TAK
PERNAH TAMAT
Refleksi atas kegiatan khas manusiawi mengatakan bahwa manusia
adalah makhluk yang tak pernah “tamat”. Dalam segala hal yang “telah”
dikerjakan oleh manusia tetap terkandung sesuatu yang belum. Identitas selalu
bersama dengan nonidentitas. Aku adalah aku dan aku tetap menuju aku. Dinamika
adalah sesuatu yang khas manusia. setiap afirmasi selalu hadir negasi. Aku
senang dan gembira karena telah menjadi seorang guru. Namun kegembiraan dan kesenagna itu disertai dengan kecemasan.
Aku telah tamat menjadi sarjana tetapi sekaligus
belum tamat menjadi sarjana.
Kemungkinan-kemungkinan baru masih terbuka bagiku. Manusia tak pernah dapat
mengidentikakn dirinya dengan faktisitas tertentu. Aku tetap terarah ke depan.
Aku telah menjadi sarjana lalu mau apa?
Rasa senang disertai dengan rasa tidak senang, rasa damai disertai dengan
kegelisahan. Ya terpadu dengan Tidak. Tidak ada sesuatu ya secara definitif.
Tidak dapat aku katakan, “aku sudah menjadi sarjana,
maka cukuplah aku menikmati titel kesarjanaanku
itu”. Memang itu adalah suatu kemungkinan, tetapi suatu kemungkinan yang bertentangan
dengan hakekat sarjana itu. Manusia itu
dinamis, tetap berada di tengah jalan, tak pernah tamat selama berada di dunia
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar