kitab ini dijadikan
bahan untuk menyusun Injil Matius dan Injil Lukas (diperdalam penjelasannya). Penulisi
kitab Injil ini menceritakan kembali peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus
dengan ringkas dan tepat, gamblang dan cukup sederhana. Lagi pula ternyata,
Kitab Injil ini lebih banyak mencatat tentang kegiatan, apa saja
yang dikerjakan Yesus daripada pengajaran-Nya (Markus mencantumkan 18 mukjizat
Yesus dan hanya empat perumpamaan-Nya).
Penulis
memulai Injil ini dengan pemberitahuan tentang keilahian Yesus Kristus, tetapi
tidak seperti Injil Yohanes, Markus tidak
membicarakan lebih lengkap mengenai ajaran iman (doktrin/dogma). Kemudian peristiwa
di Getsemani dipakai penulis sebagai simpul penutup bagi setiap pembaca. Ini
mau menunjukkan ke pembaca tentang makna dari kehidupan kristiani dan arti menjadi
murid Yesus.
Kekhasan dalam Injil Markus
Ada sentuhan pribadi
|
19 mukjizat untuk buktikan kuasa Yesus
|
8 Kuasa atas penyakit
|
5 Kuasa atas alam
|
4 kuasa atas setan
|
2 kuasa atas kematian
|
1. "di antara binatang-binatang liar," (Mar 1:13)
2. "Ia memberi mereka nama Boanerges" (Mar 3:17)
4. "Mereka cemas; dan orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang
merasa takut" (Mar 10:32)
5. "Orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan Dia dengan
penuh minat" (Mar 12:37)
6. "Bukankah Dia ini tukang kayu?" (Mar 6:3)
|
|
|
|
|
Injil Lukas
Tentang
Penulis
Mungkin di antara
kamu ada yang pernah dengar “seorang dokter” menjadi penulis kitab suci. Begitu
paling tidak dulu kita diceramahi oleh guru agama sewaktu di bangku SD. Dan
kali ini kita akan coba cek kebenaran ceramah sang guru kita itu ya.
Lukas seorang
murid Yesus yang profesinya sebagai tabib dan disebut “yang terkasih” (lihat Kol. 4:14) memang
disebut-sebut sebagai penulis kitab Injil ini. Dan nama dia sendiri ditempelkan
di belakang judul untuk memberi identitas yang jelas pada kitab ini. Dialah
juga yang sering disamakan dengan penulis kitab Kisah Para Rasul.
Tetapi ada
sesuatu yang sangat menarik perhatian dan sepertinya patut dipertimbangkan deh.
Ternyata ada banyak ajaran dalam kitab ini, yang mirip dengan gaya pengajaran Paulus.
Karena itu para ahli berpendapat kemungkinan lebih pasti, bahwa penulisnya
adalah seorang kristen (berbahasa Yunani), yang bisa jadi sudah bertobat karena
Paulus. Sedangkan tempat penulisan kitab ini diduga berada di Antiokia (Syria)
atau di Asia kecil (Turki) pada akhir abad I (80 M). Gimana Guyss.... cukup
jelas infonya? Satu lagi jangan terlupakan, simbol Injil Lukas itu “lembu
jantan muda bersayap”. Ini mau dipakai karena Lukas memulai Injilnya dengan
pemakluman tentang kelahiran Yohanes kepada ayahnya, Zakaria yang adalah
seorang imam, ketika sedang mempersembahkan kurban di Bait Suci (Luk 1). Lembu
adalah bahan persembahan di Bait Suci.
Alamat Tujuan
Nama Teofilus
yang disebut di awal tulisan, seolah mau memberi tahu kalau kitab ini khususnya
ditulis untuk orang-orang bukan Yahudi, atau persisnya menunjukkan tentang
jemaat kristen Yunani modern, sebagai kelanjutan dari Yesus dan jemaat perdana
Ibrani. Perkiraan ini diperkuat dengan bukti penulisan dengan bahasa Yunani,
bukan Aram.
Kisah-kisah yang ditulis dalam kitab Injil ini banyak melukiskan tentang permulaan sejarah
kekristenan; yang nantinya dilanjutkan dengan Kisah Para Rasul. Di sana diceritakan
mulai munculnya dan perkembangan Gereja, juga dicatat tentang alasan-alasan penting
yang mendorong misi untuk bangsa kafir (non – Yahudi).
Ayat (kata) Kunci dan Tema penting
Kata kunci tersimpan pada bagian, yang merumuskan maksud dari penulisan
Injil ini, yaitu dalam Luk 1:4. Sedangkan tema-tema penting yang menjadi pokok isi dari Injil
Lukas dapat kita sebut di antaranya:
1. Keselamatan
bagi semua orang
Injil Lukas
punya pesan sangat penting, bahwa keselamatan itu bersifat universal, dan tidak
terpengaruh dengan berbagai penolakan, sekalipun dari kalangan Yahudi.
2. Belas kasih
dan pengampunan
Tema belas
kasih ini menjadi sifat khas Injil Lukas, yang ditunjukkan lewat diri Yesus,
sebagai inti pengajaran penulis Injil Lukas.
3. Kegembiraan
Penulis
Injil ini juga menerangkan tentang kegembiraan keselamatan, yang mengalir dari
kepercayaan terhadap kasih dan belaskasihan Allah dalam diri Yesus, misal:
Kelahiran Yohanes dan Yesus (1:14; 2:10); pertobatan orang berdosa (15:7-10);
kembalinya murid ke Yerusalem (24:52).
4. Perjalanan
Lukas
memakai tema “perjalanan” untuk menyusun bagian inti dari Injilnya (Yesus
berjalan dari Galilea sampai Yerusalem – Luk. 9:51-19:44)
5. Kehidupan
Kristen modern
Lukas
membuat ajaran Yesus bisa dengan mudah diterapkan untuk para pembaca dari
kalangan masyarakat menengah, dengan situasi kosmopolitan (modern). Diajarkan
bahw warga negara yang baik itu selaras dengan ajaran kekristenan. Contohnya:
Yesus adalah warga negara yang taat hukum, tetapi dituduh dengan tuduhan palsu
(20:25; 23:2), pesannya jangan bingung kalau kita sudah menjadi warga yang baik
tetapi kadang masih diperlakukan dengan buruk, karena iman kita pada Kristus).
Atau juga tentang harta benda, pesannya jangan sampai orang diperbudak oleh
harta benda (12:13-43; 14:25-33).
6. Pemenuhan
nubuat (ramalan nabi untuk masa depan)
Untuk para
pembaca berkebangsaan Yunani, Lukas menunjukkan bukti-bukti dari Perjanjian
Lama. Misal bagi orang Yunani “Salib” adalah sesuatu yang membingungkan (Luk.
18:31-33; 24-26)
7.
Kenaikan
Injil
ini menegaskan kalau simpul dari perutusan Yesus adalah “diangkat ke surga”
(9:51; 24-51). Itulah poin yang menentukan tindakan penyelamatan manusia oleh
Yesus, dan sejak itu Roh Kudus dicurahkan kepada Gereja, sehingga keselamatan bisa
diraih oleh semua orang.
Ciri-Ciri Penting
Dante menyebut Lukas sebagai
“penulis kelembutan Kristus”, karena ciri yang sangat khas dalam Injil
Lukas adalah menekankan belas kasih Yesus kepada para pendosa dan kaum
tersisih. Misalnya: Murid-murid dari golongan
orang miskin (Luk 6:20); wanita yang berdosa (Luk 7:37); Maria Magdalena (Luk 8:2); Orang-orang Samaria (Luk 10:33); Pemungut cukai dan orang-orang berdosa (Luk 15:1); pengemis yang ditinggalkan (Luk
16:20,21); orang yang sakit kusta
(Luk 17:12); pencuri/penjahat yang sekarat (Luk. 23:43), dll.
Ciri lain yang juga dapat ditemukan dalam Injil Lukas adalah sifat universal karya keselamatan (Luk 2:32; 3:6; 24:47).
Injil ini
adalah yang terlengkap catatannya
mengenai peristiwa di dalam kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran
sampai kenaikan-Nya, dan juga kitab yang terpanjang dalam PB.
Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua
Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya
dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali.
Injil Lukas menekankan
kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya mengenai doa. Hal ini kelihatan
sekali dengan dicantumkannya berbagai aktivitas doa Yesus danjuga sejumlah
rumusan doa.
Injil Lukas
memakai gelar untuk Yesus, khususnya adalah "Anak Manusia".
Ada sukacita besar menandai mereka yang menerima Yesus dan “berita-Nya”.
Sudah dari sejak awal tulisan (kisah kelahiran Yohanes dan Yesus) menunjukkan
kesan kegembiraan dan suka cita itu.
Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan
umat-Nya (mis. Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk 10:21; Luk
12:12; Luk 24:49).
Kekhasan
Injil Lukas kira-kira seperti ini:
Perumpaan yang hanya ada di Lukas
|
Perhatian pada doa-doa Yesus
|
Hymne / nyanyian kristen
|
Perhatian pada kaum wanita
|
Biografi Yesus lebih lengkap dicatat
|
Peristiwa dan perkataan Yesus yang hanya ada di Lukas
|
|
3. sebelum pemilihan murid-murid
Luk 6:12
|
1. Salam Maria," kata-kata Malaikat kepada Maria,
Luk
1:28-33
2. Lagu untuk perawan Maria, nyanyian Maria
Luk
1:46-55
4.
"Kemuliaan
bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi," oleh malaikat- malaikat
surgawi
Luk
2:13-14
|
2.
Maria dan
saudaranya Marta dalam pasal sepuluh
Lu 10:1
3.
perempuan-perempuan
Yerusalem
Lu 23:27
|
|
2.
keterangan saat
percakapan Musa dan Elia di Gunung saat Transfigurasi
Luk
9:30,31
5.
Perkataan Kristus
kepada wanita-wanita Yerusalem
Luk 23:28
|
Injil Yohanes
Tentang Penulis
Seperti halnya dengan penulis dari ketiga kitab Injil sebelumnya, temtu
kita juga pernah diyakinkan kalau Rasul Yohanes, murid yang dikasihi itulah
penulis kitab Injil ini. Tetapi mungkin sekarang kita bisa memahami begini,
Rasul termuda Yesus itu dalam pewartaannya telah memberi ide segar (inspirasi)
kepada banyak orang Kristen di abad awal.
Dari antara mereka ada yang tergerak
untuk kemudian merekam semua kesaksian itu dalam kitab ini, juga ketiga surat
apostolik, yang nanti akan kita bicarakan di bagian tersendiri. Temtu saja
kalau demikian si penulis bukanlah saksi mata, baik hidup maupun kebangkitan
Yesus; tetapi dia mempunyai akses kepada tradisi yang berasal dari komunitas
kristen awal. Lalu dilekatkanlah nama Yohanes sebagai otoritas terpercaya untuk
nama tulisan kitab ini dan juga ketiga surat lainnya.
Ciri khusus dan Tema penting dalam injil Yohanes
Untuk waktu penulisannya diperkirakan
sekitar tahun 95-100 Masehi. Kitab ini disimbolkan dengan Rajawali terbang
tinggi. Lambang ini mau menunjukkan asal-usul Yesus kristus, yang adalah “Sabda Allah”, atau menekankan sifat Illahi
(transendensi) Yesus yang adalah Kristus, Sang Mesias. Injil Yohanes dianggap
sangat istimewa oleh banyak orang sampai denan zaman kita
sekarang, sebab ada banyak ungkapan kitab yang bermakna sangat dalam dan paling rohani daripada Injil lainnya.
Lebih dari satu setengah bagian kitab ini dipakai untuk menuliskan
peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Kristus, dan nasihat-Nya selama hari-hari
terakhir.
Ada 2
rangkaian ide yang sangat penting dalam keseluruhan tulisan Injil Yohanes,
yaitu:
Ciri khusus
lain yang membedakan Injil Yohanes dari ketiga Injil lainnya, bisa ditemukan pada
tema-tema di dalamnya, antara lain:
a.
Identitas Yesus
Ini
untuk menolong pembaca Injil agar paham apa artinya menjadi seorang kristen.
Caranya dengan mengenal identitas Yesus, yang berasal dari Allah dan telah naik
kepada Allah.
b.
Salib sebagai Peninggian Yesus
Injil
Yohanes adalah satu-satunya yang tidak menunjukkan kematian Yesus sebagai
kurban bagi dosa manusia, tetapi sebagai satu peristiwa, yang kalau dimengerti dalam
iman akan membawa orang pada suatu hubungan baru dengan Allah. Jadi menurut
Yohanes, Salib itu peristiwa yang
menjadi simbol “peninggian”, kenaikan Yesus –Anak Allah– kembali kepada
Allah Bapa (Yoh. 20:17). Salib itu menunjukkan dengan jelas kalau Yesus Kristus
adalah raja seluruh umat manusia (Yoh 3:14; 12:32.34); dan kematian Yesus itu
kekuatan yang membawa manusia kepada diri-Nya (12:32)
c. Simbol Dualistik (dua hal bertentangan)
Injil
Yohanes sering menyampaikan pesannya dengan cara dualistik (membandingkan dua
hal yang bertentang), misalnya: terang-gelap, atas-bawah. Maksudnya sebaagi
simbol antara orang yang tidak beriman dan orang yang hidup dalam iman. Orang
harus memilih salah satu, tidak ada posisi tengah (Yoh. 1:5.9).
d.
Hakikat iman
Dalam
Injil Yohanes, iman itu melulu karunia dari Allah (Yoh 6:44; 17:6). Orang
memang bisa percaya karena mukjizat (2:11), tetapi itu bukan dasar yang kuat
(4:48; 20:29). Orang yang percaya adalah orang yang mempunyai hubungan pribadi
dengan Yesus (2:22).
e.
Konsep Roh
Injil Yohanes
memperkenalkan “Roh” dengan pengertian baru, yaitu “Parakletos” (penghibur). Dia
adalah pengganti Yesus yang membawa wahyu Bapa dalam Kristus untuk orang
beriman, mengingatkan semua yang sudah diajarkan Yesus, memuliakan Kristus, dan
meyakinkan dunia yang tidak percaya. Roh itu satu dengan Bapa dan Anak.
f.
Eskhaton / eskatologi (zaman akhir)
Eskaton dalam Injil Yohanes tidak hanya dimengerti sebagai zaman akhir.
Menurut Injil Yohanes itu sudah mulai hadir dalam kehidupan umat beriman (3:18;
5:21.24.26). Tetapi juga sekaligus, yang akan terjadi di mana Kristus datang
kembali, saat kebangkitan orang mati, penghakiman dan hidup kekal bagi orang
beriman.
Kekhususan dalam Injil Yohanes
Identitas Yesus yang illahi / transenden
|
Penyebutan Allah sebagai Bapa lebih dari 100 kali
|
Pengajaran & percakapan yang hanya ada di Injil ini
|
Ada 6 mukjizat yang hanya ada dalam Injil ini
|
1. Kristus adalah Allah (1:1; 20:28)
2. Kristus ada sebelum ciptaan (1:1)
3. Kristus adalah pewahyuan dari Allah (8:19; 7:16-18)
4. Kristus adalah seorang asing di dunia ini yang turun dari atas
(3:13-15; 9:62; 3:31)
5. Kristus adalah anak Bapa (3:35; 5:22; 6:38)
6. Kristus adalah utusan istimewa Allah (10:36; 11:42; 17:8)
7. Kristus pembuat mukjizat (2:1-11; 6:1-14)
|
2. Ia adalah Bapa yang memberi hidup Yoh 5:21
4. Bapa lebih besar dari segala sesuatu Yoh 10:29
6. Allah adalah Bapa yang tinggal beserta/hadir tetap secara batiniah Yoh 14:23
|
5. perumpamaan tentang Gembala yang Baik,
Yoh 10:1
6. Satu rangkaian pengajaran pribadi kepada murid-murid, kata-kata
penghiburan dan doa syafaatNya, pasal 14-17
Yoh 14:1 -
17:1
7. Pertemuan-Nya dengan murid-murid di pantai Galilea, pasal 21, dll
Yoh 21:1
|
1.
Perkawinan di
Kana (2:1-11)
2.
Penyembuhan pada
hari Sabat di kolam betsaida (5:1-18)
3.
Orang yang buta
sejak lahir (9:1-7)
4.
Lazarus
dibangkitkan (11:1-44)
5.
Para murid
menjala di danau Tiberias (21:1-14)
6.
Ds
|
Kisah
Para Rasul
Kalau kita perhatikan
nama kitab ini, tentu ada kesan berbeda ya. Sepintas ini terksan lebih seperti
dongeng. Tetapi tahukah kalian, ternyata tulisan Kisah Para Rasul adalah satu-satunya kitab Perjanjian Baru, yang
melanjutkan kisah mengenai Yesus dalam komunitas Gereja awal/perdana (yang
sudah ditulis dalam Injil Lukas). Sehingga benarlah kalau dikatakan, kitab ini berperan
sangat penting bagi kita untuk mendapatkan info yang cukup tentang sejarah awal
Gereja Kristen. Kitab ini diperkirakan ditulis antara tahun 80 atau 90 Masehi,
sekitar 20 tahun sesudah kematian Paulus.
Penamaan
kitab (dalam bahasa Indonesia) dengan istilah “Kisah Para Rasul” sebenarnya
tidak cukup pas, terlalu luas. Karena kalau kita baca dan perhatikan isi kitab,
di dalamnya hanya melaporkan tentang beberapa rasul saja, yaitu: Beberapa
laporan karya Petrus, satu kalimat singkat tentang Yakobus (Kis 12:2), beberapa
informasi tentang Yakobus yang bukan anggota “duabelas rasul”. Dan bahkan lebih
aneh ada satu di antara tokoh, yaitu Paulus yang tidak termasuk kelompok duabelas
orang yang dipilih langsung oleh Yesus sewaktu masih hidup, sebagai Rasul-Nya.
Bahkan kisah tentang Paulus paling banyak. Jadi sebenarnya kitab ini lebih
sebagai “kisah orang-orang yang merasul”.
Tentang
penulis tidak pernah ditunjukkan identitasnya secara jelas. Bahkan alamat yang
jelas, yaitu tulisan mau disampaikan kepada Teofilus (= yang dikasihi Allah), juga tidk sangat membantu untuk
mengenal si-penulis. Tradisi dari Gereja Perdana menunjuk nama Lukas, dan
karena itu sekarang kita menghubungkannya dengan pengarang Injil Lukas. Kalau
tentang Lukas tersebut ada informasi dalam Filemon 24 dan Kolose 4:14, lalu 2
Timotius 4:11, bahwa dia adalah teman sekerja Paulus. Dan karena Surat kolose
menyebut Lukas Tabib, maka yaaa... dia
inilah yang sering disebut-sebut sebagai penulis baik Kitab Kisah para Rasul,
maupun Kitab injil Lukas.
Ada sejumlah
maksud atau tujuan dengan dituliskannya kitab Kisah Para Rasul ini, di
antaranya:
a.
Tujuan Politis
Jangan
salah tanggap ya.... tentu bukan maksudnya kitab ini sebagai propaganda
politik. Kitab ini ditulis pada saat ancaman pengejaran melanda seluruh Gereja
(yang baru bertumbuh). Penulis mau menunjukkan kalau agama Kristen itu bukan
saja secara politis tidak melanggar hukum, dan secara moral tidak bersalah; dan
ternyata ada penguasa di kalangan pejabat di Roma memberi kesaksian tidak
menemukan alasan untuk mempersalahkan agama Kristen.
Sebagai
contohnya: Dalam pengadilan di Korintus, Galio mengatakan secara terbuka tidak
ada pelanggaran yang dibuat orang Kristen (Kis. 18:4); dalam pengadilan di
Efesus Panitera kota membubarkan huru-hara di dalam kota dan menyatakan orang
Kristen bukan penghojat atau perusak tempat suci (Kis. 19:37); Claudius Lisias
menyurati walinegeri Felix di Kaisarea, bahwa tidak ada alasan Paulus di
penjara (Kis. 23:29). Coba baca juga dengan cermat dan teliti pada: Kis. 25:25;
Kis. 26:32; Kis. 16:35-40; Kis. 22:25-29; Kis. 27:3-4.
Dengan sejumlah contoh itu, sering ada
anggapan kitab Kisah Para Rasul malahan mirip dengan tulisan seorang ahli
hukum, untuk membuat pembelaan bagi Paulus di pengadilan. Tetapi yang pasti, salah satu tujuan kitab ini ditulis, untuk
menunjukkan kalau orang-orang Kristen tidak bersalah baik secara politis,
maupun secara moral.
b.
Tujuan Historis
Dasar dari
tujuan ini adalah perintah Yesus yang langsung dikatakan-Nya sendiri, setelah
peristiwa kebangkitan. Para murid diutus menjadi saksi-Nya di Yerusalem, Yudea,
Samaria, dan sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8). Perintah Yesus ini juga menjadi
pola penyusunan Kitab Kisah Para rasul. Di dalamnya ditunjukkan perkembangan
agama Kristen, mulai dari Yerusalem sampai ke ujung dunia (entah Roma atau
Eropa).
c.
Tujuan Teologis
Guys... kalo baca kitab ini, kita akan temukan pesan tentang meluasnya
agama Kristen bukan sebagai hasil usaha manusia. Misnya, dalam Kis. 1:15
disebut jumlah orang percaya yang berkumpul (dan kemungkinan terlibat dalam
pewartaan Injil) sebanyak 120 orang. Ada kesan kitab ini menjadi semacam
riwayat tentang daya kekuatan Kristus yang sudah bangkit, dalam kegiatan
kerasulan orang-orang percaya yang tak terbendung.
Jadi Guysss... kalau Injil Lukas menceritakan apa yang sudah dimulai oleh
Yesus Kristus; maka Kisah Para Rasul menceritakan bagaimana Yesus melanjutkan
semuanya itu dengan daya kebangkitan-Nya.
Dalam kitab ini tidak ada keputusan dibuat tanpa bimbingan Roh Kudus.
Misalnya coba kamu baca sendiri dengan teliti dan cermat: Kis. 1:4-5; Kis. 2; Kis. 6:3; Kis. 8:29; Kis.
13:2; Kis. 15:28; Kis. 16:6-7.
Yang terpenting sebagai tujuan ditulisnya kitab ini, adalah mau menunjukkan
kepada kita, cara pewarta-pewarta pertama menyampaikan Injil. Mereka
menyesuaikan kotbah dengan situasi pendengarnya. Sebagai contoh jelas pada
peristiwa kotbah Paulus. Ketika berkotbah di Antiokia-Pisidia (Kis. 13:26-41),
paulus berkotbah di Sinagoga dan menghadapi pendengar yang paham Kitab
perjanjian Lama; maka Paulus menerangkan dengan mengutip ayat-ayat Kitab
Perjanjian Lama. Kemudian ketika kotbah di Listra (Kis. 14;15-17), karena
daerah ini lebih ke pedalaman atau perkampungan; maka Paulus tidak mengutip
dari kitab manapun, malahan dipakailah istilah-istilah seperti: Hujan, angin,
tumbuh-tumbuhan. Selanjutnya ketika kotbah di Atena (Kis. 17:22-31) dan
berhadapan dengan orang yang tidak tahu sama sekali tentang kitab Perjanjian
Lama, Paulus memakai sastra Yunani, budaya orang Atena.
Nah....jadi dengan itu semua, Penulis
kitab ini mau mengajarkan kepada semua orang Kristen di sepanjang masa,
bagaimana menghidupi iman dan meneladani Yesus Kristus dalam hidup sehari-hari
sebagai seorang Kristiani.
Surat-surat
Rasul Paulus
a. Mengenal Paulus
Terlebih
dulu kita akan coba mengenal identitas Paulus. Nama asli sebelumnya adalah
Saulus. Dari sejumlah sumber tertulis dikatakan, ia lahir di Tarsus, sebuah
kota metropolis Romawi, propinsi Kilikia (Kis 22:3). Letak Tarsus itu terletak
di antara sisi utara, melalui gerbang Kilikia, tergabung dengan budaya Asia
Kecil; dan di sisi timur melalui gerbang Syria berhubungan dengan negara-negara
Asia; lalu di sisi selatan dengan daerah Mediterania.
Ketika
terjadi pembunuhan Stefanus -kemungkinan di tahun yang sama dengan Yesus wafat-
Saulus disebut sebagai seorang pemuda (lih. Kis 7:57). Dari data ini bisa
disimpulkan Saulus lahir setelah Kristus (antara 3-10 Masehi). Orang tua Saulus
berkebangsaan Yahudi, dari suku Benyamin (Rom 11:1; Flp 3:5). Orang tua Saulus pindah
ke Tarsus dari Palestina, dan tinggal di antara kaum Yahudi yang taat (Flp
3:5). Keluarga Saulus kemungkinan cukup berada, sehingga bisa menyekolahkan
Paulus di tempat yang baik.
Pendidikan lanjutan (semacam SMP) telah ada
di tengah-tengah kaum Yahudi, sejak tahun 75 sM, yang didirikan oleh Simon ben
Shetah. Saulus menerima pendidikan yang lebih tinggi yang ada di kalangan
Yahudi sejak zaman Nabi Ezra, sejak tahun 450 sM; seperti disebut dalam Kisah
para Rasul bahwa Saulus dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel
(lih. Kis 22:3). Sedangkan pendidikan formal bahasa Yunani, sekalipun masih
agar meragukan, kemungkinan besar Saulus juga mengalaminya. Ini kelihatan dari
banyak kutiban dengan istilah dan pengetahuan Yunani, yang sangat bagus dan
fasih dipakai. Misalnya: Tentang Areopagus di Athena; memakain kutipan-kutipan
yang sering digunakan dalam masyarakat: “Di dalam Dia kita hidup, kita bergerak
dan kita ada” (Kis 17:28) berasal dari perkataan Epimedes dari Kreta (550-449
BC), atau kelanjutannya: “Sebab kita semua adalah keturunan Allah juga.” (Kis
17:28), adalah dari Aratus (310-240 BC) atau Cleanthes (320-230 BC).
Riwayat
hidup Saulus berubah total setelah peristiwa panggilan Tuhan Yesus atas
dirinya, ketika dalam perjalanan ke Damaskus (Damsyik), yang atas perintah imam
besar untuk memenjarakan siapa saja para murid Yesus pertama (=penganut jalan
Tuhan). Sebelum ke Damsyik, ia memberikan diri sepenuhnya kepada hukum Taurat,
dan setelah peristiwa Damsyik, ia memberikan hidup sepenuhnya kepada Kristus.
Lukas melaporkan hal ini sebanyak tiga kali (Kis 9:1-9, 22:6-16, 26:12-18).
Dalam
tulisan Kisah Para Rasul (Kis. 13:9), pergantian nama dari Saulus menjadi Paulus
terjadi beberapa saat setelah Saulus bergabung dengan para pengikut Kristus,
lalu juga mulai ambil bagian dalam tugas pewartaan Injil. Ketika suatu saat di
Pafos, pulau Siprus; Saulus dan Barnabas berjumpa dengan seorang pesihir,
Baryesus. Pada kesempatan itu diperkenalkan nama baru “Saulus, juga disebut
Paulus”. Walau demikian Yang jelas panggilan Tuhan Yesus kepada Paulus menjadi
alasan kuat untuk menyebutnya sebagai Rasul, untuk mewartakan Injil kepada
bangsa-bangsa lain / non- Yahudi (lih. Rom 11:13, 15:16; Gal 1:16, Kis 26:20). Ini
berarti Paulus menjadi jembatan antara bangsa Yahudi dengan bangsa-bangsa lain.
Lalu bagaimana kisah keterlibatannya
sebagai pewarta Injil? Di awal perjalanan imannya sebagai seorang Kristiani,
setelah ia dibaptis di Damsyik, Paulus menarik diri ke daratan Arab (lih. Gal
1:16-). Kira-kira maksudnya Paulus membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri, karena
pasti tidak mudah lho meninggalkan cara hidup yang sudah mapan sebagai orang
Yahudi dengan segala nilai-nilai dan aturan Yahudi, dan sejak peristiwa panggilan
di jalan ke Damsyik (34 Masehi) itu; kini
Paulus berbalik total 360 derajat kepada Kristus (Flp 3:7-12). Paulus sungguh berubah
menjadi “manusia yang hidup secara baru” (Gal 2:20, Flp 1:21; 3:7-11). Ia tegas
menyatakan kalau Injil yang diberitakannya itu tidak berasal dari manusia,
tetapi dari wahyu Yesus Kristus (lih. Gal 1:11-12).
Paulus
melakukan perjalanan misinya dengan berkeliling ke kawasan Mediteranian dan
sekitarnya sebanyak 3 kali. Pertama,
Setelah menyepi di Arab, Rasul Paulus kembali ke Damsyik, tinggal di sana
sekitar 3 tahun untuk mengajar dalam khotbah, tentang Yesus adalah Putera Allah
(Kis 9:20). Kemudian ia ke Yerusalem, setelah lolos dari usaha pembunuhan oleh orang-orang
Yahudi yang belum percaya kalau Paulus sudah bertobat. Di Yerusalem, Barnabas
memperkenalkan Paulus kepada para rasul yang lain (lih. Kis 9:26-), bertemu
dengan Petrus (Kefas) selama 15 hari (tahun 36 M). Dan selama di Yerusalem
inilah, para Rasul mengakui tugas yang dipercayakan Kristus kepada Paulus untuk
memberitaan Injil kepada orang-orang non- Yahudi (lih. Gal 2:7-8). Kemudian
Paulus kembali ke kampung halamannya di Tarsus (36-44 AD), di daerah Kilikia – Syria.
Di sana Paulus juga mewartakan Kabar Gembira, sehingga Gereja bertumbuh.
Kedua, setelah mendengar Gereja berkembang di Antiokhia, Barnabas
menjemput Paulus dari Tarsus, lalu mereka menuju ke Antiokhia. Di Antiokhia
ini, dicatat bahwa Rasul Paulus
menentang Rasul Petrus, karena Petrus tidak mau makan bersama dengan jemaat
dari keturunan non-Yahudi. Sikap ini bertentangan dengan ajaran yang telah
disepakati sebelumnya, bahwa di dalam Kristus tidak ada lagi pembedaan antara
Yahudi dan non-Yahudi; dan orang non-Yahudi untuk menjadi Kristen tidak harus mengikuti
adat Yahudi (lih. Kis 15, Gal 2:14). Para Rasul (baik Petrus maupun Paulus)
telah sepakat dalam pengajaran, bahwa yang menyelamatkan adalah kasih karunia
Tuhan Yesus (lih. Kis 15:7-15; Gal 2:16), bukan hukum Taurat. Saat Paulus menetap
di Antiokhia ini (45-46 Masehi), sudah hampir 10 tahun ia bertobat, dan Paulus sudah
mendalam iman dan pengetahuannya tentang Tradisi Gereja awal yang meyakini
Kristus sebagai Mesias.
Ketiga, dari
Antiokhia Paulus melanjutkan misinya untuk mewartakan Injil ke banyak tempat
lainnya, sampai saat akhir hidupnya di Roma (64 - 67 Masehi), karena penganiayaan
Kaisar Nero. Kalau Rasul Petrus wafat dengan disalib terbalik, Rasul Paulus wafat
karena dipenggal kepalanya.
b. Mengenal
Jenis Surat
Rasanya perlu banget deh kamu semua mengenal dengan benar
tentang jenis-jenis tulisan surat dari para Rasul, yang diakui termasuk tulisan
suci atau Kitab Suci. Secara garis besar Surat-surat Rasul Paulus dalam kitab
Perjanjian Baru dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Surat-surat
yang ditujukan kepada jemaat / Gereja
tertentu (Roma, 1 dan 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 dan 2
Tesalonika, Ibrani.
2) Surat-surat yang
ditujukan kepada pribadi orang tertentu, bukan ditujukan untuk komunitas jemaat tertentu (1 dan 2
Timotius, Titus, Filemon).
Selain
itu jangan lupa ya ternyata dari seluruh surat-surat itu beberapa di antaranya ditulis oleh Rasul Paulus ketika ia dipenjara,
sehingga ada yang dikenal sebagai surat-surat
penjara, yaitu: Kolose, Filipi, Efesus, Filemon.
Sementara
menurut isinya ada beberapa surat dari Rasul Paulus yang sering disebut sebagai
Surat-surat Pastoral, yaitu 1 dan 2 Timotius dan Titus. Alasannya karena surat-surat
itu isinnya lebih menekankan hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan pastoral
yang efektif.
Selanjutnya
Guysss.... dalam Kitab Perjanjian baru ada juga surat-surat yang tidak berasal
dari Rasul Paulus, tetapi ditulis oleh Rasul lainnya. Biasanya surat-surat itu disebut
Surat-surat umum / Surat Katolik, yaitu:
Surat Yakobus; Surat 1 dan 2 Petrus; Surat 1, 2, dan 3 Yohanes; dan Surat
Yudas.
c. Tujuan Surat Paulus
Tujuan
penulisan surat-surat Rasul Paulus tidak selalu untuk menyelesaikan persoalan
baru dalam Gereja, karena ada juga masalah yang sudah lama terjadi di kota
tersebut. Karena itu, surat-surat Rasul Paulus tidak semua berisi teguran;
tetapi juga wejangan, penegasan akan ajaran iman, dan ajaran moral, ataupun
pesan-pesan apostolik lainnya.
Secara garis besar maksud tujuan surat-surat Rasul Paulus kepada
Gereja-gereja adalah sebagai berikut:
Surat I dan II Rasul Paulus kepada umat Tesalonika
Sebaiknya kalian ingat dengan baik kalau
surat yang paling pertama ditulis oleh Paulus ya... Surat kepada Umat di
Tesalonika (52 Masehi). Jadi ceritanya waktu itu Paulus sedang ada di Korintus.
Tentu ada alasan serius bagi Paulus sampai-sampai mengirimkan surat ini segala.
Kalau diperhatikan dari isinya sih terasa amat seris Paulus menegaskan kepada
Umat di Tesalonika (khususnya dalam surat yang pertama) tentang petingnya menghargai
“saat kini” atau “saat sekarang”. Bisa jadi waktu itu, banyak orang Kristiani
sembrono hidupnya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Nah...dalam nasihat di
surat ini ditegaskan:
1. Ajaran
tentang kehidupan Kristiani (4:1-12)
2. Ajaran tentang akhir jaman (4: 13-18)
3. Anjuran untuk berjaga-jaga menjelang kedatangan Kristus yang kedua (5: 1-11)
4. Kehidupan dalam komunitas Kristen (5:12-22)
Sedangkan
dalam suratnya yang kedua, Paulus rupanya bener-bener dibuat jengkel oleh cara
umat di Tesalonika menaggapi pesannya dalam suratnya yang pertama, tentang “kedatangan
Yesus yang kedua sudah dekat”. Ada banyak umat menafsirkan dengan keliru, dan
bahkan menimbulkan salah paham. Akibatnya ada umat yang tidak mau bekerja lagi,
hanya menunggu saat hari kiamat.
Menjawab persoalan ini Rasul Paulus kembali memberi penjelasan
tentang maksudnya dia mengatakan “keatangan Kristus yang kedua sudah dekat”.
Jadi isi surat keduanya adalah:
1. penjelasan lebih
lanjut mengenai Penghakiman Terakhir (1: 5-12)
2. Penjelasan kembali
tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, dan pengajaran untuk menyambut
hari itu (2:1-17)
3. Nasihat untuk berdoa dan tetap bekerja (3: 1-13).
Surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia
Guysss....
harap diingat ya... dari sekian banyak surat Rasul Paulus ternyata Surat
Galatia (54-55 Masehi) disebut oleh para ahli sebagai surat utama para rasul yang ditujukan pada umat non-Yahudi. Alasannya,
karena dengan surat inilah Paulus dengan terang-terangan menegaskan, umat Kristen
dari keturunan Non-Yahudi tidak diwajibkan untuk memenuhi hukum Taurat Yahudi,
terutama sunat.
Jadi Paulus mau
menjawab desakan dari umat Kristen Yahudi, yang ingin tetap menerapkan hukum
sunat sebagai syarat menjadi Kristen. Maka lewat surat ini Paulus menegaskan satu
pesan penting, yaitu tentang “Kemerdekaan Kristiani”.
Selain
tentang sunat itu sendiri, rupanya alasan ini dikembangkan menjadi dasar untuk
menggugat Paulus, yaitu tentang:
a. Posisi Paulus sebagai Rasul dianggap tidak sah. Alasannya Paulus bukan termasuk kelompok keduabelas rasul,
yang langsung dipilih Yesus. Paulus juga bukan saksi kebangkitan, bahkan Paulus
malahan pernah menjadi penganiaya murid Tuhan
(Gal. 1:13.23). Paulus menjawab dengan “pukulan telak” dalam Gal.1:1,
mau menegaskan dia rasul bukan karena manusia atau demi manusia, tetapi karena
Yesus Kristus dan Allah bapa. Dirinya sudah diterima oleh kelompok yang
duabelas itu (Gal. 2;8-10)
b.
Injil yang diwartakan Paulus dianggap tidak sah. Paulus menegaskan, Injil yang diwartakan bukanlah Injil
manusia dan ia mewartakan Injil bukan berdasar perintah manusia (Gal 1:15-17).
c. Fanatisme ke-Yahudi-an. Ini mengulangi lagi tentang tuntutan sunat. Alasannya karena Yesus
adalah Mesias Yahudi (juga menjalankan sunat), Yesus milik suku bangsa Yahudi.
Jadi kalau orang mau menjadi kristen, harus disunat dahulu dan menjadi orang
Yahudi (menerima seluruh hukum dan aturan agama Yahudi).
Paulus
melihat dengan semua tuntutan itu berarti orang Kristen harus berhenti
menghayati agama Kristen sebagai agama kemerdekaan, lalu kembali ke hukum
Yahudi (Gal 5:1). Maka Paulus menjawab dengan tiga dasar, yaitu: Dasar pengalaman bahwa orang Kristen
menjadi merdeka dalam Roh (Gal 5:13-26), dan mereka menerima Roh bukan karena
melakukan humum Taurat, tetapi karena mendengar dengan penuh iman (Gal 3:1-5); dasar ucapan nabi, “orang yang benar
akan hidup oleh iman” (Gal 3:1; Hab. 2:4); dasar
sejarah bahwa ketika Abraham diterima Allah, ia tidak disunat (Gal
3:10-18), jadi kalau untuk jadi Kristen harus sunat dahulu berarti apa yang
dikerjakan Kristus di salib dianggap tidak cukup untuk mendapat keselamatan,
sehingga harus ditambah lagi dengan sunat (gal 5:2-11; 6:11-16).
Surat I dan II Rasul Paulus kepada umat di
Korintus
Gereja
memperkirakan Surat Pertama kepada umat di Korintus ditulis pada tahun 57
Masehi. Tujuan Surat ini untuk memberi pengajaran kepada umat di Korintus yang
pada saat itu mengalami:
1.
Masalah perpecahan atau semangat golongan (1:10-11; 3:3-15)
Jemaat ribut soal
kelompok (Apolos, Petrus, Paulus). Paulus menegaskan Gereja bukanlah Gereja
seseorang, tetapi Gereja Kristus.
2.
Masalah kesombongan intelektual (1 Kor. 1:17.20-25; 3:18-22)
Paulus
melawan keangkuhan jemaat asal Yunani yang mengandalkan kecerdasan intelek,
dengan berbicara tentang wahyu Allah dalam diri Yesus Kristus. Wahyu memang
harus dipikirkan dan dipahami, tetapi pertama sekali wahyu harus diterima dengan
penuh iman.
3.
Kemerosotan moral (5:1-6:8)
Paulus
menegaskan kedisiplinan kristiani, untuk jemaat yang beralih dari cara hidup
lama ke cara hidup baru. Di dalam gereja norma-norma harus tetap diperhatikan.
4.
Masalah penyelesaian perkara (1Kor. 6:1-8)
Paulus
meminta kalau ada perselisihan, hendaknya diselesaikan dalam jemaat. Orang
kristen janganlah lebih dahulu menyelesaikan masalah dengan pengadilan.
5.
Masalah antinomi atau paham atas tubuh (1Kor. 6:9-20)
Kalau
orang berpikir tubuh itu kotor dan jahat, Paulus menegaskan bahwa bagi orang
kristen baik tubuh maupun jiwa sudah ditebus oleh Kristus, dan dengan begitu
menjadi milik Allah, serta kediaman Roh. Jadi tubuh kita adalah milik Kristus.
6.
Masalah perkawinan dan hubungan seksual (1Kor 7)
Paulus
mengingatkan “waktunya terlalu singkat” (1Kor. 7:29). Ini menjadi alasan untuk
menantikan kedatangan kedua Yesus Kristus, yang bisa terjadi kapanpun. Jadi hidup
perkawinan hanya dipilih kalau seseorang tidak tahan selibat. Begitu juga
hubungan seksual adalah sesuatu yang tanpa itu manusia bisa hidup lebih baik.
7.
Maslah makan daging persembahan (1 kor. 8-10)
Bagi
Paulus, tangan yang sudah menyentuh Tubuh Kristus dalam Sakramen tidak boleh
menyentuh daging persembahan untuk berhala. Karena bersentuhan dengan
persembahan berhala bisa membuat orang meninggalkan imannya. Karena itu bagi
yang beriman kuat harus bisa memberi contoh (1 Kor. 8:13)
8.
Masalah wanita dalam Gereja (1 Kor. 11:2-16; 14:34-36)
Masalah
tidak hanya sekedar apakah seorang wanita ketika beribadat harus memakai kerudung
kepala atau tidak. Paulus menjumpai bahwa kaum perempuan dalam Gereja Perdana
telah menuntut hak (emansipasi) terlalu jauh. Mereka menuntut kebebasan, yang
waktu itu bisa menjelekkan nama Gereja.
9.
Masalah perjamuan Tuhan (1Kor. 11;17-34)
Perjamuan
Tuhan harus menjadi kegiatan persaudaraan yang sejati. Masalah muncul karena
dalam prakteknya; yang kaya bisa makan sampai kenyang, sedang yang miskin tetap
lapar. Sehingga rasa persaudaraan mati.
10. Masalah
anugerah Roh (1Kor. 12-14)
Gereja bagi Paulus ibarat tubuh. Setiap orang adalah anggota
tubuh, tidak ada bagian yang lebih tinggi atau lebih rendah. Tubuh Gereja baru
akan sehat, kalau semua bagian menjalankan tugasnya. Paulus bukan menolak
anugerah (khususnya bahasa asing, bahasa Roh) tetapi juga tidak menerima, sebab
itu tidak bisa dipahami (walau bisa ditafsirkan), dan seseorang tidak bisa
berubah menjadi baik karena sesuatu yang dia sendiri tidak mengerti. Jadi tugas
yang dimaksud Paulus adalah pekerjaan-pekerjaan sederhana danbiasa dalam hidup
sehari-hari, bukan yang sukar dimengerti atau spektakuler.
11. Masalah
kebangkitan badan (1 Kor 15)
Paulus menegaskan bahwa manusia diselamatkan baik jiwa maupun
badannya, danbahwa seteah mati setiap orang masing-masing tetaplah dirinya
sendiri, bukan berubah menjadi orang lain. Sekalipun sudah mati setiap orang
tetap adalah pribadi. Jadi menerima kebangkitan badan berarti percaya akan
kebangkitan pribadi, soal bagaimana nanti bentuknya, biarlah Allah yang
bijaksana menentukannya.
Selanjutnya
tentang Surat kedua kepada umat di
Korintus ditulis sekitar tahun 57-58 Masehi. Tujuannya untuk menyelesaikan pertentangan dan membangun
perdamaian. Persoalan mendesaknya adalah tentang kolekte. Perbuatan derma itu sudah dimulai oleh Gereja Makedonia, padahal mereka rata-rata miskin tetapi dengan murah hati sudah memberi. Paulus ingin supaya
Gereja di Korintus, yang sebenarnya jauh lebih mampu juga mencontoh perbuatan
baik itu. Dasar keteladanannya adalah Tuhan Yesus sendiri, yang demi
keselamatan manusia telah mengesampingkan kemuliaan-Nya dan menjadi miskin (2
Kor. 8:1-15). Maka Paulus memberi petunjuk
tentang kolekte. Petunjuk yang sama juga ditemukan dalam barbagai surat
dari Paulus, yaitu:
1. Bagi orang Kristen,
memberi adalah satu kewajiban (Rm. 15:27; Gal. 2:10)
2. Walau kolekte disampaikan ke petugas gereja, tetapi itu untuk
Allah (2 Kor 8:5)
3. Yesus sendiri adalah teladan dalam berderma itu (2 kor. 8:9)
4. Dalam memberi ada dua hal terjadi: Cinta menjelma dalam tindakan
bukan hanya kata-kata (2 kor. 8:8), dan kesatuan gereja ditunjukkan (2 kor.
8:10-15)
5. Pemberian hendaknya teratur, sedikit demi sedikit, supaya tidak
memberatkan (1 Kor. 16:1-2)
6. Kolekte hendaknya sesuai dengan keadaan ekonomi masing-masing.
Seseorang tidak boleh diminta menyumbang sampai membuatnya menjadi miskin (2 kor
8:12-15)
7. Pemberian hendaknya dijalankan dengan sukarela dan gembira,
bukan terpaksa (2Kor 9:6-11)
8. Setiap pemberian untuk orang miskin adalah satu ucapan syukur
kepada Allah (2Kor. 9:12)
9. Pengertian dalam bentuk kemurahan hati dan tanggung jawan
terhadap sesama adalah satu kekuatan agama kristen (2 Kor. 9:13-15)
10. Tata tertib pengumpulan dana dibuat demi dijalankannya dengan
jujur (2 Kor. 8:16-24)
11. Sumbangan itu hendaknya disampaikan secara pribadi (2Kor.
8:22-24).
Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma
Inilah surat terbesar dari Rasul Paulus. Ditulis
sekitar tahun 58 Masehi. Tujuannya pengajaran pada umat, terutama tentang teologi keselamatan. Surat ini awalnya
ditulis untuk mempersiapkan rencana kunjungannya ke kota Roma (belum pernah ke
Roma), dalam perjalanannya ke Spanyol. Rencana ini terhalang dengan peristiwa
penahanannya. Akhirnya Paulus memang tidak pernah ke Roma (kecuali sebagai
tahanan), dan apalagi ke Spanyol.
Pengajaran
tentang “teologi keselamatan” diterangkan dengan pola “hubungan manusia dengan
Allah, dan manusia dengan manusia”. Ajaran ini untuk melawan paham dalam dunia
kafir, di mana hubungan Allah dan manusia itu sudah putus. Dan juga Paulus
mengkritik kalangan Yahudi, sebagai yang menerima paham hubungan Allah –
manusia, tetapi ternyata cara hidupnya tidak lebih baik dari orang yang
dianggap kafir.
Maka menjawab
kedua masalah itu, Paulus lalu mengajarkan tentang “prinsip pembenaran”, bahwa:
1. Manusia dibenarkan karena iman yang tak terlepas dari perbuatan kasih,
bukan karena sunat (1:17-4:25)
2. Pengharapan Kristiani (5:1-11:36).
3.
Kehidupan
Kristiani dan pelayanan kasih adalah dua hal tidak terpisahkan, maka yang kuat
imannya harus memberi contoh pada yang lemah imannya (12:1- 15:33)
Sebenarnya sebelum ajaran di atas Paulus
juga menjelaskan tentang dosa asal. Bagi
Paulus, dosa asal itu bukanlah kecenderungan kepada dosa, atau kecenderungan
kepada warisan dosa. Dosa asal itu betul-betul berarti bahwa didalam Adam,
semua orang sudah berdosa. Alasannya karena seluruh umat manusia punya
ikatan solidaritas, sebagai satu anggota keluarga, klen atau bangsa tertentu.
Nah...prinsip solidaritas ini harusnya juga bisa diterapkan dalam hal
keselamatan. Jadi kalao karena ikatan solidaritas dengan Adam, lalu semua orang
juga berdosa; maka dalam ikatan solidaritas dengan Yesus Kristus, semua orang
juga dimungkinkan untuk selamat. Dan hal itu hanya bisa terjadi kalau orang
punya IMAN (Rom. 4:16:25).
Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi
Ditulis pada saat Rasul Paulus pertama kali di penjara di Roma sekitar tahun 61-63 Masehi. Waktu dipenjara ia dikunjungi oleh
Epafroditus, salah seorang umat Filipi. Saat mengunjungi Rasul Paulus,
Epafroditus sakit dan hampir mati, namun akhirnya ia sembuh. Tujuan ditulisnya
surat ini ada dua hal, yaitu: Pertama, Rasul Paulus berterima kasih kepada
orang Filipi karena bantuan yang mereka berikan kepadanya (Flp. 4:14-18).
Kedua, tentang Epafroditus yang membawa hadiah orang Filipi untuk Paulus, bahwa
ia sedang sakit keras (Flp. 2:25-29). Surat
kepada umat di Filipi menunjukkan kepada kita contoh “Gereja Kristus yang ideal”.
Dari tulisan ini muncul beberapa ciri dari surat ini, yaitu:
a. “Surat sukacita”
(Flp. 1:4.18.19; 3:1; 4:1; 4:4). Surat ini menegaskan kebenaran bahwa dalam
Kristus kemerdekaan yang tidak dapat dikungkung oleh penjara, atau apapun;
dalam Kristus ada sukacita yang tidak dapat disuramkan oleh penderitaan apapun.
b. “Surat dua dunia”
(Flp. 1:9-11; 2:16; 3:20-21). Paulus selalu menegaskan bahwa hari kristus
sedang datang. Orang Kristen adalah orang yang hidup di antara yang sudah dan
yang belum. Karena itu orang kristen adalah orang yangmelihat semuanya dalam
terang keabadian, dan tujuan hidupnya siap sedia pada panggilan Allah.
c. “Mengarahkan ke masa depan”.
Paulus menggambarkan dirinya sebagai pelari. Orang kristen adalah orangg yang
melupakan masa lampau, dan mengarahkan perhatian ke masa depan yang baik.
d. “Menekankan rasa cukup”,
atau rasa senang dengan apa yang ada. “Aku telah mencukupkan diri dalam segala
keadaan” (Flp. 4:11). Prinsip “rasa cukup” ini hanya mungkin terjadi kalau kita
memiliki ketergantungan mutlak kepada Yesus Kristus.
e. “Surat orang yang rendah
hati”. Ciri sangat terkenal Fil.
2:1-11 adalah perikop paling
cemerlang dalam Perjanjian Baru. Dikatakan
Yesus Kristus dalam kerendahan-Nya telah mengosongkan diri dari kemuliaan-Nya
danmenjadi seorang hamba, taat sampai mati, bahkan mati di salib. Dan dari
kerendahan itu Ia menerima kemuliaan. Dengan ini kita diajak untuk memiliki
kerendahan hati yang sama seperti Yesus Kristus.
Tekanan yang mau disampaikan adalah:
1. Teladan apostolik (1:1-14)
2. Wejangan untuk menjaga persatuan, kerendahan hati, dan ketaatan
(2: 1-18)
3. Ditekankan bahwa Yesuslah tujuan kita umat beriman (3:1-21)
4.
Damai dan
suka cita sebagai ciri-ciri kehidupan Kristiani (4: 1-19)
Surat Rasul Paulus kepada umat di Kolose
Guyss..... kalau kita perhatikan di
Bangka-Belitung mayoritas (kebanyakan) umat Katolik dulunya beragama
non-katolik. Kebanyakan umat Katolik sebelumnya Kong fu chu atau Budha, agama
warisan untuk masyarakat keturunan Tionghoa. Nahh... dari sekian banyak orang
yang sudah Katolik ternyata tidak sedikit yang masih mempraktekkan
kebiasaan-kebiasaan dari agama atau kepercayaan sebelumnya. Kalau kita mau
jujur ya.. inilah sebenarnya yang sering menjadi sumber masalah sikap mendua
hati (sinkretisme). Kita sudah beriman Katolik, tapi juga masih melakukan
upacara-upacara agama lain.
Bagi Rasul
Paulus situasi seperti itu sungguh berbahaya untuk iman Kristiani. Karena itu sekitar
tahun 61-63 Masehi ditulislah Surat kepada umat di Kolose ini. Umat di Kolose
adalah satu komunitas jemaat yang paling
bawah posisinya di antara komunitas Gereja-gereja lainnya, dan baru saja
bertobat karena pewartaan Epafras. Mereka dulunya kafir dan menjauhi Allah
(Kol. 1:21), tetapi kini telah mengenal kasih karunia Allah. Maka demi menjaga
iman mereka pada Kristus, Paulus perlu mengingatkan tentang bahaya-bahaya apa
saja, yang muncul dari kepercayaan sebelumnya, yaitu:
a.
Bahaya Astrologi
Astrologi
adalah ilmu nujum perbintangan, yang sudah ada sejak zaman bangsa Babylonia. Diyakini
dalam Astrologi, bintang-bintang dan planet-planet sebagai dewa, yang punya
kuasa atas manusia. Akibatnya orang pada percaya nasib, sesuai bintang
kelahirannya (Kol. 2:8.20). menurut Paulus orang yang sudah percaya pada
kekuatan Kristus, tidak bisa sekaligus percaya kepada bintang-bintang.
Jangan-jangan ada di antara mu yang percaya juga dengan ramalan ini ya....?
b.
Bahaya Syncretisme
Untuk
yang satu ini kamu harus hati-hati ya... karena zaman sekarang pun kebanyakan
orang juga berpikir Syncretisme, yaitu
paham yang menganut campuran agama-agama. Contohnya, anggapan semua agama sama
saja (indiferentisme), yang penting tujuannya ke Tuhan yang satu dan sama.
Padahal kalau ajaran iman berbeda, tentu saja juga punya keyakinan beda tentang Tuhannya lho.
Paulus sangat menolak paham itu dan mengajarkan paham Kristologi, untuk
menegaskan kalau agama Kristiani itu berbeda sama sekali dari agama lain. Sebagai
orang Kristen harus hanya mengakui Kristus sebagai “gambar Allah” yang tak
kelihatan. Kristus mengungkapkan seluruh kepenuhan Allah (Kol. 1:15-20).
Kristus memiliki segala-galanya. Ia tidak membutuhkan orang lain atau sesuatu
yang lain (Kol. 2:3. 9-10). Orang Kristen harus berpegang pada Kristus
satu-satunya.
c.
Bahaya Gnostisisme
Gnostisisme adalah paham
yang mengajarkan: Pertama, mendewakan ilmu pengetahuan dan menolak ajaran penciptaan
dunia oleh Allah (Kol. 1:16-17). Kedua, tubuh dilihat sebagai yang jahat.
Ketiga, keselamatan hanya bisa tercapai lewat pengetahuan, sehingga hanya kaum
cendekiawan saja akan selamat.
Gnostisime
melawan iman kekristenan, yang mengakui Kristus itu kepenuhan Allah, dalam satu tubuh (Kol. 2:9-10). Karena itu, tubuh
tidak bersifat jahat yang bisa diperlakukan semaunya (Kol. 2:20). Keselamatan
bukan berasal dari ilmu pengetahuan, tetapi dari Kristus (Kol. 1:28). Maka
Paulus menegaskan, bahwa:
1. Keutamaan Kristus yang mengatasi segala kuasa (1:15-20)
2. Misteri Gereja dinyatakan dengan kepenuhan hidup di dalam
Kristus (1:24: 2:8)
3.
Agar umat
waspada terhadap ajaran sesat (2:8-4:6)
Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus
Guyss..... pernah dengar enggak berita tentang maraknya praktek
perdukunan, sampai-sampai ada yang menjadi kurban dan mati terbunuh karena
diduga sebagai pelaku perdukunan itu? Singkatnya praktek perdukunan memang
sering menjadi bibit isu yang tidak jelas. Lalu muncullah perselisihan dengan
saling menuduh atau curiga, dan bisa saling membunuh lho.
Jadi ketika Paulus masih dalam penjara di Roma terdengarlah
olehnya kabar buruk seperti di atas, terjadi dan membuat jemaat di Efesus
terpecah belah. Surat ini dipakai oleh Paulus (sekitar musim semi thn 63), untuk
mengingatkan umat di Efesus tentang pentingnya persatuan dalam Yesus Kristus
(Ef. 1:9-10). Ditegaskan oleh Paulus dalam surat itu, Gereja berperan penting
untuk terwujudnya persatuan:
a. Manusia dibawa kepada persatuan
dengan dirinya sendiri (mengalahkan kejahatan), dengan pertolongan rahmat
Allah. Karena itu manusia butuh iman (Ef. 2:1-10).
b. Manusia bisa bersatu dengan sesamanya (dari bangsa
non Yahudi atau kafir) kalau bersatu dalam Kristus. Oleh Kristus tembok pemisah
dirobohkan (Ef. 2:11-22). Tidak ada lagi orang Yahudi atau orang kafir. Semua
menjadi manusia baru –sifat kemanusiaannya (Ef. 2:15).
c. Manusia dibawa pada persatuan
dengan Tuhan, oleh karena Kristus (Ef. 2:18; 3:12). Yesus Kristus dengan
salib membuka jalan kepada Allah (Ef. 2:13-16).
d. Gereja adalah
alat Kristus untuk membentuk persekutuan baru dalam dunia yang sudah terpecah-belah. Karena itu Paulus
berkata, “Gereja yang adalah Tubuh-Nya...” (Ef. 1:22-23). Artinya tanpa Gereja
Kristus tak dapat melaksanakan karya-Nya. Hanya dengan bersatu dalam Gereja,
orang mengalami dan mengenal keselamatan.
Surat kepada umat di Ibrani
Tentu kamu semua pernah mendengar ungkapan, Allah itu mahasuci
dan mahatinggi, karena itu tidak mungkin terjangkau oleh manusia (transendensi
mutlak). Moga saja itu tidak menjadi prinsip iman kalian ya...
Surat Ibrani
yang kemungkinan ditulis sekitar tahun 66 Masehi, mau menjawab persoalan
seperti di atas. Atau persisnya menyemangati dan memberi dukungan untuk umat
Kristen Ibrani yang pada saat itu mengalami ‘kelesuan’ iman. Inilah alasannya
kenapa kalau kita baca isi surat ini hampir seluruhnya (ada kesan
mengulang-ulang) menjelaskan tentang hubungan Kitab Perjanjian Lama dengan
Injil. Lalu disambung dengan dukungan bagi umat untuk mengarahkan pandangan
kepada kemuliaan surga.
Dalam Surat Ibrani terdapat petunjuk tentang keunggulan-keunggulan Yesus Kristus,
yaitu:
a. Yesus lebih besar
daripada para nabi (Ibr. 1:1-3). Kalau para nabi menyampaikan wahyu Allah
dengan tidak sempurna; lain dengan Yesus Kristus, Dialah Putera yang dalam-Nya
kesempurnaan Allah dapat dilihat dengan sempurna.
b. Yesus lebih besar dari
para malaekat (Ibr. 1:4-2:9). Hanya Yesus yang bisa disebut Sang Putera dan
disembah, sementara malaikat sama seperti manusia hanya disebut putra-i Allah.
c. Yesus lebih besar dari
Musa (Ibr. 3;1-6). Seperti seorang arsitek dan pembangun rumah jauh lebih
besar dan lebih dihormati dari rumah itu sendiri.
d. Yesus lebih besar dari
Aaron (imam dalam Perjanjian Lama). Coba kamu baca dalam Ibr. 5:3; 7:27,
lalu lanjutkan dengan Ibr. 9:12. 26. 28.
Karena itu Penulis surat ini menunjukkan tiga julukan penting untuk menyebut Yesus, yaitu:
a. Yesus adalah archegos
(Ibr. 2:10; 12:2), yaitu perintis,
orang yang menemukan jalan baru dan yang lain mengikutinya.
b. Yesus adalah prodromos
(Ibr. 6:20), yaitu peninjau atau pemandu
yang berjalan lebih dahulu. Maksudnya, Yesus adalah seorang yang membuka jalan
kepada Allah, sehingga orang lain bisa menyususl dan bertemu dengan Allah.
c. Yesus adalah mesites
(Ibr. 9:15; 12:24), yaitu pengantara
atau orang yang berdiri di tengah. Maksudnya Yesus berdiri di antara manusia
dan Allah, yang menghantar Allah kepada manusai dan yang membawa manusia kepada
Allah.
Surat
Paulus kepada Filemon
Ini adalah satu-satunya surat pribadi yang
ditulis oleh Rasul Paulus. Sebagai suatu surat pribadi, Surat Filemon sangat pendek, dengan penomoran bab hanya satu saja
dan jumlah ayat 25. Seperti nama surat ini, demikianlah pula tujuannya kepada
seorang bernama Filemon, seorang kristen yang memiliki seorang budak bernama
Onesimus. Tema utama surat ini adalah
tentang “Hamba dan Saudara”. Sedangkan inti pembicaraan adalah tentang
peristiwa larinya Onesimus dari rumah Filemon, bisa jadi karena alasan mencuri
(Flm. 8-9). Dari isi surat bisa dipastikan kalau Onesimus lari ke Roma. Ia berjumpa
dengan Paulus dan menjadi seorang Kristen (Flm 10).
Ada sesuatu
yang sangat menarik dengan Onesimus (=berguna). Rupanya Rasul Paulus bermain
kata dengan arti nama ini (Flm 11). Onesimus yang ketika dahulu sebagai budak
tidak dianggap berguna bagi Filemon, namun kini bagi Paulus kehadiran Onesimus
sangat berguna baginya. Menurut hukum Romawi, seorang budak itu hak sepenuhnya
dari tuannya, dan kalau sampai melarikan diri berarti dia sudah berbuat
kejahatan sangat besar. Ancamannya hukuman mati. Karena itu di satu pihak,
sekalipun Paulus sangat mengasihi Onesimus, Paulus tentu tidak bisa menahan Onesimus
untuk membantunya selama di penjara tanpa persetujuan Filemon. Dan di lain pihak
Paulus mengambil resiko besar dengan mengirimkan Onesimus kembali ke tuannya.
Maka dalam surat itu, Paulus memohon Filemon agar menerima Onesimus, bukan lagi
sebagai hamba (seperti berlaku dalam hukum Romawi), melainkan lebih daripada
hamba, yaitu sebagai saudara terkasih (Flm. 16).
Kesimpulan tujuan dari surat ini adalah Paulus hendak mencabut sisi buruk dari
praktek perbudakan di antara orang Kristen. Onesimus harus kembali sebagai
hamba, tetapi juga sebagai saudara kekasih. Dengan cara demikian, sebenarnya
Paulus menaburkan bibit yang cepat atau lambat akan membawa perubahan.
Surat
pertama dan Kedua Paulus kepada timotius, dan Surat Paulus kepada Titus
Ketiga surat ini dikelompokkan ke dalam
satu bentuk, yaitu surat pastoral (=kegembalaan). Ketiga surat mempunyai pokok
pikiran sama, yaitu tentang Gereja. Ini menunjukkan bahwa saat surat ini
ditulis, Gereja sedang dalam proses
menjadi satu institusi yang terorganisir dengan baik (menyangkut bentuk
ibadahnya sendiri, credonya sendiri, dan liturgi serta upacaranya). Contohnya, dalam
surat-surat ini terdokumentasi dengan baik penggalan-penggalan madah (nyanyian)
kristen yang paling tua, misalnya dalam 1 Tim. 3:16; 2 Tim. 2:11-13, dan bahkan
ada penggalan Credo paling tua dalam 2 Tim. 2:8. Untuk pertama kali juga
disinggung tentang pembaptisan sebagai satu kelahiran baru (Tit. 3:5). Demikian
pula disebut tentang praktek penumpangan tangan, yang olehnya anugerah ilahi
turun ke atas mereka yang dilantik untuk tugas pelayanan (2 Tim. 1:6; 1 Tim
4:14).
Yang paling
mendasar ditunjukkan lewat ketiga surat ini adalah terjadinya perubahan
situasi, bahwa Gereja bukan lagi sebuah organisasi kecil dengan anggota yang
hanya beberapa saja. Sebaliknya Gereja sudah merupakan satu institusi dan
organisasi yang sangat mapan di tengah dunia.
Beberapa pokok pikiran yang dapat disarikan dari ketiga surat
pastoral ini di antaranya:
a.
Tentang Institusi (Pemuka Jemaat)
Pesan yang mau ditekankan adalah pentingnya para pemuka jemaat memiliki watak sungguh sebagai seorang
Kristen. Ada beberapa istilah untuk para pemuka jemaat, dengan tugas dan
syaratnya masing-masing. Di antaranya adalah: Penilik jemaat, Penatua jemaat,
dan Diaken. Penatua menjelaskan tentang orangnya (sudah berumur), dengan tugas
mewartakan Sabda, mengajar dan memimpin jemaat. Sedangkan gelar “penilik
jemaat” (episkopos) menekankan
fungsinya. Lalu untuk Diaken berarti
pelayan, menyangkut hal-hal praktis dalam Gereja. Selanjutnya dipaparkan
berbagai persyaratan untuk menjadi salah satu dari antara jabatan itu (Tit. 1:5-9;
1 Tim. 3:1-7; 8-13).
b.
Tentang Iman
Yang mau ditekankan di sini perihal keyakinan, bahwa satu-satunya daya yang ampuh untuk melawan
ajaran sesaat adalah dengan mewartakan kebenaran yang telah diwariskan Gereja.
Alasannya karena dalam Gereja terjadi hal-hal yang dapat mengancam kemurnian
iman (1 Tim. 1:3-7; 2 Tim. 3:1-9; 4:3-4), dan surat-surat ini untuk menghadapi
ancaman itu.
Iman dijelaskan dalam dua arti. Pertama, iman berarti satu hubungan yang hidup, yang penting
dan bersifat pribadi antara kita dengan Tuhan Yesus. Kedua, iman bisa berarti
satu credo, satu pokok ajaran (1 Tim. 4:1; 4:6; 6:10). Dengan beberapa kali
memakai kata “sehat” (ajaran sehat, pikiran sehat, orang yang sehat dalam
iman), terkesan mau menegaskan makna
beriman berarti mengikuti tata cara dan kebiasaan yang sudah ada,
mengutamakan kepercayaan kepada ajaran Gereja yang sudah teruji kebenarannya (1
Tim. 1:10; 6:3; 2 Tim. 1;13; 4:3; Tit. 1;9; 1;13; 2;1; 2;8)
c.
Tentang Gereja
Yang
mau ditekankan dalam hal ini, bahwa cara
propaganda (penyebaran) yang terbaik
untuk agama Kristen adalah lewat menghayati hidup Kristiani secara murni dalam
segala lingkungan hidup. Untuk itu dibutuhkan pemahaman yang benar.
Pertama, Gereja hendaknya menjadi Gereja
yang berdoa (1 Tim. 2:1.2.8). Kedua, Gereja
hendaknya menjadi Gereja yang setia membaca Kitab Suci (mencari kehadiran
Allah dan mendengarkan Sabda merupakan hal terpenting).
Surat-surat ini juga menegaskan tentang gambaran kehadiran Gereja dalam dunia. Pertama, orang Kristen harus menjadi warga negara yang baik dan
selalu berdoa untuk para penanggung jawab pemerintahan (1 tim. 2:1-2), patuh
pada hukum dan hidup sederhana (Tit. 2:1-2). Kedua, orang Kristen harus setia pada tugasnya sehari-hari (sesuai
profesinya masing-masing), tidak boleh dengan dalih sesama Kristiani lalu
dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak terpuji (1 Tim. 6:1-2).
Surat
Yakobus
Seperti disebut pada penamaan kitab ini, Yakobus
-saudara Yesus, sering disebut sebagai penulisnya. Dari seluruh Kitab dalam
Perjanjian Baru, inilah kitab yang
paling cocok (relevan) dengan dunia modern. Seluruh isi dalam surat Yakobus
sangat mudah dipahami oleh manusia zaman modern.
Skema Surat
Yakobus bisa disebut amat buruk, sebab sulit mempertemukan antara pokok pikiran
yang satu dengan yang lainnya. Tetapi sebagai metode berkotbah gaya Yahudi,
memang begitu umumnya, supaya kelihatan lebih menarik. Dan kemungkinan sekali
bahwa awalnya surat ini adalah bahan kotbah di synagoga Yahudi. Buktinya adalah
terlalu sedikit hal-hal khas Kekristenan disingung, misalnya hanya dua kali menyebut nama Yesus Kristus (Yak.
1:1; 2:1).
Pengajaran-pengajaran
penting dalam Surat Yakobus:
a) percobaan
mendatangkan ketekunan (Yak.
1:2-4). Ketekunan yang dimaksud bukan sikap tabah dan sabar menunggu saja,
tetapi ketahanan batin menghadapi kesulitan sambil berusaha mengatasinya.
b) Kejahatan dan
percobaan tidak berasal dari Allah (Yak.
1:13-15), karena itu tidak boleh menyalahkan Allah kalau jatuh dalam percobaan
lalu menderita. Orang tidak boleh berkeyakinan, karena Allah yang menciptakan
semuanya, maka Allah juga yang menciptakan kejahatan dan percobaan.
c) Di hadapan
Tuhan tidak ada perbedaan status orang. Yakobus mengutuk keangkuhan dan sifat pandang muka atau
membeda-bedakan menurut status sosial (Yak. 2:1-7). Kecenderungan di segala
zaman adalah menghormati orang menurut status sosial, keadaan ekonomi, kasta
atau pekerjaannya. Bagi Yakobus semua orang sama di hadapan Tuhan, yaitu orang
berdosa yang patut mendapat hukuman.
d) Cemas pada
bahaya kekayaan (Yak. 1:10; 5:1-6).
Menurut Yakobus, sehebat-hebatnya kekayaan pasti akan musnah, dan
seburuk-buruknya kekayaan hanya akan menjadi bibit kejahatan kalau dipakai oleh
orang yang mementingkan kekayaan.
e) Yakobus melihat agama
dari segi praktis. Hidup beragama yang benar adalah mengunjungi yatim-piatu,
memelihara janda-janda, dan melakukan peri hidup yang murni (Yak. 1:27).
Perhatian kepada sesama itu harus bersifat utuh, jiwa dan badan (keselamatan
dan kesejahteraan). Ciri orang Kristen adalah “prihatin”, yaitu rasa belas
kasih yang dipraktekkan dalam tindakan nyata yang baik (Yak. 2:15-16)
f) Dua macam
kebijaksanaan atau hikmat menurut Yakobus, yaitu: hikmat
yang membuat orang bijaksana seacra duniawi, dan hikmat yang membuat manusia
hanya memikirkan hal-hal surgawi (Yak 3:13-17). Berkat dalam hidup adalah
pikiran yang murni dan hati yang merendah. Sedangkan kutukan hidup adalah
ambisi yang tamak Mak (Yak. 4:1-10).
g) Dosa lidah (Yak 1:26; 3:1-12). Menurut Yakobus, lidah itu kekuatan paling
berbahaya di dunia.
h) Iman tanpa
perbuatan adalah mati (Yak. 2:14-26).
Sehubungan dengan ajaran ini ada tiga hal harus diperhatikan:
1)
Kalau bagi
Paulus perbuatan itu berarti melakukan hukum dan adat Yahudi. Sedangkan bagi
Yakobus yang disebut perbuatan adalah:
Cinta, keadilan, belas kasih, murah hati, dan keprihatinan (solidaritas).
2) Iman sering
dihubungkan dengan keyakinan. Ada dua
jenis keyakinan, yaitu keyakinan intelektual (soal akal budi semata-mata), dan
keyakinan moral yang sanggup membimbing hidup manusia kepada kebenaran.
3) Langkah
kehidupan Kristiani. Pertama, orang Kristen
diselamatkan hanya oleh iman, sebab manusia tidak bisa berusaha sendiri tetapi
butuh rahmat Allah. Kedua, orang dapat menerima rahmat Allah kalau mempunyai
keyakinan bahwa apa yang dikatakan dan dibuat Kristus itu benar. Ketiga,
setelah menerima Kristus, hidup kita haruslah merupakan usaha yang tak kenal
henti, untuk memanfaatkan rahmat Allah itu. Hidup kita haruslah merupakan usaha
tanpa henti untuk mengikuti jejak Kristus.
Kesimpulannya, manusia tidak diselamatkan oleh perbuatan baik, tetapi
diselamatkan untuk berbuat baik. Dan iman yang benar tidak cukup hanya diterima
saja, tetapi harus dilakukan dalam hidup.
Surat
Pertama Petrus
Ini adalah surat yang paling mudah dimengerti, karena isinya
yang hangat dan mendorong orang supaya tetap tabah dan setia menjalankan tugas
walau dalam situasi sulit. Secara garis besar surat ini bisa dibagi menjadi dua
(mirip dua kotbah yang disatukan), yaitu 1 Ptr. 4:11 dan 1 Ptr. 5:14). Bagian pertama berbicara tentang permandian;
dan bagian kedua ditujukan kepada Gereja
yang terancam pengejaran, yang dilengkapi dengan dorongan agar tetap tabah
dan setia dalam iman.
Petrus
membuka suratnya dengan keyakinan dasar, bahwa orang Kristen adalah manusia
yang sudah “dilahirkan kembali” (1 Ptr. 1:3; 1:23). Inilah yang menempatkan
orang kristen dalam hubungan-hubungan:
a) Hubungan dengan Yesus Kristus. “Kelahiran baru” terjadi karena
karya Yesus yang sebagai energi moral menggerakkan manusia, sehingga sanggup
berubah menjadi “manusia baru”. Dengan cara itu Yesus Kristus menunjukkan satu
teladan, yang bisa kita contoh. Misalnya, tentang “ketaatan” (bacalah: 1 Ptr.
1:2; 1Ptr. 1:13-21; 1 ptr. 2:1-3; 1 Ptr. 2:9-10; 1 Ptr. 4:1-6; 1 Ptr. 4:7-11).
Petrus juga memberi tiga gambaran tentang Yesus:
1) Yesus sebagai Domba Paskah
(1Ptr. 1:19). Kalau darah domba Paskah melindungi rumah dan penghuninya
dari malaikat maut, Darah Yesus melindungi kita dari kematian dosa.
2) Yesus sebagai hamba yang menderita (1 Ptr.2:21-24)
3) Yesus sebagai “kambing penghapus dosa”. Yesus telah menanggung
dosa kita pada kayu salib (1 Ptr. 2:24)
b) Hubungan
dengan dunia. Setiap orang Kristen harus melihat
dirinya dengan kehidupan nyata di sekitar, yaitu:
1) Dalam kehidupan rumah tangga, kalau ada pasangan suami-istri di
mana salah satunya bukan Kristen, maka hidup orang yang Kristen harus menjadi
contoh bagi yang tidak Kristen, yaitu tenang tetapi kuat daya tariknya.
2) Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang Kristen harus hidup
dalam semangat pengabdian yang total, seperti Yesus Kristus sendiri (1 Ptr.
2:11-17).
3) Sebagai warga negara,
orang Kristen harus bisa hidup dengan benar sehingga bisa menunjukkan
kepalsuan hidup para penentangnya (1 Ptr. 2:11-17). Kekristenan hanya bisa
dibuktikan lewat cara hidup orang Kristen itu sendiri. Jadi cara terbaik
membela dan menyebarkan iman Kristen adalah dengan hidup sebagai orang Kristen
yang baik.
Selanjutnya di bagian kedua, Petrus
menegaskan beberapa hal sebagai nasihat bagi umat Kristen yang dalam bahaya
pengejaran,
a) Pengejaran membuktikan kemurnian iman (1 Ptr. 1:6-7)
b) Mengadapi tindakan sewenang-wenang dari orang jahat, orang
Kristen tidak perlu melawan atau membalasnya, tetapi tetaplah melakukan
perbuatan baik. Kebenaran tidak dibuktikan dengan kata-kata tetapi dengan cara
hidup.
c) Menderita adalah keharusan bagi orang Kristen, harus ditanggung
demi kebenaran (1 Ptr. 3:13-17).
d) Setelah Salib datang mahkota kemuliaan (1 Ptr. 4:12-19).
Penderitaan akan berubah menjadi kemuliaan, kalau kita menghadapi penderitaan
itu demi Kristus.
e) Arti Yesus turun ke dunia orang mati adalah: Yesus menjalankan
karya keselamatan; dengan itu Yesus juga membawa keselamatan untuk orang yang
sudah mati sebelum Yesus; Yesus benar-benar mengalami kematian dan turun ke
dunia orang mati, Ia tidak hanya bermimpi atau ‘trance”.
Surat
Kedua Petrus dan Surat Yudas
Guyss... harap kamu semua paham ya, kalau
ternyata hampir bisa dipastikan kedua surat ini yang paling kurang diminati atau kurang dibaca. Alasannya sederhana
banget, ternyata ada kesan isi kedua surat ini tidak lebih dari sekedar
mengulangi Surat pertama Petrus. Hemn... koq bisa begitu ya?
Surat Kedua Petrus memulai suratnya dengan
peringatan, supaya orang Kristen tidak
semakin buta akan kebenaran, tidak semakin menjauh dan tidak semakin lupa kalau
sudah “dibersihkan” (2 Ptr. 1:3-11). Dengan itu, pembaca serasa diharuskan
memulai membaca kitab ini dengan penuh iman. Yang kalau ditafsirkan ya...
mengikuti Yesus Kristus itu harus secara mutlak begitu.
Surat kedua
Petrus juga menyelipkan ajaran yang berisi tuntutan
cara hidup sebagai orang Kristen, yaitu: Pertama, harus hidup dengan pakai akal budi. Tujuannya supaya
bener-bener tahu maksudnya, mengapa beriman itu berarti harus berbuat sesuatu
dan tahu bagaimana caranya. Kedua, kesalehan
haruslah bersifat mempersatukan orang Kristen dengan orang lain dalam persahabatan
yang baik.
Guyss.....
nih ada info menarik dari kedua Surat ini, yaitu tentang ciri-ciri orang jahat:
1) Menafsirkan dengan salah dan memutarbalikkan pesan Kitab Suci,
sesuai selera mereka sendiri (2 Ptr. 1:20)
2) Menolak Yesus yang sudah menebus mereka (2 Ptr. 2:1)
3) Hidup berdasar nafsu ingat diri dan mencemarkan agama Kristen
dengan cara hidup yang seolah-olah Kristiani (2 Ptr. 2:2-3. 13-22 Yud. 2.
10-16)
4) Mencemoohkan iman Kristen karena akhir zaman belum juga tiba (2
Ptr. 3:3-15; Yud. 10).
Surat
Pertama Yohanes
Wewwww..... enggak sia-sia Guyss....
perjuangan kita, sekarang sudah sampai di bahasan kitab terakhir dalam bentuk
surat dalam kelompok Kitab Perjanjian Baru. tentang penulis kita tidak usah
singgung lagi, karena udah dijelasin pada bahan Kitb Injil Yohanes. Jadi kita
langsung aja ya bongkar isi kitab ini.
Surat Pertama Yohanes ini
berbicara tentang ujian iman dan hidup.
Hemnnn..... dari maksud ini saja kita dah bisa buat perkiraan nih... bisa jadi
surat ini ditulis, yahh.... kira-kira karena situasi Gereja sungguh dalam
situasi terancam lah begitu kali ya?
Yess.... memang benar begitu adanya. Jadi Waktu itu ada bahaya dari pengaruh pikiran Gnostisisme. Masih ingatkan apa itu Gnostisisme ? Surat ini mau menegaskan,
Gnostisisme itu merusak banyak hal. Di antaranya yang terpenting adalah:
Merusak pengertian inkarnasi (ajaran tentang penjelmaan Allah menjadi manusia),
lalu juga merusak moral, dan merusak makna persahabatan antar manusia.
Lagi-lagi kita mendapat info baru yang
penting banget, di surat ini ditunjukkan Empat
pokok ajaran tentang Allah dengan sangat jelas,
1) Allah adalah
terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada
kegelapan (1 Yoh. 1:5). Terang berarti bisa dan ada supaya dikenal. Begitulah
Allah bagi manusia. Allah adalah yangmewahyukan diri-Nya melalui Yesus Kristus,
kepada semua orang, baik Yahudi maupun non Yahudi dan semua orang dari segala
kepercayaan.
2) Allah adalah
benar (1 yoh. 2:29). Ia benar dalam sifat dan
perbuatan-Nya. Yohanes menegaskan orang Kristen berasal dari Allah, maka tidak
boleh berdosa; kalau berdoa ia menjadi milik setan.
3) Allah adalah
kasih (1 Yoh. 4:8). Inilah kebenaran paling
dalam, paling menggembirakan, dan paling mempengaruhi manusia. Kasih adalah
sikap Allah kepada manusia, yang harus menjadi sikap manusia kepada Allah.
Kasih juga harus menjadi sikap yang menjadikan semua manusia bersaudara.
4) Allah adalah hidup (1
Yoh. 5:20). Ia itu sumber hidup dan pemberi hidup yang abadi. Hidup abadi bukanlah hidup menurut ukuran
waktu, tetapi hidup menurut cara tertentu, yaitu di hadapan Allah.
Dan nih.... satu lagi info bagus untuk kita
semua orang muda, yaitu tentang cara hidup sebagai Orang Kristiani. Dikatakan
sebaiknya memang harus mengalami berbagai ujian. Whaduhhh.... capek deh jadi
murid Yesus. Tapi ujian apa ya maksudnya ?
