Rabu, 01 Juni 2016

Benar Kemudian Palsu

ADA  KEBENARAN,  BARU  KEMUDIAN  ADA  KEPALSUAN

Orang-orang muslim berpendapat bahwa Alquran yang turun belakangan itu justru yang harus dianggap paling benar apa bila terjadi kontradiksi  dengan Alkitab.  Orang-orang muslim persamakan hal ini dengan temuan-temuan ilmiah yang paling akhir mengkoreksi yang awal-awal.  Analogi persamaan seperti ini jelas salah karena yang bisa  dikoreksi adalah hal-hal  yang belum pasti kebenarannya (sekali pun ilmiah).



Alkitab telah dipastikan kebenaranya oleh semua Nabi dalam Perjanjian Lama dan Yesus bersama para murid-Nya dalam Perjanjian Baru, bahkan juga Muhammad tidak malu mengutib ayat Alkitab untuk ajarannya. Alkitab-lah yang menjadi pengukur atau patokan untuk semua wahyu yang datang belakangan.

Prinsip kebenaran adalah, “ADA KEBENARAN, BARU KEMUDIA ADA KEPALSUAN”. Kepalsuan tidak bias hadir mendahului kebenaran. Tidak ada kepalsuan bila tidakb ada kebenaran. Kepalsuan tidak bias hadir sendirian dalam kehampaan kebenaran. Jadi  kebenaran - lama haruslah menjadi acuan bagi setiap ajaran baru yang ingin dibenarkan.

Apabila Alquran tidak sesuai dengan teks dan pengajaran yang terdapat dalam Alkitab, itu berarti  Alquran berkotradiksi dengan Alkitab. Maka Alquran harus menyerah kepada Alkitab,  semata-mata karena Alquran harus selalu mengacu kepada Alkitab dalam menguji kebenarannya. Contoh perintah Allah swt kepada Muhammad dalam surat Yunus 10:94.  
ٱٻٻ    ھ ے ے ۓ ۓ ڭ ڭ ڭڭ ۇ ۇ ۆ ۆ ۈ ۈ ۇٴ ۋ ۋ ۅ ۅ ۉ ۉ ې ې
“Jadi jika Anda ragu, (o Muhammad), tentang yang kami wahyukan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang telah membaca Alkitab sebelum Anda. Kebenaran telah pasti datang kepada Anda dari Tuhanmu, sehingga tidak pernah menjadi orang yang ragu-ragu”.

Anehnya orang-orang muslim tetap menyalahi  Alkitab, beratsecara  tidak langsung juga menyalahi  Surat  Yunus 10:94 ini.