1) Ujian
ketaatan (1 Yoh. 2:3-6; 3:10). Kalau orang mengaku
mengenal Allah tetapi tidak mentaati perintah-Nya; orang itu penipu. Jadi.... ketaatan
adalah bukti kasih sejati.
2) Ujian
kesediaan mendengarkan kebenaran (1 Yoh.
4:5-6). Orang yang mendengarkan kebenaran Kristiani adalah berasal dari Allah.
Ajaran Kristiani sangat berbeda dan
berlawanan dengan kemauan duniawi.
3) Ujian kasih (1 Yoh. 2:11; 3:14-18). Orang yang hidup dalam kebencian
berarti hidup dalam kegelapan. Yohanes mengajak setiap orang mengasihi tidak
dengan kata-kata, tetapi dengan perbuatan dan kebenaran (1 Yoh. 3:17-18).
4) Ujian tentang
sikap terhadap Roh (1 Yoh. 3:24; 4;13).
Memiliki Roh bukanlah gejala abnormal. Bagi orang Kristen; Roh berarti satu situasi,
tempat diam dan bekerja, kekuatan dan tempat bergantung, yang memungkinkan kita
mengenal Kristus; dan Roh itu pribadi yang menjadi kawan di jalan hidup.
5) Ujian iman
yang benar di dalam kristus (1 Yoh.
4:15). Orang Kristen harus mengimani dengan sungguh kalau Yesus adalah Putera
Allah. Ia harus dimengerti sebagai yang bersifat ilahi. Dan Yesus itu bagi
orang beriman adalah:
a) Pengantara pada Bapa (1 Yoh. 2:1)
b) Perdamaian untuk dosa kita (1 Yoh. 2:2; 4;10)
c) Juruselamat (1 Yoh. 4:14)
Surat
Kedua dan Ketiga Yohanes
Guysss.....
kalau di Surat Pertama Yohanes sebelumnya itu ada beberapa info baru, dalam
bentuk ajaran penting untuk iman; beda banget deh setelah membaca kedua surat
terakhir ini. Berdasar isinya sih, kalau kamu juga baca dengan baik, terkesan
waktu itu lagi ada konflik di tengah jemaat begitu. Ternyata enggak hanya di
zaman kita ya Guyss... ada konflik dalam komunitas orang beriman. Lucu ya
jadinya, komunitas orang beriman koq ada konflik gitu lho.... lebih aneh lagi
kalau yang konflik tuh para pelayan umatnya hehehee..... ibarat pepatah “guru
kencing berdiri, murid kencing berlari”. Yuk kita cermati aja deh isi kedua
surat ini, yahh daripada ngegosip para pelayan umat yang konflik hiiihiiii....
Tapi memang
benar lho Guyss.... (jadi ngeri ngebayanginnya), kedua surat ini dapat disimpulkan
isinya dengan istilah “konflik dalam pelayanan”. Latar belakang masalahnya tuh,
pada masa Gereja Purba ada dua bentuk
pelayanaan untuk jemaat. Pertama
adalah pelayanan yang tidak terikat dengan wilayah atau tempat tertentu. Artinya
petugas palayanan berpindah-pindah dari satu komunitas jemaat ke komunitas
jemaat yang lain. Inilah bentuk
pelayanan yang juga dipraktekkan para rasul dan nabi. Kedua adalah pelayanan lokal, yaitu yang terikat dengan tempat atau
wilayah tertentu, mereka adalah penatua dan pengajar yang menetap dan biasanya
memimpin suatu komunitas jemaat (mirip paroki begitulah).
Nahh... jadi begini ceritanya, waktu itu
mulai dirasakan, ternyata pelayanan yang dilakukan dengan berpindah-pindah tempat
itu sering menimbulkan masalah-masalah di dalam komunitas Gereja, baik yang
ditinggalkan maupun yang baru didatanginya. Contohnya ada pelayan hanya mau hidup
enak dan tidak mau pusing dengan persoalan, maka berpindah-pindah terus. Kalau
ada enaknya tetap lama-lama di situ, tapi kalau ada masalah langsung
ditinggalkan begitu.
Sementara
pelayanan yang menetap, memang mula-mula dipandang tidak lebih baik, tetapi kemudian
merekalah yang menjadi tulang punggung kehidupan komunitas Gereja setempat. Karena
peranan merekalah jemaat setempat dibangun menjadi satu kesatuan yang kuat. Situasi
yang begitu itu, menjadi alasan pelayanan berpindah-pindah mulai dipandang
sebagai bentuk pelayanan yang sudah usang, dan hanya dianggap cocok untuk
daerah misi atau yang baru menerima Kabar Gembira Injil saja.
Karena persoalan seperti di ataslah surat kedua Yohanes memulai dengan
mengangkat persoalan tentang sikap
terhadap orang asing dan tentang keramahan menerima tamu. Bisa jadi saat
itu para pelayan yang berpindah-pindah masih ngetren. Para pelayan itu mengeluh
soal keramahan jemaat tidak cukup baik. padahal waktu itu yang namanya “sikap
ramah” baru lebih dikenal di antara jemaat Kristen. Orang pada umumnya tidak
cukup ngerti apa artinya “bersikap ramah”. Di sisi lain keadaan yang tidak
selalu bisa dijamin aman untuk mereka yang sering melakukan perjalanan jauh,
membuat para pelayan yang berpindah-pindah mengalami banyak kesulitan.
Kemudian ada juga persoalan lain, yang mau
enggak mau setiap komunitas jemaat Kristiani harus berhati-hati, yaitu tentang orang
yang telah menjadi Kristen, tetapi lalu meninggalkan ajaran Kristen dengan
sikap yang buruk (2 Yoh. 9). Mereka itu kelompok progresif, yang menganggap
ajaran Kristiani sudah usang dan tidak masuk akal. Bayangin Guyss.... pada
zaman itu masak sih sudah ada orang yang berpikir kalau ajaran kristen itu udah
ketinggalan jaman alias jadul ?
Tentang orang-orang itu jemaat dinasihati
untuk tiak menerimanya. Kesulitannya itu bagaimana kalau orang tersebut
ternyata juga seorang pengajar umat? Yohanes
tidak memberi jalan keluar, tetapi hanya memberi nasihat dengan menegaskan: Pertama, inti ajaran iman tentang Yesus
adalah bahwa kita harus percaya Yesus Kristus telah menjadi daging, dan bahwa
Ia Putera Allah (2 Yoh. 7-9). Kedua, inti
hidup Kristiani adalah kita harus hidup saling mengasihi (2 Yoh 5).
Lalu
Guyss.... Surat Ketiga melanjutkan persoalan yang diangkat di surat kedua dan
memperdalam maksudnya, yaitu menyangkut para pelayan jemaat dan bagaimana harus
memperlakukan mereka. Ditampilkan seorang tokoh pelayan jemaat setempat,
Diotrefes. Tokoh ini ditegur oleh Yohanes karena menolak untuk menerima dan
melahan melarang jemaat untuk membantu para pelayan yang berpindah-pindah.
Singkatnya timbul ketegangan antara bentuk pelayanan keliling dan pelayanan
yang menetap. Kalau sebelumnya setiap saran Yohanes menjadi ajaran kebenaran
yang dituruti oleh siapapun, tetapi ketika surat ketiga ini ditulis, pemikiran
Yohanes sudah dianggap usang dan ditinggalkan. Penulisan surat ketiga Yohanes
menandai akhir dari masa cara pelayanan berpindah-pindah dan dimulailah babak
baru cara pelayanan yang menetap.
Wahyu
kepada Yohanes
Ini dia Guyss... kitab terakhir dalam Kitab
Perjanjian Baru. Namanya Kitab Wahyu kepada Yohanes. Ada pribahasa hati-hati
dengan bagian “ekor” biasanya “ekor itu berbisa”. Pribahasa ini Guyss... cocok
banget untuk kitab terakhir yang akan kita bicarakan ini.
Para ahli pada sepakat tuh kalau Kitab
Wahyu kepada Yohanes pantas disebut menempati posisi khusus dalam seluruh kitab
Perjanjian Baru. Tidak ada satupun kitab di Perjanjian baru yang mempunyai
bentuk gaya bahasa dan cara penulisan yang sama dengan kitab ini. Hemnn.... apa
yaaa maksudnya ?? Ternyata berdasar isinya, kitab Wahyu Yohanes sering disebut
sebagai kitab apokalips (mengungkapkan
rencana Allah di masa depan yang tak terpahami). Maksud julukan ini akan jelas kalau kita menyandingkan kitab
Wahyu ini dengan Kitab Para Nabi. Kitab para Nabi menulis tentang pembaharuan
dunia, sedangkan kitab apokalips menyampaikan
apa yang akan terjadi kalau dunia ini diperbaharui, kalau dunia dilenyapkan.
Biar lebih
jelas, yukk... kita kenali aja ciri-cirinya, antara lain: Pertama, sulit dimengerti. Yahhhh....... kirain apaan. Sebab kitab
ini berusaha menjelaskan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, lalu juga
menampilkan gambaran-gambaran yang belum pernah dilihat mata, yang belum pernah
didengar telinga, dan yang belum pernah dibayangkan oleh pikiran manusia.
Ciri kedua adalah kebencian meluap-luap
terhadap kekaisaran Roma. Bagi penulis kitab ini, Roma adalah pelacur ulung,
mabuk oleh darah orang-orang kudus dan martir (Why. 17:1-6). Alasan kebencian
adalah praktek pemujaan Caesar. Jadi ceritanya, pada awal kekaisaran Roma, orang mengagung-agungkan semangat Roma yang
membawa perdamaian dan keadilan ke seluruh dunia, yang disimbolkan dengan
Caesar. Ada aturan sekali setahun setiap orang wajib membawa kurban bakaran
untuk patung Caesar dan berseru: “ Caesar adalah Tuhan”. Praktek ini dipaksakan
kepada semua orang pada akhir abad pertama. Tetapi bagi orang Kristen tidak
mungkin, sebab satu-satunya Tuhan adalah Yesus Kristus. Jadi dengan penolakan
itu terjadilah ancaman, yang digambarkan dalam seluruh Kitab Wahyu, khususnya
bab 13.
Kesimpulannya, untuk memahami kitab ini harus diperhatikan dua hal.
Pertama, Kitab Wahyu
membuka bagi kita gambaran-gambaran kejadian yang akan terjadi di Hari Tuhan
(kiamat).
Kedua, sebagian
dari kekacauan dan percobaan yang timbul pada akhir zaman itu adalah ancaman
terhadap Gereja, seperti pernah terjadi dahulu berhubungan dengan paksaan
memuja Caesar.
Tambahan informasi
Guyss.....
nih ada sedikit tambahan informasi, gak baru-baru amat sih. Tapi bagus untuk
segarkan pengetahuan kita, yaitu tentang tokoh-tokoh dalam Kitab Perjanjian
Baru. selamat membacaaaa.......
Keluarga kudus dan keluarga dekat
|
12 Rasul
|
Tokoh yang jadi Nama Kitab
|
Para Diakon
|
Yesus, Yosef,
Maria
|
Simon Petrus
|
Matius
|
Stefanus
|
Yohanes,
Elisabeth, Zakaria
|
Andreas
|
Markus
|
Filipus
|
|
Yakobus anak
Zebedeus
|
Lukas
|
Prokhorus
|
|
Yohanes anak
Zebedeus
|
Yohanes
|
Nikanor
|
|
Filipus
|
Paulus/Saulus
|
Timon
|
|
Matius
|
Petrus
|
Parmenes
|
|
Thomas
|
Titus
|
Nikolas
|
|
Bartolomeus/Natanael
|
Filemon
|
|
|
Yakobus anak
Alfeus
|
Timotius
|
|
|
Tadeus/Yudas anak
Yakobus
|
Yakobus (saudara
Yesus)
|
|
|
Simon orang Zelot
|
Yudas (Tadeus)
|
|
|
Yudas Iskariot
(diganti Matias)
|
|
|